Dua bulan kemudian.
Evan dan Kenta sedang berada di bandara Soekarno-Hatta. Mantan atlet tembak itu menunggu dengan perasaan berdebar. Ibunya akan pulang setelah satu tahun tidak bertemu.
Kenta menangkap dari kejauhan sosok ibunya yang baru saja keluar dari gate kedatangan internasional. Wanita berambut sebahu dengan senyuman yang sangat indah. Kenta berlari kecil untuk menyambut ibunya.
"Mama." Laki-laki itu menyalimi Nira kemudian memeluk wanita itu. "Udah lama nggak ketemu. Mama udah sehat kan?"
Nira mengangguk dalam pelukan Kenta. "Kamu makin tinggi aja, Ken."
Kenta terkekeh. "Iya, Ma."
Lalu Kenta melepas pelukannya dan membantu Nira membawa koper besarnya ke arah mobil. Ya, Evan kini telah membeli mobil untuk keluarganya. Karena mereka mulai hari ini akan menetap di Indonesia. Sekarang keluarga itu dapat berkumpul dengan lengkap setelah kepergian Raiden. Dengan perasaan yang jauh lebih lega dan jauh lebih baik.
"Ma, Pa. Maaf ya. Tapi kalian pulang duluan aja ke rumah. Aku mau ke gate keberangkatan," ujar Kenta setelah sampai di mobil mereka. "Tapi nanti aku makan malam di rumah kok. Kangen makan bertiga."
"Oh, hari ini berangkatnya?" tanya Evan.
Kenta menganggukkan kepala. "Iya, Pa. Satu jam lagi sih, tapi aku mau ketemu dulu sebelum pisah."
Evan tersenyum lalu memberikan anggukan. "Ya udah, Papa tunggu di rumah ya. Nanti pulang naik taksi aja."
"Siap, Pa."
"Siapa emangnya yang mau pergi?" tanya Nira.
Evan tersenyum lalu menggandeng istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Ada deh, Ma. Nanti Papa ceritain di jalan."
Mantan atlet tembak itu segera berlari menuju gate keberangkatan internasional.
Setelah sampai di sana, mata laki-laki itu mengedari bandara yang agak penuh siang itu. Hingga akhirnya, ia menangkap lima sosok di sana yang tengah bercanda di salah satu kursi panjang. Lima orang itu adalah Theo, Bima, Jupiter, Eireen, dan juga Venice. Mantan atlet tembak itu berjalan cepat untuk sampai ke sana.
"Eh, Ken. Udah dateng nyokap lo?" tanya Venice yang menangkap lebih dulu sosok Kenta.
Mantan atlet tembak itu menganggukkan kepalanya. "Udah, barusan pulang sama bokap."
"Kamu bawa titipan aku nggak?" tanya Eireen.
Kenta mengangguk, lalu mengeluarkan kantung plastik putih dari tas selempangnya. "Aku bawa kok."
"Thanks banget ya," jawab Eireen lalu mengambil plastik putih itu dari tangan Kenta.
"Ciyee, udah aku-kamu nih ya," ledek Jupiter. "Btw, apaan tuh? Transaksi gelap di bandara? Gue nggak mau urusan lagi sama tindak kejahatan. Kapok!"
"Enak aja!" Eireen menjitak pelan kepala si planet besar itu. "Ini pembalut sama kiranti. Lo mau?"
"Eh, beli barang sensitif gitu. Nggak malu lo?" tanya Theo pada mantan atlet tembak itu.
Bima ikut tertawa meledek. "Kalau buat pacar, apa sih yang malu, Kak?"
Kenta dan Eireen memang sudah berpacaran. Selama ini, Kenta hanya menundanya sebab ia ingin fokus mencari tahu penyebab Raiden meninggal dulu. Setelah kasus itu selesai, Kenta tak ingin membuang waktu lagi untuk menyatakan perasaannya.
"Ah ngeledek mulu kalian!" protes Kenta. "Btw, gimana kemarin persidangannya? Sorry, gue nggak bisa ikut. Soalnya beres-beres rumah karena nyokap mau pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
AVICENNA CLUB ( END ✔️ )
Teen FictionAvicenna Club, klub elite yang ada di SMA Dewantara. Siapa pun yang masuk ke klub itu, sudah dapat dipastikan akan mendapat tiket masuk ke Fakultas Kedokteran di universitas negeri favorit. Namun sayangnya, setiap tahun Avicenna Club hanya akan meng...