BAB 2

22.8K 1.5K 12
                                    

Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu. Hampir semua murid sudah keluar dari kelas masing-masing. Ada yang langsung ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kelaparan, ada yang ke perpustakaan dan tempat lainnya.

Kecuali Ajeng dan Dara, keduanya masih berada di dalam kelas. Mereka sedang mengobrol. Etz, tepatnya Dara yang banyak berbicara, Ajeng hanya mendengarkan dan sesekali menanggapinya jika memang itu penting. Tapi jika tidak, Ajeng hanya akan diam saja.

Hal itu terjadi karna Ajeng masih belum terbiasa. Pertama kalinya ada seseorang yang mengajaknya untuk berteman dan berbicara. Jadi wajar jika Ajeng menjadi kaku seperti itu.

Ada rasa senang dan rasa khawatir secara bersamaan yang ia rasakan. Khawatir jika nanti Dara akan menjauh saat tahu seperti apa dirinya. Takut jika nanti gadis itu ikut membencinya seperti yang lain. Karna itulah, Ajeng berniat memberi tahu Dara, siapa dirinya. Jadi ia tak akan merasa sakit jika dijauhi dari sekarang.

“Jadi, lo pindahan dari sana?” Tanya Dara. Keduanya duduk saling berhadapan.

Ajeng menjawab pertanyaan Dara dengan anggukan pelan.

Dara dibuat kesal karna sejak tadi teman barunya itu menjawab hanya dengan galengan, anggukan, "ya" atau bahkan tidak menjawab sama sekali. Tapi Dara memakluminya, karna sepertinya Ajeng itu pendiam.

“Kenapa pindah dari sana?” Tanya Dara lagi.

“Di bully.” jawab Ajeng jujur.

Kedua mata Dara membulat. Di bully? Gadis secantik Ajeng masih di bully? Astaga, perlakuan macam apa itu?

Dara mengakui jika teman barunya itu memiliki wajah sangat cantik. Awalnya Dara mengira jika wajahnya biasa-biasa saja, bahkan di bawah standar kecantikan wanita pada umumnya atau kata kasarnya ‘Jelek’.

Namun, ia dengan cepat menarik kata-katanya kembali setelah melihat dengan jelas wajah gadis itu sewaktu menyelipkan rambutnya di belakang telinga. Kulit wajahnya putih bersih, hidungnya mancung, bibirnya tipis berwarna pink, matanya sedikit bulat di bingkai dengan bulu mata lentik, dan,.. Dara tidak bisa lagi mendeskripsikannya. yang jelas kecantikan wajah Ajeng berada di atas rata-rata.

Hanya satu kekurangan Ajeng menurut Dara, gadis itu memiliki tatapan tajam, kelam, menakutkan, serta penampilannya yang terlihat aneh.

“Kok bisa di bully?” Tanya Dara penasaran.

Tanpa ragu, Ajeng menjawab, “Gue bisa ngeliat hantu, bisa baca pikiran orang,...” Ajeng menghela nafas pelan, “Gue juga bisa tahu kapan orang akan mati.” lanjutnya.

Selesai mengatakan itu, Ajeng menunduk. Bersiap-siap menerima cacian dari Dara yang mungkin akan mengatainya seorang penyihir yang menakutkan.

Sementara itu, Dara melotot dengan mulut yang menganga sempurna setelah mendengar jawaban Ajeng. Sungguh, Dara mengira kemampuan semacam itu hanya ada dalam sinetron atau dongeng saja. Tapi ternyata benar ada didunia nyata dan sekarang orang itu ada di depannya dan menjadi temannya.

Wow, ini sangat luar biasa!

“LO KEREN BANGET, JENG!” Seru Dara, lalu bertepuk tangan heboh.

Beruntung hanya ada mereka berdua di dalam kelas, jadi tidak akan ada yang mendengar kehebohan Dara.

Ajeng mengangkat kepalanya, menatap lekat wajah Dara, “Lo nggak takut?” Tanyanya.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang