BAB 15

13.9K 967 1
                                    

Satu hal paling membahagiakan bagi kebanyakan murid sekolahan adalah ketika guru yang mengajar sedang berhalangan untuk hadir. Itulah yang sekarang di alami oleh kelas XI IPA 2.

Kebetulan Guru yang mengajar di kelas mereka sedang berhalangan hadir, pun tidak ada guru pengganti. Jadilah para murid berseru heboh di dalam kelas, saking senangnya. Apa lagi mata pelajaran yang kosong adalah pelajaran matematika.

Nikmat mana lagi yang kau dustakan, wahai para murid anti mata pelajaran matematika?

Ajeng tengah duduk sendiri di bangkunya sembari menggambar sesuatu di bukunya. Sementara yang lainnya, ada yang bergosip, membuka salon kecantikan, bermain domino, membaca buku dan ada juga yang sedang mengadakan konser dadakan.

Mereka berani berbuat bising karna ketua kelas dan juga wakilnya tengah berada di ruangan guru saat ini. Akan berbeda jika sang ketua- alias Zidan tidak kemana-mana. Dijamin 100% tidak akan ada yang berani membuat kebisingan seperti sekarang.

Sedikit pun Ajeng tidak terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Ia tetap fokus pada gambarnya. Tapi itu tak bertahan lama saat tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik bukunya.

Ajeng berdecak dalam hati sebelum menoleh dan mendongkak. Ia mendapati Karina sebagai pelakunya. Cewek itu sekarang berdiri di sebelah  mejanya.

“Widih, lagi gambar apa nih?” Celetuk Karina, sembari memperhatikan gambar milik Ajeng yang sekarang berada di tangannya.

Tak ada tanggapan dari Ajeng. Ia lebih memilih diam karna malas berurusan dengan perempuan tak jelas itu. Tapi, ia akan sedikit membalas jika perempuan penganggu itu melewati batas.

“Kalau sudah keterlaluan balas saja. Jangan takut, disini ada yang baik yang akan belain kamu.” Suara Mia terdengar.

“Lagi gambar hantu atau lagi gambar diri lo sendiri? Gambar ini lebih mirip sama lo. Aneh dan menyeramkan.” Sindir Karina, lalu menatap Ajeng dengan tatapan mengejek.

Masih memilih diam, itu yang Ajeng lakukan. Ia tahu, Karina hanya berusaha memancing emosinya.

Dan benar saja tebakannya, Karina menjadi emosi karna Ajeng tak menanggapinya.

“Dih, takut lo sama gue?” Kembali berusaha memancing emosi Ajeng. Bahkan perempuan itu sudah menoyor kepala Ajeng.

“Gambar lo kek gambar setan. Mirip banget sama lo yang kek setan!” Tambahnya semakin menjadi-jadi.

“Kenapa? Iri sama gambar gue?” setelah hanya terdiam, Ajeng akhinya membalas. Ia kembali mendongkak  menatap Karina dengan sebelah alis terangkat.

Hal itu temtu membuat Karina semakin emosi di buatnya, “Berani lo sama gue, hah?!” Sentak Karina.

Ajeng hanya menanggapinya dengan memgangkat kedua bahunya.

“HEY, GAYS, NGADEP SINI DONG! GUE MAU NUNJUKIN SESUATU,” Teriak Karina sembari mengangkat buku  yang berisi gambar milik Ajeng, memperlihatkannya pada seluruh penghuni kelas.

Kelas yang tadinya berisik, seketika berubah menjadi hening. Mereka semua menoleh ke arah Karina dan melihat gambar di buku itu.

“Karina, Lo ganggu banget.” kata Vivi sembari memutar bola matanya malas.

"Tau tuh. Caper banget jadi cewek." Timpal yang lainnya.

“Gue Cuma mau ngeliatin kalian gambar yang dibuat sama si aneh," Karina menunjuk Ajeng, "Dia ngegambar hantu, tapi gambar hantunya malah mirip dia sendiri.” Lanjutnya di iringi dengan tawa.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang