Sakha meringis kesakitan saat Lany memukul keras punggungnya saat mereka sudah berjalan keluar dari area perkantoran tempat Lany bekerja.
"Mulut lo bener-bener minta gue tabok ya, Kha. Manajer gue itu," Lany murka.
"Ha? Serius lo, Ca? Masih muda gitu udah jadi manajer si Ray? Maaf deh, gatau gue."
"Baru juga sehari kerja gue, udah bikin malu aja lo. Ga ada adab emang. Batal aja deh Whooper BK nya," Lany masih mengomeli sepupunya yang umurnya hanya selisih 1 tahun di bawahnya. Dia sekarang tinggal bersama Sakha di apartemen milik orangtua Sakha sejak seminggu lalu.
Lany awalnya tinggal di Bandung. Dia menempati rumah orangtuanya hanya berdua dengan teh Ira, asisten rumah tangganya, karena semenjak SMA kedua orangtua Lany berada di Malaysia untuk bekerja. Enam bulan sekali atau saat hari besar dan libur panjang, mereka akan pulang ke Bandung untuk menengok Lany. 2 tahun lalu Lany memutuskan untuk mengambil kuliah pascasarjana sembari bekerja. Namun baru satu tahun kuliah, dia memutuskan untuk resign karena dia ingin fokus dengan pascasarjananya. "Tapi seriusan dia tetangga sebelah, Kha? Tinggal sama siapa? Kok gue nggak pernah liat dia keluar unit sih?"
"Setau gue sih sendirian. Emang anaknya jarang keluar juga deh. Pagi-pagi udah ngantor, pulangnya juga malem. Gue juga kenal gara-gara sering ketemu pas ngegym di bawah."
"Ya Tuhan, mimpi apa gue tetanggaan sama manajer gue?" Lany menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Lany mengingat kedatangannya seminggu yang lalu di apartemen yang letaknya kebetulan tak jauh dari kantornya. Dia baru ingat beberapa kali melihat sosok Ray dari belakang, berjalan ke arah emergency exit yang berada tepat di sebelah unit milik lelaki itu. Tidak menyangka lelaki itu sekarang menjadi manajernya.
----------
Minggu lalu Ray menghabiskan hari liburnya di apartemen seperti biasanya. Membaca buku, menonton serial favoritnya di Netflix dan tiduran sepanjang hari. Namun hari itu sedikit berbeda, karena dia agak terganggu mendengar suara agak berisik dari unit sebelah apartemennya. Beberapa kali juga pintu unit sebelah terbuka dan tertutup. Sayup-sayup dia juga mendengar suara tawa Sakha beriringan dengan suara tawa perempuan. Padahal yang Ray tau tetangga sebelahnya selama ini tinggal sendirian.
Ah mungkin si Sakha punya pacar. Batin Ray.
Malamnya saat hendak tidur, tepat di sebelah kamar tidurnya lagi-lagi Ray mendengar sesuatu dari apartemen milik Sakha. Kali ini dia jelas mendengar dentingan piano karena malam sudah cukup sunyi. Seseorang memainkan River Flows in You. Ray hapal betul karena itu salah satu instrumen favoritnya. Dia terdiam menikmati alunannya sampai selesai. Rayner berpikir mungkin pacar Sakha yang memainkannya, karena selama dia tinggal bertetangga dengan Sakha, baru kali ini dia mendengar seseorang memainkan piano.
Malam-malam berikutnya, hampir tiap hari sebelum Ray tidur, tepat di sebelah kamarnya selalu mengalun instrumen berbeda-beda. Kadang dia mendengar seseorang itu memainkan Reflection atau lagu-lagu soundtrack film Disney, bergantian. Namun cukup sering Ray mendengar River Flows in You dimainkan. Dan malam-malam berikutnya Ray selalu menunggu seseorang itu memainkan lullaby untuknya.
----------
Ray membuka pintu Mercedes GLA hitam miliknya. Dia termenung sejenak mengetahui fakta bahwa Lany tinggal bertetanggaan dengannya. Di balik kemudinya, dia tersenyum simpul. Ternyata yang selama ini memainkan lullaby untuknya adalah Lany. Ray bergegas menyalakan mesin mobilnya, ingin segera sampai ke apartemennya agar dia bisa mendengarkan lullaby nya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)
FanfictionThe story of Lany the social butterfly and Ray the ice cold guy. A story about love, life, friendship, breakup, and finding souls. A story that will definitely stir your heart. An alternate universe of Jaehyun, Yuta and Doyoung of NCT 127. Feel free...