Pt. 18 - A Date

248 18 0
                                    

Hari ini Lany sudah berencana untuk refreshing ke salah satu mall di dekat apartemennya sendirian. Dia ingin membeli beberapa potong baju baru dan parfumnya yang sudah habis. Baru berjalan sampai basemen di mana mobilnya terparkir, namun nampaknya dia akan membatalkan rencananya. Dari kejauhan dia melihat ban belakang mobilnya agak kempes. Sesampainya di tempat mobilnya terparkir, Lany menendang ban belakang mobilnya, kemudian berjongkok mencoba memastikan kembali.

Ray keluar dari lift basemen yang membawanya ke parkiran mobil. Dia berjalan sambil mengingat-ingat di mana dia memarkirkan mobilnya semalam. Saat sedang mencari-cari, Ray melihat Lany sedang berjongkok di samping mobil putih milik perempuan itu. Ray merubah arah mendatangi Lany.

Kedatangan Ray yang tiba-tiba dan tanpa suara membuat Lany terkejut setengah mati. Dia hampir terjatuh dibuatnya. Jantungnya berdegup kencang. Lany terduduk lemas karena serangan panik. 

Ray benar-benar tidak menyangka kehadirannya membuat Lany terkejut begitu hebat. Melihat Lany terduduk lemas, dia segera berjongkok di sebelah Lany, mengusap-usap punggung perempuan itu untuk menenangkan.

"Alanis, maaf. Astaga, breath... Pelan-pelan," tangan kekar Ray masih mengusap lembut punggung Lany. 

Lany memejamkan mata, mencari ketenangan. Saat dia membuka matanya, dia menoleh ke arah Ray berada, memukul bahunya cukup kencang. "Ray ah!"

"Iyaa, maaf. Gue lupa. Ga lagi-lagi bikin lo kaget," Ray meringis mengelus bahunya yang tadi dipukul Lany. "Lo juga ngapain sih jongkok di sini?"

"Tuh! Ban mobil gue kempes. Huh!" Lany menggerutu kesal.

"Lo mau pergi ke mana emang?"

"Mau jalan aja ke Kokas. Bete gue di apartemen sendirian. Si Sakha lagi pergi ngapelin Nadine."

"Lah kok bisa Sakha sama Nadine?"

"Gue comblangin hahaha. Lo mau ke mana ganteng bener? Mau kencan juga ya?" Lany tanpa malu memuji Ray. Siang itu Ray memang tampak stunning. Lanny yakin setiap perempuan akan menoleh padanya jika melihat Ray. Kemeja berwarna coklat karamelnya dibiarkan tidak terkancing seluruhnya, memperlihatkan kaos putih polos yang dia pakai di dalamnya, lengkap dengan celana denim dan sepatu Converse High Top berwarna hitam serupa dengan yang juga Lany pakai saat itu juga. Sayang baginya untuk tidak memuji Ray.

"Iya, mau ngedate gue. Yuk, ikut gue aja makanya."

"Ogah ah. Gangguin lo ngedate," jawab Lany cemberut.

"Nggak papa. Orang sama lo ini ngedate nya. Ayok," Ray berdiri sambil mengacak-acak pelan rambut Lany, sekaligus mengacak-acak hati perempuan itu.

Lany ikut bangkit dan mengekori Ray yang sudah lebih dulu berjalan menuju mobilnya.

---------- 

"Mau ke mana sih emangnya?" Lany bertanya saat mereka berdua sudah duduk di dalam mobil. 

"Pokoknya lo pasti suka tempat ini."

"Okay, surprise me then," Lany menyandarkan bahunya, menatap ke depan. Dia sudah menunggu beberapa saat namun Ray belum juga menjalankan mobilnya. Dia menengok ke arah Ray, mengangkat bahu. "Nunggu apa? Ayok jalan."

Ray tersenyum, melepas seat-belt yang sudah dia pakai, berbalik ke arah Lany dan mencondongkan tubuhnya untuk meraih seat-belt milik Lany dan memasangkannya ke badan Lany. Lany mengerjap-ngerjapkan mata saat tubuh Ray begitu dekat dengannya. Lany bisa mencium wangi vanilla bercampur spice dan sedikit woody dari tubuh Ray. 

Lany yang salah tingkah memukul kepalanya sendiri dengan genggaman tangannya. Ray melirik ke arah Lany yang sekarang mukanya bersemu merah, tersenyum geli melihat tingkah perempuan yang selalu bisa membuatnya jatuh hati.

----------

Mobil Ray membawa mereka berdua ke kawasan pertokoan di daerah Kemang. Mereka berdua kemudian keluar dari mobil, berjalan menyusuri jalan setapak yang membawa mereka ke sebuah toko yang letaknya agak masuk ke dalam, agak jauh dari jalan utama. Toko itu tidak terlalu besar, di dalamnya terdapat rak-rak kayu berukuran besar yang berisikan vinyl-vinyl berbagai genre musik. Di dindingnya juga disusun vinyl-vinyl lain. Di beberapa sudutnya diletakkan turntable untuk memutar vinyl. 

Lany ternganga takjub, menyukai tempat yang mereka datangi. Baru kali itu Lany mendatangi recordstore. Ray tersenyum melihat Lany yang dengan antusias langsung menghambur meninggalkannya. Perempuan itu mulai melihat-lihat, memilah-milah tiap susunan vinyl

"Suka?" tanya Ray singkat, menghampiri Lany yang masih sibuk dengan vinyl-vinyl di hadapannya.

"Banget! Makasih ya, Ray," Lany menoleh sebentar ke arah Ray dan kembali menyibukkan diri. Ray hanya tersenyum melihat tingkah Lany yang di luar dugaannya.

Ray berjalan mengitari toko itu, mencari-cari vinyl yang dia inginkan. Setelah menemukan satu, dia kembali mencari. Lalu dia berjalan ke arah turntable berwarna hitam doff dengan tutup akrilik bening yang sama persis dengan miliknya, memasang vinyl yang hendak dia coba dengarkan, kemudian memakai headphone yang disediakan. 

Lany yang melihat Ray sedang mendengarkan alunan musik yang diputar turntable dari headphone nya, berjalan mendekat, ikut berdiri di sebelah Ray. Dia mulai berjinjit-jinjit hendak ikut mendengarkan dari headphone di telinga Ray. Ray tertawa melihat Lany yang kesusahan mensejajarkan telinga mereka karena tinggi badannya yang terpaut jauh dari Lany. Ray kemudian melepas headphone nya dan memakaikan kepada Lany. Keduanya saling berpandangan cukup lama. 

"Lagunya siapa?" tanya Lany dengan headphone yang masih di telinganya.

"Cigarettes After Sex." Ray menjawab singkat menunggu respon perempuan di sebelahnya. Karena Lany hanya terdiam menatapnya, Ray kemudian membuka sebelah headphone Lany, membisikkan ulang tepat di telinga Lany, "Nama bandnya Cigarettes After Sex."

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang