BAB 31

12K 842 1
                                    

Lintang tak menyangka jika ternyata ia dan Ajeng berada di tempat yang berbeda.



Seingatnya, setelah mengucapkan kata maaf pada Ajeng, ia tak lagi mengeluarkan suara apa pun. Hanya terus berjalan mengikuti kemana pun Ajeng pergi.

Tapi, di tengah perjalanan, Ajeng tiba-tiba mengajaknya ke pasar malam. Dan Lintang dengan senang hati mengiyakan ajakan gadis itu, tapan menolak sedikitpun.

Sepenglihatannya, pasar malam itu sangat ramai. Banyak orang-orang dari berbagai kalangan dan umur yang terlihat berlalu-lalang. Banyak pedagang makanan, tempat bermain, serta musik mengalun keras khas pasar malam.

Saat menoleh ke samping, ia di buat bingung karna Ajeng tiba-tiba menghilang, tidak ada lagi di dekatnya. Kebingungannya semakin bertambah, saat menyadari jika pasar malam yang tadinya ramai, seketika berubah menjadi tempat gelap dan sepi. Saking gelapnya, ia tak bisa melihat apapun di sekitarnya.

Belum hilang rasa kaget dan bingungnya, Lintang kembali dibuat berkali kali lipat lebih kaget lagi saat tiba-tiba saja ia sudah berdiri di depan sebuah bangunan mewah dan megah. Mirip seperti istana didalam cerita dogeng.

Istana itu didominasi oleh cat berwarna merah, juga kelilingi oleh kabut berwarna hitam pekat.

"Lintang,"

Pandangan Lintang mengitari ke sekeliling saat mendengar suara yang sangat di kenalnya memanggilnya. Suara Ajeng. Netrsnya terhenti tepat di depan pintu istana, karna di sana telah berdiri gadis yang dicarinya.

Ajeng tersenyum manis sembari melambaikan tangan, seperti sedang memanggilnya. Pakaiannya sudah berganti dengan gaun cantik berwarna hitam. Rambut panjangnya digerai dengan mahkota kecil berkilauan di kepalanya. Mirip seperti seorang putri dalam film dongeng yang sering di tonton adik sepupunya. Ajeng terlihat sepuluh kali lebih cantik dari biasanya.

Lintang benar-benar terhipnotis melihatnya, hingga ia tak bisa mengalihkan tatapannya dari gadis itu. Tak sadar, Lintang ikut menarik sudut bibirnya membentuk senyuman, membalas senyum gadis itu.

Mulai melangkahkan kakinya mendekati gadis yang masih melambaikan tangannya itu. Tetapi, langkahnya terhenti karna tiba-tiba ada tangan lain menarik tangan kirinya, berusaha menghentikannya.

Lintang menoleh, dan dahinya mengerut saat melihat seorang gadis sangat mirip dengan Ajeng, memegang tangannya. Tetapi keduanya memiliki perbedaan yang mencolok. Ajeng yang berdiri didepan sana memiliki tatapan lembut dan senyuman manis. Sementara Ajeng yang sekarang memegang tangannya, memiliki tatapan sangat tajam, dingin dan menakutkan
.


"Lintang, jangan hiraukan dia. Cepetan sini." Suara Ajeng yang bergaun hitam memanggilnya, suarannya terdengar sangat lembut.

Lintang yang memang sudah terhipnotis, mengalihkan tatapannya kearah Ajeng si pemilik senyum manis. Ia lanjut melangkahkan kakinya, tak menghiraukan Ajeng si mata tajam yang masih berusaha menghentikannya.

"Lintang,"



"Lintang!"

Mendengar suara memanggil namanya berulang kali, tapi lagi dan lagi ia mengabaikannya. Baginya gadis dengan senyum manis itu lebih menarik dari gadis yang memegang tangannya.

Saat hampir mendekati gadis dengan senyum manis itu, langkahnya lagi-lagi terhenti karna sebuah tangan tiba-tiba menampar pipinya dengan keras. Hal itu membuatnya memekik kesakitan, dan tersadar dari semuanya.

Dan disinilah ia sekarang, di tempat sepi dan menyeramkan. Di sekelilingnya hanya ada pohon besar dan rimbun. Tak ada siapa pun selain dirinya dan Ajeng.

"Lo kebanyakan dosa."

Celetukan Ajeng membuat Lintang tersadar. Ia menatap Ajeng yang masih berdiri di depannya. Memindai penampilan gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ajeng yang ditatap seperti itu, berdecak dalam hati.

"Buang jauh-jauh apa pun yang ada dalam pikiran lo. Apa yang tadi lo alami, semuanya hanya halusinasi lo. Di sini nggak ada cewek atau siapa pun yang memakai gaun hitam. Nggak ada cewek cantik yang memiliki senyum manis, mahkota di kepala dan suara lembut. Disini hanya ada dua manusia, gue dan lo. Karna selebihnya hanya makhluk halus." Jelas Ajeng panjang lebar, sebelum Lintang bertanya atau membahas apa yang dilihatnya tadi.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang