BAB 34

10.8K 817 9
                                    

Hari minggu biasanya digunakan untuk bersantai oleh anak-anak sekolahan ketika sedang libur, berbeda halnya dengan Ajeng. Gadis itu malah kebalikannya. Hari itulah dimana ia akan menjadi manusia paling sibuk.

Membersihkan seluruh bagian rumah hingga halamannya, mencuci pakaian, mencuci seluruh kendaraan, membersihkan perabotan, dan masih banyak lagi yang harus dikerjakannya. Dan semuanya harus Ajeng sendiri yang mengerjakannya, tanpa boleh dibantu oleh siapa pun. Kecuali memasak. Mungkin mereka takut jika Ajeng yang memasak, makanannya akan diracun.

Seperti sekarang, Ajeng bangun pagi-pagi sekali untuk memgerjakan semuanya. Di awali dengan mencuci piring dan antek-anteknya, lalu dilanjut menyapu seluruh lantai rumah  serta halamannya, dan sekarang Ajeng lanjutkan dengan mengepel lantai.

Di pel mulai dari teras rumah, dan sekarang bergeser ke ruang tamu. Setelah dua bagian itu selesai, saatnya untuk berpindah ke ruang keluarga.

Namun, saat ia menarik ember yang berisi air, tak sengaja sikunya menyenggol guci berukuran besar didekatnya, hingga jatuh menghantam lantai dan pecahannya berserakan dimana-mana.

BRAKKK!!

"Uhh pecah,"

Ajeng hanya bisa mendesah pelan sembari menatap pecahan guci berserakan di lantai. Sebentar lagi, pasti ia akan mendapat amukan. Mari menghitung mundur, 3 2 dan,...

“SUARA APA,... ASTAGA, GUCIKU!”

Sarah keluar dari kamar saat mendengar suara benda pecah. Wanita itu langsung berteriak histeris saat melihat Guci kesayangannya sudah hancur tak berbentuk lagi.

Dan kemarahannya langsung tersulut setelah melihat si pelaku pengrusakan. Wanita itu berjalan mendekat dengan tatapan membunuh yang dilayangkan pada Ajeng.

“KAMU APAKAN GUCI SAYA, HAH?” Bentak wanita itu saat sudah berada tepat didepan Ajeng.

“Pecah.” jawab Ajeng, singkat padat dan jelas.

“Pasti kamu yang sengaja mecahin, kan?!” Tuduh Sarah, masih dengan tatapan membunuhnya.

AJeng menggeleng sebagai jawaban. Ia tidak sengaja melakukannya.
Salahkan sikunya yang banyak tingkah itu.

“Halah, bohong! Saya tahu pasti kamu sengaja!” Bentak Sarah. Wanita itu sangat marah karna salah satu guci kesayangannya pecah. Sarah sangat yakin jika anak sialan itu pasti sengaja melakukannya.

“Saya tidak sengaja.” Balas Ajeng tanpa menatap wanita itu. Entah kenapa ia mulai muak melihat wajah itu.

“APA KAMU TIDAK PUNYA MATA, HAH?!” Marah Sarah. Suaranya menggema memenuhi ruangan.

“Tidak usah memakai alasan tidak sengaja untuk menutupi kesalahan kamu! Dasar anak sialan!!” Mulut itu tak hentinya mengeluarkan makian.

Hanya diam menerima kemarahan dan makian itu. Sudah sering kali Ajeng katakan, meski berkata jujur, ia tetap akan di salahkan. Jadi dari pada membuang-buang suara, lebih baik ia diam saja. Hasil akhirnya tetap sama, ia akan tetap menerima kemarahan itu. Dan ujung-ujungnya akan ada penyiksaan fisik.

“Kamu kira guci ini murah?!! Bahkan harga diri kamu tidak akan cukup untuk membelinya! Pembawa sial akan tetap menjadi pembawa sial!!” cemooh Sarah, menatap Ajeng dengan tatapan sinisnya.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang