Pt. 3 - From Rayner's Eyes

463 31 1
                                    

Ray's boring life begin. Seperti biasa, Ray selalu menjadi orang yang pertama kali datang di ruangannya. Jam masih belum berdentang delapan kali, namun dia sudah duduk di depan iMac nya, membuka beberapa tab untuk membaca berita. Bisa dimaklumi kalau sepagi itu dia sudah berada di ruangannya, karena apartemen tempatnya tinggal jaraknya hanya 15 menit dari kantornya. Sembari menyesap kopi hangat yang dia buat tadi di pantry, sesekali dia membuka iphone nya untuk mengecek e-mail

Beberapa saat berlalu, Ray mendengar suara langkah kaki seseorang memasuki ruangan. Setelah dia tunggu, suara ketukan pelan membuatnya mendongak ke arah sumber suara tadi. Di pintu kubikelnya berdiri seorang perempuan muda, yang bisa dia pastikan usianya tak jauh berbeda dengannya.

Perempuan cantik berkulit putih itu memakai blazer dan cullote berwarna biru muda dengan blouse putih di dalam blazernya, sepatu Nike Air Force berwarna senada dengan blousenya, menenteng tas berwarna beige, dengan rambut gelap yang dibiarkan tergerai panjang sepunggung dengan poni yang menutupi sebagian dahinya. Tanpa ragu perempuan itu masuk ke dalam kubikel Ray setelah dia persilakan, menjabat tangan Ray dan memperkenalkan diri sebagai asisten manajer baru di divisinya. 

Ray baru ingat bahwa hari ini asisten manajer baru yang direkrut bulan lalu sudah mulai masuk. Dia hanya tahu sedikit tentang asmennya dari CV yang baru sempat dia baca tadi pagi. Dia tau namanya Alanis Cetta Asmaradhana, umurnya 3 tahun lebih muda dari dirinya, lulusan S2 di salah satu institut bisnis ternama di kota Bandung, dan dia direkomendasikan oleh sahabat baik omnya yang menjadi anggota direksi di perusahaannya. Karena itulah, Ray beralasan untuk tidak datang saat user interview. Toh, tanpa perlu pendapat dari Ray, perempuan itu juga sudah pasti akan diterima.

"Selamat pagi, Pak. Perkenalkan saya Alanis, asisten manajer baru yang direkrut akhir bulan lalu," Perempuan itu tanpa ragu masuk ke dalam kubikel Ray dan serta merta menjabat tangannya.

"Pagi. Saya Rayner. Maaf tempo hari waktu user interview saya tidak bisa datang. Ada keperluan mendesak. Semoga betah ya kerja di sini," Ray menjabat tangan sembari memandang lekat mata perempuan akan menjadi asistennya. "Nanti duduk di meja depan saya aja, biar enak komunikasinya." 

"Baik, Pak. Mmm, kalau jam segini memang belum pada dateng ya, Pak?" Perempuan itu bertanya sambil mengamati sekelilingnya.

"Temen-temen yang lain biasanya jam 9 baru datang. Duduk dulu aja, nanti kalau mereka sudah dateng, saya kenalkan satu-satu," Ray mempersilakan Lany untuk duduk di meja yang tepat berada di depan pintu kubikelnya.

Tak lama setelah itu, Ray keluar dari ruangan menuju ke emergency exit yang letaknya tepat di sebelah ruangan mereka untuk mengisap sebatang rokok sebelum memulai pekerjaan yang sebenarnya. Dia berjalan di belakang Lany yang saat itu sedang membuka macbook miliknya, menscroll touchpad sambil memandangi monitornya. Rupanya dia juga sedang membaca-baca berita pagi itu. Tanpa menyapa, Ray berlalu meninggalkan Lany sendirian di ruangan.

Emergency exit yang letaknya bersebelahan dengan ruang kerjanya itu menjadi tempat favoritnya untuk sekedar melepas penat. Ray biasanya akan duduk di salah satu anak tangga sambil mengisap Marlboro Light favoritnya. Kini sudah puntung keduanya saat Rayner mulai mendengar suara riang Nadine, satu-satunya perempuan di ruangannya. Berarti teman-temannya sudah mulai datang. Setelah mematikan rokoknya, Ray berjalan kembali ke ruangannya.

"Oh, udah kenalan semua sama Alanis? Nadine, nanti tolong anter Alanis ke HRD ya buat ngurusin finger print, id card sama kelengkapan kepegawaian yang lain," Ray meminta tolong Nadine sambil berjalan ke kubikelnya, dan kembali dengan kesibukannya.

"Baik, Pak," jawab Nadine.

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang