8. Belanja

14.9K 941 19
                                    

Seorang gadis yang tengah terlelap mulai terganggu karena bunyi jam weker. Matanya menyipit dengan tangan yang berusaha menggapai jam itu. Mendengus kesal karena tak sampai. Dengan berat hati, ia mendudukkan dirinya dan menatap jam itu.

Kedua matanya membola ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.30. Artinya apa? Yup! Ia terlambat ke sekolah.

Kedua netra cantik itu berkaca-kaca, merasa bersalah karena pertama kali terlambat bangun. Biasanya, Ummah-nya akan selalu membangunkan dirinya. Tapi hari ini? Ia terlambat bangun karena tidak ada yang membangunkan.

Kepalanya mendongak kala mendengar pintu terbuka. Buru-buru ia menarik selimut untuk menutupi wajahnya.

"Alzam nggak sekolah?" tanyanya setelah meredakan tangisnya.

Alis Alzam terangkat satu, seolah bingung dengan pertanyaan yang meluncur dari bibir istrinya itu. "Libur," balasnya acuh.

Bibir Dhira seketika terbuka, mengerjapkan kedua matanya dan mengingat jika hari ini adalah hari Minggu. Tangannya terangkat untuk memukul kepalanya yang mudah sekali lupa. Hingga sebuah tangan menggenggam lembut pergelangan tangannya.

"Jangan dipukul."

Dhira mengerjap kembali, mengangguk kaku dan menarik tangannya. "Eum... Dhira mau ke kamar mandi dulu." Ia buru-buru berlari dengan menutupi sebagian wajahnya dengan kerudungnya.

Alzam beralih mengambil laptop di nakas dan mulai melakukan tugasnya. Biasanya hari Minggu ia isi dengan mengerjakan beberapa hal dari Papanya.

Beberapa menit berlalu, Dhira keluar kamar mandi dengan wajah segarnya. Ia bahkan sudah rapi dengan gamis beserta cadarnya. Ia menyambar sling bagnya dan berlalu menuju pintu kamar.

"Kemana?" tanya Alzam tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

Langkah kaki Dhira terhenti, ia menoleh dan menatap Alzam. "Mau ke supermarket, belanja bahan makanan," balasnya santai. Ia tak berharap jika Alzam akan mengantarnya, karena dirinya pun bisa sendiri.

"Ayo!"

Dhira tersentak kala sebuah tangan menggenggam lembut tangannya. Ia menunduk dan melihat tangan yang saling bertautan itu. Kemudian mendongak, melihat sang pelaku yang memasang wajah datarnya.

"Kemana?" tanyanya polos.

Alzam tak menjawab, ia menarik lembut tangan Dhira untuk berjalan. Mereka memasuki mobil dengan Dhira yang masih terdiam, bingung dengan kelakukan suaminya itu.

Keadaan mobil hening. Dhira menatap depan, alisnya bertaut. Ini bukan jalan menuju supermarket, karena yang ia tahu ada sebuah supermarket yang dekat dengan rumahnya itu.

"Alzam, kita mau kemana?" Ia menyampingkan tubuhnya untuk menatap Alzam yang masih fokus menyetir.

Karena tak mendapat respon, Dhira mendengus kesal. Memutar badannya dan menghadap lurus ke depan. "Selalu aja di acuhin," gumamnya.

"Belanja," celetuk Alzam ketika mendengar gumaman istrinya itu.

Setelah memarkirkan mobilnya, Alzam turun terlebih dahulu. Seperti biasa, ia akan membukakan pintu untuk istrinya. Berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertautan.

Dhira menatap sekitar, dan tatapannya jatuh pada es krim. Tanpa ia sadari, kakinya telah berhenti dan membuat Alzam menatap Dhira bingung. Ia mulai mengikuti tatapan Dhira yang tertuju pada es krim.

Tanpa berkata apa-apa, Alzam menarik Dhira menuju stand itu. "Rasa?" tanyanya setelah sampai di stand es krim itu.

Dhira tersenyum di balik cadarnya. Dengan semangat ia menjawab, "coklat."

Alzam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang