Pt. 12 - A Kiss

311 20 5
                                    

Seminggu berlalu sejak Ray sakit. Waktu itu Ray sempat menolak untuk pergi ke rumah sakit, namun Lany hampir menyeretnya untuk tetap pergi. Beruntung itu hanya flu biasa. Lany mencemaskan kalau-kalau Rayner terkena DBD atau tipes, mengingat lelaki itu adalah seorang workaholic

Weekend kali itu berjalan seperti biasa. Di lantai tempat unit apartemen Lany dan Ray berada pagi itu cukup sunyi karena kebanyakan penghuninya memilih untuk berlibur ke luar kota atau sekedar berjalan-jalan menikmati CFD. Namun pagi itu Lany memilih untuk tinggal di kamarnya. Sakha sejak pagi tadi sudah pulang ke rumahnya di daerah Tangerang. Biasanya Lany akan ikut, namun hari itu dia ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan. 

Lany terperanjat saat dirinya mendengar ketukan pintu. Dia segera berjalan menuju arah suara, memutar kenob pintu ke arah kanan untuk melihat siapa yang datang. Betapa kagetnya dia mendapati seorang lelaki tinggi dengan rambutnya yang agak berantakan dibiarkan memanjang agak sedikit melebihi dagu lancipnya. Lelaki yang beberapa bulan lalu berhasil dia hindari, kini berdiri di hadapan Lany, memasang senyum menyapanya. Lany membeku, jantungnya mulai berdetak kencang, dadanya sesak. Andromeda Maximilian, lelaki yang dulu amat dia cintai sekarang benar-benar ada di hadapannya. Lelaki yang kini hanya meninggalkan trauma cukup dalam bagi Lany. Lelaki yang selamanya tak ingin dia temui lagi.

----------

Ray pagi itu baru saja menyelesaikan sarapannya. Setelah menaruh piring kotornya ke dish washer, dia menyambar Marlboro Light dan lighter berwarna perak di atas meja makannya. Ray mengeluarkan satu batang rokok favoritnya dan memasukkan bungkus sisanya ke dalam saku celananya. Sambil berjalan menuju emergency exit, Ray menyelipkan batang rokok di antara bibir merahnya, mengisapnya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya ke udara.

Dia baru menyalakan rokoknya sesaat setelah dia berada di anak tangga tertinggi di emergency exit. Di situlah tempat favoritnya karena jarang sekali orang menggunakan tangga darurat itu untuk naik turun. Kebanyakan penghuni apartemen tentu memilih naik lift ketimbang harus capek-capek naik atau turun tangga. Dia hendak menyalakan batang kedua saat dia mendengar suara gaduh dari koridor apartemen. Dia merasa sebentar lagi akan ada yang membuka pintu emergency exit yang berada tak jauh dari tangga tempatnya bersandar, karena dia bisa mendengar jelas suara derap kaki seseorang berlari menuju tempatnya. 

Benar saja, sesaat setelah pintu terbuka, dia melihat Lany dengan wajah ketakutan. Wajah yang sama yang dia lihat beberapa bulan lalu, di tempat yang sama. 

Ray menyadari kehadiran orang lain saat dia menarik Lany ke pelukannya, menyembunyikan wajah perempuan mungil itu ke dalam rengkuhannya agar Lany tak perlu melihat wajah lelaki yang memburunya. Di hadapannya berdiri seorang lelaki yang dia yakin bernama Andro. 

"Lany, dia siapa?" Andro membuka mulutnya, mengucapkan kata demi kata dengan tenang namun penuh amarah.

"Lo siapa?" Ray balik bertanya. Matanya juga menyorotkan amarah kepada Andro yang saat itu juga sedang menatapnya. Lany masih membeku dalam pelukan Ray. Ray bisa merasakan detak jantung Lany dengan jarak sedekat itu. 

"Gue yang harusnya tanya, lo siapa? Berani banget lo peluk-peluk Lany."

"Gue pacar Lany. Ada urusan apa lo sama dia? Ga puas liat dia ketakutan gara-gara lo?"

"Pacar? Hah! Gue pacar Lany!" suara Andro meninggi.

"Yes, you used to be. Long gone. Sekarang Lany milik gue. Lo gausah ganggu-ganggu Lany lagi."

"Gue nggak percaya! Apa buktinya kalo lo pacar Lany, hah?!"

Tanpa ragu Ray merengkuh wajah Lany, memandang dalam mata bulat perempuan itu, menelusuri satu per satu bagian wajahnya, menghentikan tatapannya di bibir mungil Lany yang berwarna merah muda, dan mendaratkan ciuman di bibir Lany, melumat lembut bibir perempuan itu. Lany yang sempat terperanjat, tanpa sadar membalas ciuman Ray. Dia merangkul pinggang Ray, menjadikannya sebagai pegangan agar tidak terjatuh karena kakinya terasa lemas. Lany masih bisa mencium aroma tembakau menguar dari lumatan bibir Ray.

Andro menggeretakkan giginya, rahangnya mengeras menahan amarah menyaksikan pemandangan yang tak pernah dia bayangkan.  "Fuck!" Dia mengumpat, meninggalkan Lany dan Ray yang masih menikmati ciuman mereka.

Menyadari Andro sudah pergi meninggalkan mereka, Ray menghentikan pagutannya, memandang Lany yang masih memejamkan mata dan kemudian memeluk tubuhnya.

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang