Bab 63

12K 969 49
                                    

Setelah berkendara sekitar 30 menit, mobil yang Lintang kemudikan berbelok masuk kearea tempat akan diadakannya pertandingan basket.

Memarkirkan mobilnya ditempat parkir yang telah disediakan, berjejer dengan mobil-mobil lainnya. Setelah itu, Lintang menoleh menatap Ajeng yang masih bersandar di bahunya dengan tenang.

Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis, melihat betapa lelapnya gadis itu tertidur. Karna tak tega mengusik tidurnya, Lintang yang tadinya ingin membangunkan Ajeng, mengurungkan niatnya. Ia akan memberikan gadis itu waktu untuk tidur beberapa menit lagi. Lagipula waktu untuk bertanding masih beberapa puluh menit lagi.

Tangannya terulur mengelus pipi Ajeng pelan, dengan bibir yang beberapa kali mengecup ubun-ubun gadis itu. Dalam hati Lintang terus berdo’a, semoga ia dan Ajeng selalu berada diposisi sedekat ini sampai akhir.

Beberapa menit berlalu, Lintang akhirnya membangunkan Ajeng karna pertandingan 15 menit lagi akan dimulai. Teman-temannya pun sudah mengiriminya pesan untuk segera berkumpul.

“Ajeng, bangun,” Lintang berusaha membangunkan Ajeng yang masih tertidur, dengan cara menepuk-nepuk pelan pipinya.

“Hoaammm,...” Gadis itu menguap sembari membuka matanya perlahan. Menegakkan tubuhnya, lalu menoleh menatap Lintang yang tersenyum padanya.

“Udah sampai?” Tanyanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

“Iya, tempat tandingnya disini.”

“Aku tunggu disini aja ya?”

“Nggak. Kamu harus ikut ke dalam.” Jawab Lintang. Ia tidak akan meninggalkan gadis itu sendirian di mobil. “Aku nggak bisa ninggalin kamu sendirian disini.” Tambahnya.

“Kalau kamu main, aku sama siapa? Aku nggak kenal siapa-siapa.” Ajeng menyandarkan punggungnya disandaran kursi dengan Padangan lurus kedepan.

“Tenang aja, kamu nggak bakalan nonton di tribun.”

“Tapi tetep aja aku malas, Lintang. Apa lagi lawan kamu itu mantan sekolahku. Bakalan banyak yang datang, dan pasti mereka pada ngata-ngatain kek biasanya kalau ngeliat aku.”

Ya, salah satu alasan Ajeng malas menonton Lintang bertanding, karna yang menjadi lawan laki-laki itu dipertandingan, tak lain dan tak bukan yakni mantan sekolahnya-SMA KERTAJAYA. Pasti banyak siswa-siswi yang datang untuk mendukung tim basket sekolah mereka.

Pasti akan banyak yang mengenalnya dan kembali mengolok oloknya seperti saat ia masih di sekolah itu. Siapa yang tidak kenal Ajeng, si target bullyan yang dijuluki gadis aneh, menyeramkan dan penyihir.

Bukannya Ajeng takut, hanya saja ia sedang malas meladeni orang-orang tidak waras. Juga ia tengah belajar menjadi orang baru, yang lebih ceria dan kalem tentunya. Tapi kalau emosinya tersulut, bisa-bisa ia memberikan mereka semua pelajaran.

Hah, sudahlah, ia malas memikirkannya.

“Apalagi kalau mereka ngeliat pipi sama lenganku yang masih diperban, pasti makin parah ngata-ngatainnya.” Tambah Ajeng.

“Nggak bakalan ada yang ngenalin sama ngeliat luka kamu, soalnya kan kamu pake baju lengan panjang.” Balas Lintang.

“Muka aku?” Ajeng menunjuk mukanya.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang