Pt. 8 - Mask On

331 22 4
                                    

20 menit perjalanan dari apartemen ke kantor dilalui Lany dan Ray dalam diam. Setelah mobil Ray berhenti sempurna, Ray menahan Lany yang saat itu juga akan keluar dari mobilnya.

"Lan, sebentar. Are you really okay? Gapapa kok kalo lo mau istirahat di klinik. Di ruangan juga lagi nggak banyak kerjaan," Ray menyarankan.

"Udah gapapa kok, Ray. Makasih banyak, ya. Makasih banget," jawab Alanis sambil menunduk. Dia tidak berani memandang mata Ray. Dia malu. Kenapa harus Rayner yang melihatnya dengan keadaan seperti tadi. "Lo naik duluan aja. Gue mau ke toilet dulu," Lany kemudian membuka pintu mobil Ray, berjalan menjauhi lelaki yang sekarang masih termenung sendirian.

Ray sudah berada di kubikelnya ketika Lany masuk ke dalam ruangan. Seperti tidak terjadi apa-apa, Alanis tersenyum lebar menyapa satu per satu penghuni ruangan itu, termasuk Ray. Setelah dia duduk di kursinya, dia dan Nadine terlibat obrolan asyik tentang boyband Korea kegemaran mereka. Tak jarang Lany tertawa mendengar celotehan Nadine. 

Ray kembali dibuat takjub. Entah takjub, atau apa, Ray tidak bisa menemukan kata yang tepat bagi Lany. Belum ada satu jam yang lalu dia melihat perempuan itu ketakutan sampai hampir kehabisan napas. Sekarang di depan banyak orang, Lany bisa dengan mudahnya tersenyum bahkan tertawa dengan mata berbinar, kembali seperti Lany yang biasa dia kenal.

You're a mistery, Alanis.

----------

Sekembalinya dari istirahat makan siang, Lany dan Nadine dikejutkan dengan segelas boba drink berukuran besar di masing-masing meja mereka. Bukan hanya meja mereka ternyata, tapi seluruh meja yang ada di ruangan itu. Namun ada satu yang berbeda di meja Lany. Di gelasnya ada sticky note yang menempel bertuliskan 'Sweetness will heal'. Lalu ada benda lain di sebelah monitornya yang mencuri perhatiannya, sebuah lilin aromatherapy cukup besar berwarna ungu yang juga tertempel sticky note di atasnya. Kali ini bertuliskan 'Smell of lavender will also heal'.

Lany buru-buru mencopot kedua sticky notes itu saat Nadine sedang sibuk berbicara dengan Vano, kemudian memasukkannya ke dalam tas. Dia tak ingin Nadine meributkannya seharian karena Lany tau tulisan tangan itu adalah milik Ray.

"Siapa yang ulangtahun, nih?" Nadine bertanya saat kesemua penghuni ruangan sudah berada di meja masing-masing.

"Ray yang beliin tadi. Habis dapet rejeki ya, Ray?" Bang Barra menjawab pertanyaan Nadine sambil menengok ke arah kubikel Ray. "Makasih ya, Ray," lanjut Bang Barra berterima kasih, disusul dengan ucapan-ucapan terima kasih lain dari semua penghuni ruangan itu kepada Ray. 

"Waah, makasih, Pak Ray. Sering-sering ya, Pak," canda Nadine dibalas dengan senyuman oleh Ray. Nadine yang tidak menyangka respon Ray, terkesiap. Wajahnya bersemu merah. "Gue mimpi apa, Kak? Pak Ray senyum ke gue. Ganteng banget masyaAllaah. Terima kasih yaAllah Engkau ciptakan Pak Ray, mengirimkannya menjadi manajer hamba," Nadine berbisik kepada Lany. Lany hanya tertawa saat melihat tingkah Nadine yang menggemaskan.

Lany beranjak dari tempat duduknya, mendatangi kubikel Ray sambil membawa print out slide presentasi yang ditugaskan Ray kepadanya pagi tadi. Lany juga berencana akan menggunakan kesempatan ini untuk berterima kasih sekali lagi kepadanya.

"Knock, knock. Ray, ini coba lo cek slide yang gue bikin. Kalo masih ada yang kurang, nanti kasih tau gue biar gue benerin," Lany langsung duduk di kursi di depan Rayner tanpa dipersilakan.

"Are you really okay, Lan?" Ray entah sudah berapa kali hari ini menanyakan pertanyaan yang sama kepada Lany. Nampaknya belum habis kekhawatiran Ray pada perempuan itu.

Lany hanya tersenyum lebar menatap lekat mata coklat milik Ray. "I am alright, Ray. I even got boba and candle aromatherapy. That's more than enough to make me feel better. Makasih ya, Ray. I can't thank you enough."

Ray membalas tatapan mata Lany, memasang senyum terlebar yang mungkin selama ini pernah dia buat. Dia sudah melihat binar ceria di mata bulat perempuan itu. Kekhawatirannya berangsur sirna melihat Lany sudah sepenuhnya baik-baik saja. "Anytime, Lan."

Jantung Lany bergedup melihat pemandangan di depannya. Mata Lany saling bertukar pandang dengan Ray, wajah tampan Ray menyunggingkan senyum lebar yang selama ini tak pernah dilihat Lany.

God, save me.

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang