Ajeng membuka kelopak matanya secara perlahan, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menyala. Pandangannya lalu mengedar kesekitaran. Ternyata ia berbaring telentang di kasur empuk, didalam sebuah kamar bernuansa putih cerah.
Apa Lintang menggendongnya sampai disini? Ya iyalah, siapa lagi?
Pandangannya terhenti pada jam menempel di dinding. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23:02 malam.
Teringat akan sesuatu, Ajeng segera menegakkan tubuhnya dalam posisi duduk.
Saatnya untuk bersenang-senang.
Sudut bibirnya terangkat, membentuk seringai menakutkan. Tatapan matanya yang tertuju pada dinding kamar, berubah tajam nan dingin. Beberapa detik kemudian, seringai itu perlahan berganti dengan senyuman manis. Pun tatapan matanya berubah sendu. Benar-benar seperti dua orang yang berbeda.
Ajeng menyibak selimut yang menutupi setengah badannya, dan segera turun dari tempat tidur. Berjalan menuju lemari milik Lintang, dan membuka pintunya. Melihat-lihat sekiranya ada baju yang cocok untuknya. Ia mengambil baju kaos berwarna hitam dan celana training berwarna hitam pula. Tenang saja, Lintang sudah mengizinkan Ajeng memakai baju miliknya.
Setelah menemukan pakaian yamg cocok, Ajeng segera berjalan masuk ke kamar mandi yang letaknya berada disudut kamar. Ajeng ingin segera membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.
Setelah 15 menit berlalu, Ajeng telah selesai dengan urusannya di kamar mandi. Ia segera berjalan keluar dengan pakaian milik Lintang, yang terlihat sedikit kebesaran di tubuhnya.
Melangkah menuju cermin besar yang letaknya berada disamping lemari. Berdiri tepat didepan cermin itu, memperhatikan penampilannya melalui pantulan bayangannya. Sempurna.
Puas akan penampilannya, gadis dengan rambut dibiarkan tergerai itu, berjalan keluar dari kamar. Pandangannya mengitar kesekitaran ruangan yang remang-remang. Tatapannya terhenti pada kamar milik Lintang yang letaknya tepat berada disebelah kamarnya. Laki-laki itu berada didalam sana, tengah tertidur lelap.
Berdiri dalam posisi yang sama selama 20 menit lamanya. Setelah itu, Ajeng membalikkan badan dan berjalan menuju pintu keluar. Menekan kode yang sudah ia hapal, dan keluar dari apartemen.
Berjalan dengan langkah pelan melewati lorong yang terlihat sepi. Sesekali ia tersenyum tipis saat berpapasan dengan sosok makhluk dari dunia lain. Hantu. Ya, apartemen itu tidak hanya dihuni oleh manusia, tapi juga makhluk halus menyeramkan.
Ajeng sudah berada didepan pintu lift, menekan tombol yang ada disamping pintu. Tak berselang lama, lift terbuka dan Ajeng langsung melangkah kedalam. Pintu kembali tertutup, lalu terasa bergerak ke bawah.
Ternyata ia tidak sendirian, melainkan ada tiga makhluk menyeramkan bersamanya. Ada hantu tanpa wajah, ada yang kepalanya terbelah dua dengan darah di sekujur tubuhnya, juga ada yang isi perutnya bergelantungan keluar. Dan semuanya berdiri disudut ruangan bak patung.
Bau amis dan anyir sangat terasa, tapi Ajeng mengabaikannya. Ia seperti tidak merasa terganggu.
Menyandarkan tubuhnya pada dinding lift, dengan tangannya terlipat didepan dada. Sebentar lagi ia akan bersenang-senang. Mengingat hal itu membuatnya tersenyum manis.
“Sesuai dengan janji gue waktu itu. Malam ini, nyawa lo akan di cabut secara paksa, sialan!!”
AJENG
KAMU SEDANG MEMBACA
AJENG (COMPLETED)
Mystère / Thriller"Kalau pun gue yang ngebunuh cewek sialan itu, gue nggak bakalan ngelakuin secara diam-diam. Gue bakalan bunuh dia didepan lo semua. Gue bukan pecundang yang beraninya main belakang!" Ajeng menunjuk semua orang yang ada disana. "Seperti kalau gue ma...