BAB 17

13K 940 5
                                    

“Ada kakak kelas yang meninggal!”

“Meninggal?”

“Iya, meninggal. Kalau bahasa inggrisnya, is dead. Nggak nafas lagi alias modyar!” Jelas Dara di seberang.

“Kapan?” Tatapan Ajeng masih tertuju pada hujan di luar sana. Belum ada tanda-tanda jika akan berhenti, malah semakin deras.

“Katanya sih habis magrib. Mayatnya kek habis di cincang-cincang, Jeng! Ighh, pokoknya ngerii banget!”

Ajeng tersenyum tipis. Ia tahu siapa yang dimaksud Dara. Laki-laki yang Amel bawa tadi siang. “Padahal belum bertobat.” Gumamnya.

“Hah? apa? Lo ngomong apa, Jeng?” Tanya Dara di seberang.

“Gue nggak bicara sama lo,” kata Ajeng, membuat Dara di sana berdecak, “Terus, lo bicara sama siapa?” Tanya gadis itu.

“Sama hantu.”

“ckckck, iya deh bisa ngeliat hantu.” Cibirnya. Ajeng menanggapinya dengan deheman singkat.

“Jeng, katanya yang meninggal itu pacarnya si Amel, kakak lo.” Kata Dara memberi tahu.

Terdiam sesaat lalu Ajeng menjawab, “Ya gue tau.” Ia menutup pintu jendela kamarnya, kemudian berjalan mendekati kasur dan mendudukkan pantatnya di ujung kasur itu.

“Kok lo bisa tahu sih?”

“Tadi dia ada di sini. Gue juga tahu kalau dia bakalan meninggal karna di keroyok.” Jelas Ajeng.

Dara di seberang memekik, “APA? BENERAN? LO SERIUS KAN, NGGAK BOHONG?” Tanyanya secara beruntun.

Pekikan Dara itu membuat Ajeng menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara pekikan gadis itu membuat gendang telinganya berdengung.

“Nggak usah teriak!” Decak Ajeng setelah mendekatkan kembali ponsel ditelinganya.

“Hehehe,... sorry, jeng, gue kaget soalnya. Tapi tu laki beneran ada di rumah lo tadi?”

“Iya. Dia datang bareng si Amel. Dia juga sempat megang tangan gue. Tapi langsung gue tepis kasar.” Ajeng memberitahukan kejadian tadi.

“Apa? Megang tangan lo?”

Mengangguk itu yang Ajeng lakukan meskipun ia tahu Dara tidak akan mungkin melihatnya, “Iya.” Jawabnya.

“Kurang ngajar banget, main pegan-pegang tangan cewek lain! Udah punya pacar juga. Ighh, kesel gue kalau ada cowok genit kek gitu.” Ucap Dara terdengar kesal, “Tu laki nggak ngapa-ngapain lo lagi, kan?” lanjut Dara bertanya.

“Nggak. Gue bentak, terus gue langsung masuk kamar.”

“Kenapa nggak lo tonjok?”

“Gue lupa. Harusnya gue tonjok, ya?”

“iya! Kalau perlu lo tonjok sambil lo anjing-anjingin sekalian!”

Kekehan pelan keluar dari mulut Ajeng. “Nanti gue coba kalau ada yang berani nyentuh gue.” Katanya.

“Bagus! Lo emang harus ngelakuin itu, kalau ada lagi cowok yang berani kurang ajar.” Balas Dara menggebu.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang