Pt. 20 - Jealous

232 15 4
                                    

Setelah minggu lalu disibukan dengan report akhir bulan, minggu ini di kantor Lany akan diadakan banyak event untuk memperingati hari jadi perusahaan. Hampir seminggu ini diadakan berbagai macam lomba dan pertandingan olah raga.

Tadinya Lany sedang bersama Nadine di lapangan basket menyaksikan pertandingan basket antar divisi. Namun telepon dari Ray membuat dia saat ini duduk di depan monitornya lagi, mengerjakan visualisasi data yang diminta divisi lain secepatnya.

Lany sudah separuh jalan saat mendengar suara seorang perempuan yang sedang berdiri di pintu ruangan mereka sambil mengucapkan salam.

Mata Lany dan mata perempuan tadi sempat saling bertukar pandang yang kemudian dibalas Lany dengan anggukan. Perempuan itu kemudian mengedarkan pandangan, melihat ke arah kubikel Ray. Di kubikelnya, Ray segera berdiri menyambut perempuan itu sembari tersenyum.

Perempuan cantik berambut sebahu yang diwarnai ash brown, dengan jumpsuit polos berwarna mauve lengkap dengan flat shoes hitam dan signature bag dari salah satu luxury brand berwarna senada dengan sepatunya, menghampiri Ray yang sudah ada di depan mejanya dengan riang. Keduanya kemudian bertukar salam, saling menempelkan pipi. 

"Hai, Emm. Apa kabar?" sapa Ray.

"Never been this good. Lo apa kabar, Ray? Lama banget kayaknya ga ketemu lo deh. Papa mama sehat, Ray?" Perempuan yang disapa Ray tadi bernama Emma. Emma adalah pacar Yuta, teman baik Ray sejak mereka sama-sama duduk di bangku SMP.

"Sehat semua, Emm. Yuk, duduk. Maaf loh berantakan."

Lany yang merasa kehadirannya akan mengganggu obrolan kedua orang itu, memutuskan untuk keluar dari ruangan tanpa berpamitan kepada Ray.

"Katanya alergi sama cewek. Alergi apaan cipika cipiki gitu. Tsk!" Lany menggerutu pelan sambil berlalu meninggalkan mereka.

Di dalam kubikelnya, mata Ray tak lepas memandangan Lany yang tiba-tiba keluar dari ruangan, membuat Emma ikut menoleh memperhatikan.

"Staff baru ya, Ray? Kok kayaknya gue baru lihat," tanya Emma penasaran.

"Iya, asmen baru," jawab Ray singkat.

"Ooh yang kemarin posisinya sempet kosong lumayan lama itu ya? Kok tumben cewek, Ray? Ciee.." Emma mulai menggoda Ray.

"Dia direkomendasiin sama orang kepercayaannya direksi. Mana bisa nolak gue."

"Wow, hebat dong dia."

"Well, pretty impressive."

"Hmm, pretty and impressive? Or, she is pretty and you are impressed?" Emma kembali menggoda Ray karena melihat cara Ray memperhatikan Lany daritadi.

"Both," Ray mengakui. Kedua telinganya memerah. "Udah ah, Emm. Lo mah sama aja kayak Yuta, seneng banget ngejek gue."

"Eh, serius Ray? OMG! Ray, I'm happy for you. Akhirnyaa. Jadi itu tadi yang diceritain Yuta? Hmmm, cantik loh Ray."

"Cerita apa emang Yuta? Gosipin gue ya lo berdua?" tanya Ray.

"Iya, Yuta bilang lo lagi jatuh cinta hahaha. Beneran ternyata. Mana nggak bisa boong lagi tuh telinga lo," Emma tertawa.

"Sialan, udah merah banget nih pasti telinga gue," Ray menutupi kedua telinganya. "Btw, I'm happy for both of you too. Yuta will definitely be a good husband for you."

"Aaa, makasih ya Ray. Makasih juga udah nemenin Yuta milih cincin," Emma menjawab sambil mengelus cincin di jari manis tangan kirinya.

"Yuta beruntung banget dapetin lo, Emm."

"Enggak laah, gue juga beruntung punya Yuta. Makanya lo cepet nyusul gih. Petrus, Ray. Petrus," canda Emma.

"There you are. Aku cariin ke mana-mana juga," Yuta yang baru datang langsung menghampiri Ray dan Emma. 

"Kamu lama sih meetingnya. Bete aku di ruangan kamu sendirian. Yaudah aku nyamperin Ray aja. Eh ternyata dia lagi berduaan sama cewek masa, Beb," Emma menggandeng tangan Yuta.

"Eh iya, si Lany kenapa Ray? Asem banget mukanya. Abis lo marahin ya?" tanya Yuta yang tadi sempat berpapasan dengan Lany di lift.

"Eh, jealous kali dia, Beb. Tadi aku cipika cipiki sama Ray. Astagaa, sorry ya Ray."

"Hayoloh Emma hayolooh.." Yuta menggoda calon istrinya.

"Ih ya mana aku tau. Orang kamu cuma cerita kalo Ray lagi jatuh cinta, ga ngasih tau yang mana orangnya."

Ray tertawa melihat kelakuan Yuta dan Emma. "Gapapa, Emm. Santai aja. Lo mah Yuta digubris."

"Yaudah yuk ah, keburu siang, Sayang. Kita cabut dulu ya, Ray. Doain gue," pamit Yuta.

"Mau ke mana emang lo minta doa segala?" tanya Ray penasaran.

"Mayestik," Yuta menjawab singkat menyebut tempat perbelanjaan yang akan mereka datangi. Ray paham maksud dari Yuta.

"Bye, Ray. Good luck ya sama mbaknya," Emma juga ikut berpamitan.

Di depan ruangan, Yuta dan Emma yang sedang bergandengan tangan berpapasan dengan Lany. Lany yang kebingungan masuk ke dalam ruangan dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

"Abis dari mana?" tanya Ray singkat.

"Bawah. Kok sama Yuta?"

"Siapa? Emma?"

"Emma? Bukannya mantan lo?" tanya Lany. Dia benar-benar mengira perempuan tadi adalah mantan Ray.

"Ngarang lo. Calon bininya Yuta itu," jawab Ray terkekeh.

"Lah, gue kirain mantan lo. Abis tadi lo manggil Emm gitu, gue kira Me--" Lany tidak melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa? Jealous ya lo?"

"Gue? Jealous? Hah! Jangan mimpi Anda. Sana-sana ih pergi," Lany mendorong Ray menjauh darinya.

"Yaudah gue pergi. Jangan kangen tapi, ya," Ray benar-benar berjalan menjauh dari Lany.

"Lah beneran? Mau ke mana?"

"Toilet. Mau ikut?" Ray terkekeh sambil menghindari pukulan dari Lany.

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang