BAB 14

13.8K 1K 16
                                    

“Dia juga apa?”

“Wajahnya, tingginya, rambutnya dan bahkan sifatnya sama persis seperti kamu.” Lanjut hantu itu.

“Siapa?” Tanya Ajeng penasaran.

“Tidak semua hantu bisa mengingat semua kenangan semasa hidupnya. Sama seperti teman kamu itu, saya juga tidak bisa mengingat sebagian memori semasa hidup saya. Saya hanya mengingat sebagian saja. Saya cuma ingat, jika waktu saya masih SMA, saya memiliki teman wanita yang sama persis dengan kamu. Tapi saya tidak mengingat siapa namanya.”

Ya, Mia pernah mengatakan padanya, jika tidak semua hantu bisa mengingat semua memori semasa hidupnya. Dan Mia juga seperti itu, tidak mengingat sebagian memorinya.

“Ngomong-ngomong, di mana temanmu itu?"

“Gue enggak tahu.”

Posisi Ajeng masih sama. Ia masih setia menatap wajah hantu di depannya. Wajah hantu itu tidak membosankan untuk dilihat. Dia adalah hantu paling tampan yang pernah dilihatnya.

Cowok-cowok yang kata Dara paling tampan di sekolah ini, masih kalah jauh dengan hantu di depannya ini. Andaikan masih hidup, pasti laki-laki itu akan menjadi rebutan ribuan wanita.

“Jatuh hati sama saya?” Hantu itu menaik turunkan kedua alisnya, bermaksud untuk menggoda Ajeng.

“Nggak! Paling itu cuma wajah palsu.” Balas Ajeng sinis. Ia tahu jika hantu bisa mengubah wajahnya, seperti menjadi sangat tampan atau sebaliknya.

“Ckckck, ini wajah asli saya. Dan dimohon berlaku sopan jika berbicara dengan orang yang lebih tua.” Decak hantu itu.

“Lo bukan orang. Lagi pula, manusia lebih tinggi derajatnya dari pada hantu. Jadi lo yang seharusnya berlaku sopan sama gue.” Balas Ajeng telak, membuat hantu itu cemberut.

“Iya-in.” Ujar si hantu.

“Kalau sama hantu, kamu bicaranya banyak, ya?” lanjut si hantu bertanya.

“Cuma lo sama Mia doang hantu yang membuat gue banyak bicara.” Kata Ajeng jujur.

Ternyata berbicara dalam hati seru juga. Tak perlu repot-repot untuk membuka mulut. Andaikan saja ada manusia yang bisa ia ajak berbicara dalam hati. Tapi sepertinya tidak ada manusia di sekelilingnya yang sama seperti dirinya.

“Apa benar ada orang memiliki kemampuan seperti gue?” Tanya Ajeng kembali membahas pembicaraan mereka sebelumnya.

Hantu itu mengangguk membenarkan, “Benar, nak.”

“Tapi bisa berdusta. Setan, hantu dan makhluk halus lainnya, sangat penuh dengan tipu daya muslihat.”

“Terserah! Saya tidak akan menang melawan kamu. Ada saja balasannya.” Gerutu si hantu kesal.

“Yang jelas saat saya masih hidup, saya memiliki teman sama persis dengan kamu. Bahkan waktu pertama melihat kamu, saya mengira kamu itu reinkarnasi teman saya. Hidupnya juga sama seperti kamu, penuh dengan luka. banyak yang tidak suka sama dia. Dia bully, di sebut penyihir, sampah, pembawa sial dan banyak lagi sebutan lainnya untuk teman saya itu. Ditambah dia itu anak yatim piatu. Beruntungnya, ada laki-laki yang mencintainya dengan tulus.” Jelas hantu itu.

Ternyata ada juga yang hidupnya sama seperti dirinya. Menyedihkan. “Lo teman dekatnya?” Ajeng betanya.

“Tidak. Saya dan dia hanya sekedar teman sekelas.”

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang