Bab 56

11.9K 1K 93
                                    

Sudah menjadi rutinitas dipagi hari bagi Ajeng untuk pergi ke taman, setelah ia tinggal di apartemen Lintang. Menikmati suasana sambil memperhatikan sekitar.

Seperti pagi ini, Ajeng sudah berapa di taman. Duduk di kursi panjang yang memang sudah disediakan. Beberapa penghuni apartemen juga terlihat berjalan-jalan santai.

“Sebentar lagi,” Gumam Ajeng disertai dengan senyum tipis di wajahnya.

Tak berselang lama setelah Ajeng bergumam, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menghantam bagian belakang kepalanya dengan sangat keras. Hingga membuat gadis itu tersungkur tak berdaya di atas tanah.

Ajeng tidak sadarkan diri.

Ajeng tersadar dari pingsannya setelah beberapa jam berlalu. Ia membuka kedua kelopak matanya secara perlahan. Pandangannya langsung tertuju pada lantai berdebu dan basah dibawahnya.

Segera mengangkat kepalanya, memindai sekitaran. Ternyata ia berada diruangan sebuah bangunan terbengkalai. Sedikit gelap dan juga bocor dimana-mana. Banyak besi dan kayu yang berserakan di lantai.

Tersadar jika kedua kakinya terikat tali, pun dengan kedua tangannya yang diikat kuat pada sandaran lengan kursi. Jangan lupakan mulutnya yang disumpal kain.

Kedua kalinya Ajeng disekap. Pelakunya jelas berbeda dan juga memiliki tujuan yang berbeda. Kali ini pasti untuk melenyapkannya.

“Sudah sadar rupanya.”

Terdengar suara seseorang. Ajeng segera mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.

Tepat dari arah jalan masuk ruangan, terdapat seorang laki-laki berpakaian serba hitam berjalan menuju ke arahnya. Ajeng tidak bisa melihat wajah laki-laki itu karna tertutup topeng berwarna hitam pula. Kecuali mata tentunya. Tetapi dari matanya, Ajeng bisa menilai jika laki-laki itu masih sangat muda. Atau mungkin beberapa tahun lebih tua darinya.

“Hai, Ajeng,” Laki-laki itu berdiri menjulang didepan Ajeng.

Sebenarnya, Ajeng juga ingin membalas sapaan laki-laki itu dengan kata ‘hay juga’ tapi sayang, ia tidak bisa melakukannya karna mulutnya sedang tersumpal kain. Apakah ia harus sedih sekarang?

“Gimana kabar lo?” Tanya laki-laki seperti tengah mengobrol santai dengan teman yang beberapa tahun baru di temuinya.

“Alhamdulillah, baik. Kalau lo?” Ajeng hanya menjawabnya dalam hati. Kita harus sopan, kan? Jika ada yang bertanya, maka kita harus menjawabnya.

“Kayaknya lo baik-baik aja deh.” Dia yang bertanya, malah dia sendiri yang menjawab.

Dari sini Ajeng bisa menebak jika manusia itu pasti bermasalah dengan otaknya. Mungkin salah satu urat saraf yang ada di kepalanya sedang korslet. Ajeng sebenarnya sangat ingin membantu laki-laki itu membantu memperbaiki kerusakannya. Tapi sayang beribu sayang, ia tidak bisa melakukannya karna kedua tangannya terikat.

“Mau tau alasan kenapa lo bisa ada disini?” Tanya Laki-laki itu seraya menyeringai dibalik topengnya.

“Nggak perlu deng. Gue udah tahu alasannya. Kasian banget deh lo!”

“Alasannya, karna ada orang yang meminta gue untuk lenyapin lo. Dengan bayaran yang tentu saja sangat mahal. Dan gue nggak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas itu.” Sambung laki-laki itu.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang