Pt. 2 - Little Information

520 38 3
                                    

Lany beruntung mendapatkan teman sefrekuensi di kantor barunya. Nadine, yang dia ketahui berumur 2 tahun lebih muda darinya, adalah seorang total extrovert. Mudah sekali untuk akrab dengannya. Gadis periang itu tak henti berbicara, menyapa siapapun yang berpapasan dengan mereka saat mereka menuju ke ruang HRD. Menceritakan betapa senangnya dirinya akhirnya mendapat teman perempuan di ruangan. Sudah setahun Nadine menjadi yang tercantik di ruangan mereka.

"Pak Ray mah emang orangnya ice ice gitu, Kak. Apalagi sama cewek. Liat sendiri kan di ruangan cuma ada aku doang ceweknya. Pada segan semua juga sama dia, padahal masih muda. Ruangan tu hawanya kayak di antartika tiap hari tau ga," Nadine menjembikkan bibirnya.

"Emang berapa umurnya?"

"30 tahun. Manajer termuda tuh di sini. Keponakannya salah anggota direksi."

"Wow, jalur ordal?" Lany memancing mencari tau lebih dalam tentang manajernya itu.

"Enggak juga sih, Kak. Kebetulan aja. He's just totally perfect. Dia belum lama sih jadi manajer. Baru setahunan ini deh kayaknya, bareng sama aku masuk kerja di sini. Setauku masuk sini juga dari staff biasa. Cuma emang kerjanya bagus banget, makanya cepet banget naik jadi manajer. Siap-siap pulang malem terus ya, Kak," Nadine menepuk-nepuk bahu Lany.

----------

Jam makan siang sudah tiba. Nadine sejak tadi sudah memburu-buru Lany untuk segera ikut turun ke kantin bersamanya dan beberapa teman lainnya. Tak butuh waktu lama untuk Lany mengenal tujuh orang teman kerjanya. Lany punya sifat hampir mirip dengan Nadine. Supel, ramah, mood maker. Sejak dulu dia selalu bisa light up the mood di manapun dan dengan siapapun dia berada. 

"Pak, mau ikut makan bareng?" Lany menawari Ray yang siang itu masih duduk di depan iMac nya.

"Hmm? Nggak, makasih," jawab Ray singkat. Tak lama setelah bungkam, matanya kembali terpaku ke monitornya.

Nadine menyenggol Lany, mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepala menandakan ketidaksetujuan. Lany mengangkat bahunya, membalas kode Nadine dengan raut muka penuh tanya.

Setelah keluar dari ruangan, Nadine kembali berkasak-kusuk, "He doesn't do that thing, Kak. Ga pernah makan siang bareng sama kita-kita. Pak Ray biasanya makan di ruangan atau makan di luar sama Pak Yuta,"

"Siapa lagi tuh Pak Yuta?" Lany mengingat tidak ada satupun teman di ruangannya bernama demikian.

"Oh, asmen divisi sebelah. Temen Pak Ray dari SMP katanya. Nanti deh kalo kita ketemu aku tunjukin." Lany mengangguk-anggukkan kepala memahami ucapan Nadine.

Kantin kantor mereka cukup besar. Terletak di lantai dasar gedung lain yang ada di belakang gedung utama. Ada beberapa food stall berjejer saling berhadapan dengan beberapa meja dan kursi di tengah-tengahnya. Di luarnya pun disediakan meja berpayung parasol berwarna putih sebagai smoking area. Di sebelah kanannya terdapat sebuah coffee shop cukup besar dengan bangunan tersendiri. Selesai makan, Lany dan Nadine mampir sebentar ke coffee shop itu untuk membeli caramel machiato kesukaan Lany dan vanilla frappucino untuk Nadine. 

"Mbak, mau nambah ice americano satu, ya." ucap Lany kepada kasir.

"Dua banget, Kak?" tanya Nadine heran.

"Buat Pak Rayner itu,"

"Yaampuun, baik banget hahaha."

"Sesajen biar ga sering-sering nyuruh gue pulang malem," Lany berucap sambil menaikkan kedua alisnya.

----------

Sesampainya di ruangan, Lany masih melihat Ray duduk terpaku pada monitor di depannya. Lany kembali mengetuk kubikel tempat lelaki itu duduk, menaruh ice americano yang tadi dia beli untuk Ray di sebelah monitor berwarna putih. "Ice americano, Pak."

Rayner terkesiap, memandang Lany yang sedang tersenyum lebar, kemudian memandang segelas kopi hitam yang sudah berembun dingin. "Oh, thanks. Oiya, ini ada employee handbook buat baca-baca. Masih belum ada kerjaan sih, jadi nyantai aja dulu," Ray membuka laci di sebelah kanannya mengambil sebuah buku cukup tebal dan menyodorkan kepada Lany.

"Baik, Pak. Let me know, ya, Pak kalau ada yang harus dikerjakan," Lany menutup pembicaraannya dan keluar dari kubikel Ray untuk kembali ke tempat duduknya.

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang