Pt. 4 - (Still) Rayner's

389 31 1
                                    

Ray masih memeriksa beberapa report yang selepas jam makan siang nanti harus dia serahkan kepada direktur mereka. Dia sudah meminta tolong kepada OB untuk membelikan makan siang untuknya saat berpapasan di lift tadi. Jika tidak sibuk, dia biasanya akan mengajak Yuta untuk makan siang bersama di kantin. Yuta adalah satu-satunya teman dekatnya yang kebetulan juga bekerja di perusahaan ini. Tiba-tiba dia dikagetkan oleh suara jernih Lany yang menawarinya untuk makan bersama. 

"Pak, mau ikut makan bareng?" 

Sudah setahun Ray bekerja di divisi ini dan baru kali ini ada seseorang yang menawarinya untuk makan bersama. Ray tau semua orang segan berhadapan dengannya. Selama dia bekerja di perusahaan ini pun Ray bukanlah seseorang yang banyak bicara. Dia juga menyadari bahwa sikapnya mungkin terkesan angkuh dan tak acuh terhadap orang di sekitarnya. Apalagi sekarang semenjak dia diangkat menjadi manajer termuda di kantornya. Namun Ray menikmatinya, karena memang bukan keahliannya berbasa-basi dengan orang.

----------

Ray baru saja kembali dari ruangan direktur yang berada satu lantai diatas ruangannya. Dia kembali menekuni pekerjaannya di dalam layar iMac. Sesekali memutar-mutarnya pulpen peraknya. Dari kubikelnya, dia mendengar suara Lany dan Nadine yang terlihat asyik membicarakan sesuatu yang membuat mereka tertawa cekikikan. Di dalam hatinya, Ray bersyukur akhirnya Nadine mendapat teman perempuan, karena selama setahun ini Nadine menjadi satu-satunya perempuan di ruangan itu.

"Ice americano, Pak."

Ray terkesiap, memandang Lany yang sedang tersenyum lebar, kemudian memandang segelas kopi hitam yang sudah berembun dingin yang diletakkan Lany di samping monitornya. "Oh, thanks. Oiya, ini ada employee handbook buat baca-baca. Masih belum ada kerjaan sih, jadi nyantai aja dulu," Ray membuka laci di sebelah kanannya, mengambil sebuah buku cukup tebal dan menyodorkan kepada Lany.

"Baik, Pak. Let me know ya Pak kalau ada yang harus dikerjakan," Lany menutup pembicaraannya dan keluar dari kubikel Ray untuk kembali ke tempat duduknya.

Ray terdiam sejenak. Dia meraih gelas yang sudah cukup basah oleh embun, menyesap cairan dingin di dalamnya. Sudut-sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas, membuat lesung pipit di kedua pipinya terlihat samar. Ray harus mengakui kemampuan bersosial milik Alanis. Baru beberapa jam perempuan itu menjadi bagian dari ruangan mereka, namun semua orang sudah akrab dengannya. Pembawaan Lany yang supel, ramah dan ceria mencairkan suasana ruangan yang biasanya sedingin kutub utara.

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang