FLASHBACK (SMA KERTAJAYA)
Pagi itu, seorang gadis berambut panjang tergerai, terlihat berjalan menyusuri koridor dengan langkah pelan menuju kelasnya. Para murid yang kebetulan juga berada di sekitar tempat itu, menghindar dan mulai berbisik-bisik saat gadis itu akan melewati mereka.
Gadis itu semakin menunduk, dengan kedua tangan memegang erat tali tas ranselnya. Gadis itu tidak sanggup melihat murid-murid lain, menatap dirinya seperti sampah yang sangat menjijikkan. Gadis itu- Ajeng Pramesti.
“Jadi itu orangnya?”
“Mukanya ketutupan rambut. Serem nggak sih?”
“Katanya dia itu penyihir.”
“Iya. Kata Kyla, dia pernah ngeliat tu cewek bicara sendiri. Terus nerbangin bangku, padahal tu bangku nggak di sentuh sama dia.”
“Tu cewek juga yang pernah nyelakain si Karin anak kelas X Bahasa.”
“Gue juga pernah ngeliat dia ketawa-ketawa sendiri di belakang sekolah. Nyeremin pokoknya.”
“Pantas nggak ada yang mau jadi temannya, orangnya keliatan nyeremin gitu.”
“Kenapa sih dia nggak pindah aja? padahal semua orang disekolah ini takut sama dia.”
“Dia keliatan kayak penyihir.”
“Katanya sih keluarganya juga nggak ada yang suka sama dia.”
“Wajar sih. Soalnya siapa sih yang suka sama manusia menyeramkan kek dia? Nggak ada!”
Ajeng memilih mengabaikan suara pedas nan menyakitkan dari mereka. Sudah biasa baginya. Melawan pun percuma. Jalan satu-satunya adalah membiarkan semua orang berbicara dan berpendapat seenaknya.
Tibalah Ajeng di depan kelasnya yang pintunya masih tertutup. Ia menghentikan langkahnya sebelum membuka pintu. Mundur selangkah lalu mendongkak melihat ke atas pintu. Benar dugaannya, di atas pintu terdapat ember yang berisi air.
Ajeng yakin 100 % ini kerjaan teman sekelasnya yang memang selalu membullynya. Karna bukan hanya sekali mereka melakukan ihal itu padanya, melainkan sudah yang kesekian kalinya.
“Asik, mandi lagi!” Suara Mia terdengar. Hantu itu sejak tadi berjalan di sampingnya.
“Terobos aja lah.” Gumam Ajeng.
Setelah itu, ia mendorong pintu. Saat terbuka, air yang berada di ember tumpah tepat di atas kepalanya. Air pun mulai memgalir membasahi pakaian dan juga tubuhnya. Ajeng menghela nafasnya kasar, lalu mengangkat kepala menatap sekeliling. Yang ia lihat, semua orang di kelas tertawa. tepatnya menertawakan dirinya yang sudah berantakan.
“Hahaha,... Rasain lo!”
“Kasian si penyihir, jadi basah lagi. Haahaha,...”
“Harusnya lo itu pindah aja dari kelas ini! Di sjni nggak ada yang suka sama penyihir kayak lo!!”
“Si penyihir jadi tambah jelek. Hahaha,..”
“Hahaha, mampos!”
Mengabaikan seruan-seruan itu. Ia lebih memilih berjalan menuju bangkunya yang letaknya berada di barisan paling belakang sudut ruangan. Ajeng duduk sendiri di bangku yang mestinya di isi oleh dua orang itu. Penyebabnya, karna tidak ada seorang pun murid bersedia berdekatan dengan orang yang sudah di cap sebagai penyihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AJENG (COMPLETED)
Mystery / Thriller"Kalau pun gue yang ngebunuh cewek sialan itu, gue nggak bakalan ngelakuin secara diam-diam. Gue bakalan bunuh dia didepan lo semua. Gue bukan pecundang yang beraninya main belakang!" Ajeng menunjuk semua orang yang ada disana. "Seperti kalau gue ma...