13. Panti Asuhan

13.9K 970 19
                                    

Hati-hati bosan, soalnya ada 1900 kata lebih.

Ai mau kasih target vote. Bukan karena apa, soalnya banyak yang siders. Mungkin 50 vote langsung update, diusahakan.

Happy reading.

.....

Dhira menatap sekeliling, matanya menangkap anak-anak kecil yang bermain dengan senyum terpatri di wajah mereka. Ia ikut tersenyum kecil melihat bagaimana mereka tertawa tanpa beban.

"Bang Al," teriak beberapa anak yang menyadari kedatangan Alzam dan Dhira.

Malam ini Alzam mengajak Dhira ke sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Kali ini malam minggu Dhira diisi dengan sesuatu yang bermanfaat. Bahkan, Alzam tadi sudah menyiapkan beberapa kardus yang akan mereka sumbangkan.

Ia juga tak menyangka jika Alzam mengajaknya ke sebuah panti, karena yang ada di pikirannya Alzam berbeda dengan Alzam ini.

"Bang, yang lain mana?" tanya seorang anak kecil dengan kepala yang celingak-celinguk.

"Nyusul."

"Hai, Kakak," sapa perempuan kecil yang menarik-narik gamis Dhira.

Hal itu membuat Dhira menunduk, tersenyum kecil melihat bocah itu menatapnya penasaran. "Hai."

"Kakak pacarnya Bang Al, ya?"

Pertanyaan itu berhasil membuat mulut Dhira menganga, tak percaya jika bocah sekecil itu mengetahui hal semacam ini. "Bukan."

"Kok bukan? Soalnya Bang Al belum pernah bawa perempuan ke sini, Kakak itu yang pertama, apalagi tadi Kakak pegangan sama Bang Al," ucapnya cepat.

"Bang Al sering ke sini?"

Bocah itu mengangguk antusias. "Sering, Bang Al sering banget ngasih kita mainan. Bang Al juga ngajarin kita ngaji loh," ujarnya seolah bangga dengan sosok Alzam.

"KIA," panggil anak laki-laki yang sedang berdiri di samping Alzam. "Sini!" titahnya pada bocah kecil yang sedang berbicara pada Dhira.

Bocah kecil yang dipanggil Kia itu berlari menghampiri laki-laki itu. Mereka berjalan bersama memasuki panti dengan tangan yang bergandengan.

"Saudara," celetuk Alzam seperti mengetahui pemikiran istrinya itu.

"Eh, barang-barangnya?" Dhira heran dengan Alzam yang tiba-tiba menarik tangannya untuk masuk, sedangkan barang-barangnya masih di dalam mobil.

"Biarin."

Dhira hanya bisa mengikuti langkah Alzam karena tangannya yang di genggam erat oleh Alzam. Ia tersenyum ketika melihat sosok wanita menyambut kedatangan mereka, atau lebih tepatnya Alzam.

"Nak Alzam, gimana kabarnya?" tanyanya dengan ramah.

"Baik."

Tatapan wanita itu beralih pada Dhira yang berdiri kikuk. Entah sejak kapan tangan Alzam sudah berpindah memeluk pinggangnya, ia pun tak tahu.

"Ini pasti istrinya Alzam, benar?"

Dahi Dhira berkerut, bagaimana wanita di hadapannya ini bisa tahu jika Alzam sudah menikah? Apalagi Alzam masih cukup muda.

"Jangan bingung, karena Alzam selalu berbagi ketika ada acara kebahagiaan," tuturnya menjelaskan.

Meskipun sudah dijelaskan, Dhira masih belum paham. Berbagi saat ada acara kebahagiaan? Itu artinya hari pernikahan mereka adalah sesuatu yang berharga bagi Alzam, benar, bukan?

Alzam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang