Pt. 1 - Encounter

1.2K 41 2
                                    

Lany mengetuk pelan partisi kubikel yang letaknya di ujung ruangan kantor barunya. Di dalamnya sedang duduk seorang lelaki yang dia perkirakan seumuran dengannya. Lelaki dengan kulit seputih susu, menyibakkan rambut model two block haircut berwarna coklat gelap yang menutupi dahinya, mendongakkan wajahnya ke arah asal suara ketukan yang Lany buat. Lany terperangah dengan pesona lelaki itu.

Wah gila sih, ini mah semangat kerja terus gue. Batin Lany dalam hatinya. Lelaki yang sedang berdiri di hadapannya inilah yang akan jadi manajernya. Lelaki itu berperawakan cukup tinggi. Mungkin 20 centi lebih tinggi darinya. Badannya ramping namun berisi, terlihat dari lengan kemeja biru tuanya yang cukup ketat. Dadanya juga bidang dan lebar. Sudah pasti dia sering pergi ke gym untuk membentuk badannya. Wajahnya sudah tidak perlu ditanyakan lagi, 1000/100 bagi Lany. Orang mungkin akan mengira lelaki itu artis atau anggota boyband Korea. Yang Lany tau, lelaki itu bernama Rayner Aston Lazuardi.

"Selamat pagi, Pak. Perkenalkan saya Alanis, asisten manajer baru yang direkrut akhir bulan lalu," Lany masuk dengan senyum manis tersungging di bibirnya dan menjabat tangan kekar milik manajernya. 

"Pagi. Saya Rayner. Maaf tempo hari waktu user interview saya tidak bisa datang. Ada keperluan mendesak. Semoga betah ya kerja di sini," Ray memandang lekat mata Lany, gadis 27 tahun yang sekarang akan menjadi asistennya. "Nanti duduk di meja depan saya aja, biar enak komunikasinya," Ray melepas jabat tangan mereka, berjalan keluar dari kubikel dan menunjukkan meja yang akan ditempati Lany. Di luar kubikel milik Ray berjajar memanjang 8 meja yang terbagi dua saling berhadapan lengkap dengan kursinya. Meja milik Lany memang menjadi meja terdekat dengan pintu kubikel milik Ray.

"Baik, Pak. Mmm, kalau jam segini memang belum pada datang ya, Pak?" Lany mengamati ruangan berukuran kira-kira 7x10 meter yang pagi itu memang masih kosong melompong. Lany melirik jam dinding besar yang terletak di atas sebuah whiteboard di tengah-tengah ruangan itu yang saat ini sedang menunjukkan pukul 8.10. Dia sengaja berangkat pagi, karena ini hari pertamanya dan  tidak lucu jika dia terlambat di hari pertamanya bekerja.

"Temen-temen yang lain biasanya jam 9 baru datang. Duduk dulu aja, nanti kalau mereka sudah dateng, saya kenalkan satu-satu," Ray mempersilakan Lany duduk dan kembali ke kubikelnya.

Alanis Cetta Asmaradhana, begitu nama lengkap Lany. Hari itu merupakan hari pertamanya bekerja sebagai asisten manajer di salah satu perusahaan multinasional yang berkantor di daerah Semanggi. Setelah menyelesaikan tesisnya, Lany mendapat rekomendasi dari salah satu teman kuliah dan juga profesornya yang kebetulan menjadi kolega seorang direksi tempat Lany bekerja sekarang. 

Lany sedang memandangi macbook miliknya saat satu per satu teman kerjanya datang. Seorang gadis mungil, lebih pendek dari Lany, duduk tepat di sebelah Lany. Gadis itu menoleh ke arah Lany, tersenyum lebar dan mulai mencuit. "Halo, Kak. Pasti asmen baru, ya? Kenalin, aku Nadine," gadis mungil itu menjabat tangan Lany.

"Halo, gue Alanis. Panggil Lany aja, dan gue-lo aja, Nad." Lany pun membalas senyum Nadine tak kalah lebar. 

"Oke, Kak. Udah ketemu sama Pak Ray, Kak?" Nadine berbisik.

"Udah. Orangnya lagi keluar tadi. Ini ngapain kita bisik-bisik? Kan orangnya gaada." Lany juga ikut berbisik-bisik menirukan Nadine sambil tersenyum melihat tingkah gadis mungil di sebelahnya.

"Iya juga, ya. Hahahaha," suara tawa Nadine memenuhi seisi ruangan. "Kak, kenalin satu-satu nih, Nadine squad namanya. Di depan Kak Lany namanya Bang Barra, sebelahnya Bang Barra ada Vano, terus sebelahku nih Mas Petra, terus depan Mas Petra ada Kak Nando, terus dua di ujung yang masih kosong tempat duduknya tuh punya Kanaka sama Abyan," Nadine memperkenalkan satu per satu orang yang saat itu sudah datang sembari menunjukkan meja mereka. Lany mulai paham kenapa dinamai Nadine Squad. Karena memang di ruangan itu hanya Nadine yang cantik sendiri.

Lany kemudian bangkit dari tempat duduknya, menyalami satu per satu teman-teman barunya. Bersamaan dengan itu, Ray masuk ke ruangan mereka.

"Oh, udah kenalan semua sama Alanis? Nadine, nanti tolong anter Alanis ke HRD ya buat ngurusin finger print, id card sama kelengkapan kepegawaian yang lain," perintah Ray sambil berjalan ke kubikelnya, dan kembali dengan kesibukannya.

"Baik, Pak," jawab Nadine. Nadine kemudian mendekat ke Lany yang sekarang sudah duduk kembali di tempat duduknya. "Kak, jangan bengong. Emang ganteng banget. Tapi rada alergi sama cewek," Nadine kembali berbisik tepat di telinga Lany. 

Lany terkesiap saat mengetahui Nadine memperhatikan dirinya yang bergeming tak lepas memandang Ray. "Gue udah bengong dua kali hari ini. Tell me more."

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang