Pt. 21 - Lovable Person

200 14 1
                                    

"Loh, Lany? Ngapain lo di sini?" Yuta yang sedang menunggu Ray di depan pintu unit apartemen Ray terkejut meilhat Lany keluar dari pintu unit sebelah. 

"Eh, Yuta. Nyariin Ray? Tadi kayaknya dia keluar deh. Bawa kunci mobil tuh. Beli makan kali," Lany menjelaskan karena tadi dia sempat bertemu Ray di bawah.

"Lo tinggal di sini, Lan? Astagaaa," Yuta tertawa mengetahui fakta yang menurutnya cukup mengejutkan. Dia sudah lama tidak main ke apartemen Ray, dan Ray juga tidak pernah menceritakan perihal Lany yang menjadi tetangganya. 

"I know right."

"Jodoh emang nggak ke mana, Lan," canda Yuta.

"Apaan sih lo. Udah ah. Yuk ke tempat gue dulu. Nunggu di dalem aja. Paling bentar lagi balik," ajak Lany.

"Nggak papa nih?"

"Ya nggak papa lah. Yuk," Lany mempersilakan Yuta masuk yang kemudian diikuti Yuta di belakangnya.

"Sumimasen," Yuta memberi salam yang membuat Lany tertawa.

"Lo beneran keturunan Jepang, Yut?" Lany ingin menjawab rasa penasarannya selama ini. Bagaimana tidak, nama Yuta Nakamura terlalu mencolok di antara nama-nama pegawai lain di kantornya, dan tentunya wajah Yuta yang sangat Jepang.

"Beneran lah. Lo kira?" Yuta ikut tertawa sembari duduk setelah Lany mempersilakan.

"Jus aja ya, Yut," Lany menaruh gelas berisi jus jeruk yang baru dia buat tadi pagi.

"Waduh repot-repot amat, Lan. Thanks," Yuta menyeruput jus buatan Lany.

"Udah coba telpon Ray?" tanya Lany.

"Udah. Nggak diangkat. Masih di jalan kali. Eh, Ray ga cerita loh kalo tetanggaan sama lo."

"Yaelah ngapain juga cerita. Yang ada ntar pada heboh lagi di kantor. Lo kayak ga tau aja orang kantor gimana," Lany tertawa.

"Gimana kerja sama Ray, Lan? Asik nggak?" tanya Yuta.

"Asik. Seru. Dia rajin banget, detail oriented, straighforward, jelas aja kalo ngasih arahan. Jadi nggak ribet kerja sama dia. Kalo iya ya iya, kalo enggak ya enggak," jawab Lany tulus.

"Wow, seriusan Lan? Baru kali ini loh gue denger Ray dipuji kayak gini. Biasanya pada bilang dingin lah, cuek lah, angkuh lah."

"Well, itu juga iya sih. Tapi honestly, kalo kita singkirin tentang dia yang cuek, dingin dan angkuh, he's a lovable person himself. He's considerate to others. And he's such a jokester," Lany tertawa sambil mengingat-ingat beberapa kali Ray iseng menggodanya. "Orang-orang yang ngomong kayak gitu gue rasa karena mereka nggak mau approach Ray duluan deh. And yeah, there must be a reason why Ray acted like that. You know what I mean," Lany melirik Yuta dengan penuh arti, merefer kejadian Ray yang gagal menikah. 

Yuta tersenyum mendengar penjelasan Lany yang terdengar amat tulus. Dia yakin Ray sudah menceritakan semua tentang  kejadian beberapa tahun lalu kepada perempuan di sampingnya. 

"Indeed, Lan. Semenjak ada lo tuh jadi berubah dia. Jadi lebih sering senyum, lebih kelihatan lively aja, nggak surem kayak dulu."

"Ah enggak lah, Yut. Perasaan dia sering juga ketawa-ketawa sama anak-anak di ruangan."

"Not before you come. Lo mana tau dia dulu kayak gimana, Lan. Makanya gue bisa bilang dia berubah. So, thanks, Lan."

"Tsk, Yuta, gue kasih tau ya, kita tuh gabisa ngubah orang. Orang mau berubah ya atas kemauannya sendiri. Orang lain nggak bisa maksa. So is he."

"Well, tapi dalam kasusnya Ray nih ada campur tangan lo, Lan. Karena dari awal lo yang berani approach Ray duluan di saat yang lain selalu segan sama dia," Yuta menjelaskan teorinya.

"I'll take that as a compliment then," Lany tertawa pelan. "Eh selamat ya btw. Ray bilang lo mau nikah."

"Thank you, Lan. Baru propose ini, Lan. Masih agak lama kali nikahnya. Lamaran yang resmi juga belom."

"But still, congratulation. Cantik banget lagi calon lo."

"Hahaha thank you, Lan. Kan gue juga ganteng," canda Yuta.

"Hahaha tapi masih gantengan Ray sih, Yut. Sorry loh ini," Lany membalas candaan Yuta.

"Wah kalo itu gue juga nggak bisa nyangkal sih, Lan," Yuta ikut tertawa. Yuta kagum atas kejujuran dan ketulusan Lany. Dia tidak heran Ray bisa jatuh cinta kepada perempuan itu.

"Eh, kayaknya Ray udah dateng deh," Lany yang mendengar suara pintu dibuka segera bangkit dari duduknya untuk memeriksa. Yuta juga mengikuti Lany.

Ray kaget melihat Yuta keluar dari dalam unit apartemen Lany. "Heh, ngapain lo berduaan di dalem sama Lany?"

"Selow dude, hp dicek makanya. Gue udah jamuran nungguin lo bukain pintu taunya lagi keluar. Untung Lany baik, disuruh nunggu di tempat dia," Yuta menjelaskan.

"Hp gue ketinggalan. Lagian lo bilang mau ke sini siangan, tapi jam segini udah dateng," ucap Ray.

"Gue gabut di rumah. Emma lagi diajak belanja sama nyokap."

"Mau makan bareng kita, Lan?" Ray menawari.

"Nah, I'm good. Gue mau latian buat resital ntar malem," canda Lany yang dibalas tawa oleh Ray.

"Gue pesen tiketnya satu, ya."

"Tiket apaan sih lo berdua nih?" Yuta yang melihat Lany dan Ray bertukar kode menjadi penasaran, namun Ray sudah keburu mendorongnya masuk ke dalam unit apartemen Ray.

"Have fun ya you two."

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang