Bab 42

10.6K 813 19
                                    

Tidak bisa lari. Dara tidak bisa menggerakkan kedua kakinya. Ia hanya pasrah saja. Menunduk dengan mata tertutup rapat.

“AWAAAASSS!”

BRAKK!!

Orang-orang yang berada disekitar jalanan itu, seketika dibuat terperangah dan syok. Menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri saat sebuah mobil menghantam- hampir menghantam tubuh seorang gadis yang tengah berdiri bak patung ditengah jalan.

Ya, hanya hampir saja. Sebab, ada seorang gadis lain berlari dengan sangat cepat dari dalam area sekolah. Mendekat dan langsung mendorong gadis yang hampir tertabrak itu. Membuat keduanya tersungkur dipinggir jalanan yang beraspal.

Sementara mobil Truk itu kabur begitu saja.

Beberapa orang mulai mendekati kedua gadis itu untuk melihat keadaan mereka. Apakah terluka atau tidak?

“Huh huh, gue nggak mati kan?”

Dara menegakkan tubuhnya, duduk diatas aspal. Deru nafasnya memburu, jantungnya berdetak tak karuan. Ia lalu menunduk memeriksa tubuhnya. Hanya ada sedikit luka di lututnya, karna bergesekan dengan aspal.

“Huh.. huh.. ter....nyata gue.... masih... hidup... gue.. masih bisa... makan nasi.” Katanya masih dengan nafas memburu.

“Kamu tidak apa-apa, dek?” Tanya seorang laki-laki paruhbaya pada Dara.

Dara menoleh, “Egh... ngakk.. apa-apa, pak.” Jawabnya terbata. Meski sebenarnya, ia masih sangat shok.

“Ya sudah kalau adek tidak apa-apa.” Laki-laki itu berjalan meninggalkan gadis itu.

Teringat akan sesuatu, Dara segera menoleh kesekitaran. Mencari keberadaan orang yang menolongnya. Dan kedua matanya seketika membulat sempurna, melihat seseorang yang ia sangat kenali, duduk tak jauh darinya.
Pakaian putih orang itu sudah berganti warna menjadi sedikit kehitaman. Dia- Ajeng teman sekaligus penolongnya. 

Tapi, kenapa pakaian Ajeng kotor dan berantakan seperti itu?

Ajeng yang menunduk mengangkat kepalanya, menatap kearah Dara. Dan sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman sangat tipis saat mendapati temannya itu baik-baik saja. Tapi tidak dengan dirinya, Ajeng mulai merasakan sakit yang sangat luar biasa, mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dara segera bergerak mendekati Ajeng, dengan mata berkaca-kaca. “Ajeng, lo udah nyelamati hidup gue. Hikss, hampir mati.”

“Tolol.” Kata Ajeng dengan suara lemah.

Sesaat setelah mengatakan itu, Ajeng tiba-tiba tersungkur kebelakang, hingga kepalanya membentur aspal. Sungguh, ia tidak bisa menahan tubuhnya yang terasa sangat kesakitan disemua titik.

“AJENG!” Pekik Dara kaget.

“Ghhh,...sakithg,” Rintih Ajeng kesakitan.

Hal tak terduga kembali terjadi, Ajeng tiba-tiba mengguling-gulingkan tubuhnya, bak cacing kepanasan. Disela-sela bibirnya juga keluar cairan berwarna merah-

“Ajeng, lo kenapa?” tanya Dara khawatir. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Ajeng, kenapa bisa seperti itu?

Orang-orang yang sejak tadi berada tempat itu, hanya berdiri diam menyaksikan, Tanpa ada yang berniat menolong Ajeng. Termasuk- Zidan dan Danil yang memang sejak tadi ada disana. Mereka semua terlihat kaget, tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan gadis itu.

“Aghhhh,... sakit,...” Ajeng terus merintih kesakitan.

“Ajeng, lo kenapa?” Tanya Dara lagu, tapi tak ada respon. Temannya itu hanya terus mengatakan sakit, tetapi Dara tidak mengerti bagian mana dari tubuh Ajeng yang kesakitan.

Dara sangat khawatir, bahkan ia sekarang sudah menangis. Terlebih lagi  setelah melihat darah segar yang keluar dari mulut temannya itu.

“Hikss, Ajeng lo kenapa? Mana yang sakit?”

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang