BAB 21

12.5K 909 4
                                    

Ajeng berjalan dengan langkah pelan memasuki area sekolah. Terlihat sudah ramai siswa siswi berdatangan. Pagi ini, ia berangkat tepat waktu, tidak seperti kemarin. Ketika akan melewati parkiran, Ajeng mendengar suara Dara memanggil namanya. Segera menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara.

“Ajeng, tungguin gue!” Pekik Dara sembari berlari mendekat.

“Nggak usah lari.” Tegur  Ajeng saat Dara sudah berdiri di dekatnya.

“Lagi nggak pake headset, ya?” Tanya Dara, mengabaikan teguran temannya itu.

“Kok tau?”

“Tau lah. Soalnya Kalau lo pake headset, dipanggil 10 kali juga lo nggak bakalan denger. Ini dipanggil sekali langsung nengok.” Jelas Dara lalu mengajak Ajeng untuk ke kelas.

Hari ini, Ajeng memang tidak membawa headset. Alasannya, karna headsetnya sedang rusak dan ia belum punya uang untuk membeli yang baru. Jadi, untuk beberapa hari kedepan ia harus rela suara makhluk yang bukan dari golongan manusia, memenuhi indra pendengarannya. Setiap detiknya tanpa henti.

“Emang headset lo kemana? Tumben nggak di pake?” Tanya Dara saat mereka melewati koridor.

“Rusak.” Jawab Ajeng singkat.

“Berarti sekarang lo dengar suara-suara mereka dong, Jeng?” Nada suaranya diperkecil karna takut jika ada murid lain mendengarnya.

“Iya. Tapi nggak apa-apa. Sudah biasa buat gue. Nanti gue beli headset baru.” Kata Ajeng, melirik Dara sekilas.

“Nggak usah beli, Jeng,”

“Kenapa?”

“Soalnya gue punya headset bluetooth inpods yang nggak pernah gue pake. Mending gue kasi buat lo.” Dara ingat jika ia mempunyai headset yang tidak pernah di pake. Pemberian kakak sepupunya saat pulang berlibur dari korea.

Padahal waktu itu, Dara meminta oleh-oleh baju tradisional korea. Tapi, sepupunya malah memberinya headset yang menurutnya sangat tidak penting dan tidak berguna. Makanya ia lebih memilih menyimpan headset itu sampai sekarang dan tidak pernah memakainya sekali pun.

Jadi, mending ia memberikannya pada Ajeng. Lebih berguna. Dari pada disimpan dan ujung-ujungnya dibuang juga.

“Nggak usah. Lo jangan terlalu baik sama gue.”

Ajeng menolak. Dara terlalu baik padanya. Padahal mereka baru kenal beberapa hari. Ia juga tidak memiliki apa pun untuk membalas kebaikan Dara suatu saat nanti. Bisa saja gadis itu meminta balasan.

“Ada ya orang dibaikin malah bilang, lo jangan terlali baik sama gue. Ckckck, aneh lo, jeng.”

Dara menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Tidak habis pikir dengan temannya itu yang selalu menolak pemberiannya. Dan juga mengatakan ‘jangan terlalu baik’ bukannya setiap orang memang menginginkan teman baik, kan?

“Asal lo tahu ya, gue ini nggak cocok jadi orang jahat kalau sama lo. Sekali gue bilang lo teman gue, maka selamnya lo akan jadi teman gue. Dan gue nggak akan pernah berniat ngejahatin lo sampai kapan pun. Jadi nggak usah selalu bilang, ‘jangan terlalu baik sama gue’, karna aslinya gue emang baik.” Tambah Dara.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang