BAB 9

15.4K 1K 8
                                    


Dara berdiri di depan pintu kelas, menunggu Ajeng yang tak kunjung kembali dari toilet. Padahal 10 menit lagi bel pergantian jam pelajaran akan berbunyi.

“Ajeng mana sih?” gumamnya bertanya.

“Lo liat Ajeng, nggak?” Tanya Dara pada salah satu teman sekelasnya yang baru saja kembali dari toilet.

“Gue nggak liat.” jawab teman sekelasnya sebelum berjalan masuk ke dalam kelas meninggalkan Dara yang terlihat khawatir.

“Duh, Ajeng kemana sih?” 

Sehabis dari lapangan basket, Dara mengira Ajeng langsung pergi mengganti pakaiannya sehabis dari toilet. Tapi saat Dara pergi kesana, ia tak melihat Ajeng. Hanya seragam sekolahnya yang ada. Berarti Ajeng belum mengganti seragamnya.

Karna tidak menemukan Ajeng di tempat berganti pakaian, Dara pun pergi ke toilet, berharap bisa menemukan Ajeng disana.

Namun, tetap saja ia tak menemukan temannya itu. Padahal Dara sudah memeriksa setiap biliknya, bahkan toilet khusus laki-laki pun tak luput dari pemeriksanya, tetapi tetap saja ia tak menemukan Ajeng di mana pun.

Hingga Dara memutuskan untuk kembali ke kelas. Siapa tahu Ajeng sudah berada di kelas. Tapi lagi-lagi ia tak menemukan sosoknya. Dara benar-benar di buat khawatir dengan teman barunya itu.

“Apa Ajeng nyasar, ya?” Bisa saja kan, Ajeng nyasar karna dia murid baru dan belum tau tentang sekolah ini? Tapi, tidak mungkin Ajeng nyasar, karna ia sudah menunjukkan semua tempat di sekolah ini.

Dara menghela nafas kasar. Ia bingung harus mencari Ajeng ke mana lagi. Ia juga sudah meminta tolong pada beberapa temannya untuk membantu mencari, tapi tidak ada satu pun yang mau menolongnya.

Saat melihat Zidan akan melewatinya, Dara menghentikannya. Bertanya pada Zidan, mungkin saja laki-laki itu melihat Ajeng.

“Zidan,”

Zidan yang baru saja akan masuk ke dalam kelas, menghentikan langkahnya saat mendengar Dara memanggil namanya. Laki-laki itu pun berdiri di depan Dara, “Kenapa?” Tanyanya.

“Lo liat Ajeng, nggak?”

Zidan mengerutkan dahinya, “Ajeng?”

“Iya, Ajeng. Lo liat, nggak?”

“Liat,...” Zidan berhenti sesaat, “tapi pas main basket tadi.” Lanjutnya.

“Maksud gue, setelah lo keluar dari lapangan basket. lo liat, nggak? Atau pas lo jalan kesini?”

“Nggak liat.”

Menghela nafas kasar, lalu Dara berucap, “Ya udah, makasih." 

Zidan hanya membalas dengan deheman pelan, kemudian lanjut berjalan ke dalam kelas.

“Lo ke mana sih, jeng?” Lirih Dara semakin khawatir. Ia melirik jam tangganya, terisa tiga menit lagi bel pergantian jam pelajaran akan berbunyi.

Terdiam sesaat, menimbang-nimbang apakah ia harus mencari Ajeng atau ikut pelajaran?

Dan akhirnya, Dara memutuskan untuk mencari Ajeng saja. Persetan dengan pelajaran dan guru yang mengajar. Baginya mencari keberadaan Ajeng lebih penting dari mendengarkan guru berceloteh.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang