Lintang baru saja keluar dari minimarket dengan membawa minuman kaleng di tangannya. Berdiri di samping motornya sembari membuka minuman itu dan meneguk isinya hingga habis. Setelah itu, ia berjalan menuju tempat sampah yang tak jauh darinya dan membuangnya.
Saat akan menaiki motornya, tak sengaja ia menoleh ke sebarang jalan dan tak sengaja pula matanya menangkap sosok siluet seorang gadis tak asing, berjalan sendirian. Gadis yang beberapa hari belakangan ini tak pernah absen pikirannya.
Gadis itu tiba-tiba menoleh ke arahnya, dan kedua mata mereka pun saling mengunci selama beberapa detik, sebelum gadis itu mengalihkannya ke arah lain, lalu terus berjalan, tanpa repot-repot menyapanya.
“Mau ke mana tu cewek, malam-malam begini?” Gumam Lintang. Ia tak mengalihkan tatapannya dari Ajeng yang terus melangkah.
Berpikir sesaat. Apakah ia harus mengejar Ajeng, atau pulang ke rumahnya? Dan akhirnya Lintang memutuskan untuk mendekati dan mengejar gadis itu.
Meski gadis itu tak suka dengan kehadirannya atau apa pun itu, Lintang memilih bodo amat. Ia yakin, lama-kelamaan si pemilik tatapan tajam itu akan menerima kehadirannya.
Tanpa memedulikan motornya, Lintang berlari menyeberang Jalan dan mengejar Ajeng yang sudah lumayan jauh di depan. Mengabaikan beberapa pengendara dan pejalan kaki yang menatapnya dengan tatapan heran.
“AJENG,”
“AJENG,”
Memanggil-manggil nama Ajeng beberapa kali, berharap gadis itu menghentikan langkahnya. Tapi, tak ada respon, atau mungkin ia memang sengaja diabaikan.
Karna kesal, Lintang menambah kecepatan laju larinya dan akhirnya ia sekarang sejajar dengan gadis itu. Memelangkan langkahnya sama seperti Ajeng.
Sementara, si gadis hanya melirik Lintang melalui ekor matanya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis, saat melihat wajah Laki-laki itu yang seperti tengah menahan kesal.
“Kenapa?” Tanya Ajeng membuka pembicaraan.“Apanya yang kenapa?” Bukannya menjawab, Lintang malah balik bertanya. Ia tidak mengerti maksud dari pertanyaan gadis itu.
“Kenapa ngejar gue?” Tanya Ajeng sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku hoodienya.
Terdiam sesaat, lalu Lintang menjawab, “Karna gue cowok, jadi gue yang harus ngejar lo.”
Dahi Ajeng mengerut tak mengerti. Tapi beberapa detik kemudian, ia mendengus setelah mengerti maksud perkataan Lintang, “Nggak jelas.” Balasnya.
“Lo yang nggak jelas dan aneh.” Lintang menoleh, menatap wajah Ajeng dari samping. Wajah gadis itu tak terlihat jelas karna ditutupi oleh rambut dan tudung hoodienya.
Bukannya marah, Ajeng malah tersenyum tipis. Entah kenapa, ia tak merasakan sakit hati saat Lintang yang mengatainya aneh. Mungkin karna beberapa hari belakangan ini, ia dan Lintang banyak mengobrol.
“Gue emang aneh.” Balasnya masih dengan senyum tipis di wajahnya.
“Tapi gue suka yang aneh-aneh. Termasuk keanehan lo, Ajeng.” Ujar Lintang penuh makna. Sialnya, ia tak bisa melihat ekspresi gadis itu saat ia mengatakan hal demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
AJENG (COMPLETED)
Mystery / Thriller"Kalau pun gue yang ngebunuh cewek sialan itu, gue nggak bakalan ngelakuin secara diam-diam. Gue bakalan bunuh dia didepan lo semua. Gue bukan pecundang yang beraninya main belakang!" Ajeng menunjuk semua orang yang ada disana. "Seperti kalau gue ma...