Rayner memandangi perempuan yang sedang duduk memainkan keyboard di sampingnya, mengagumi setiap figur wajahnya. Perempuan yang di balik senyum dan tawanya ternyata menyembunyikan luka. Hanya dalam waktu singkat perempuan itu memberi warna pada hari-harinya yang sebelumnya membosankan.
Ray bertepuk tangan pelan sesaat setelah Lany menyelesaikan nada terakhirnya. "Was that a sad song? It sounds sad, but not that sad. Gimana ya jelasinnya?" kata Ray sambil menggaruk ujung alisnya
Lany tertawa mendengar pertanyaan Ray tentang lagu yang dimainkannya. "No. That's a love song. Menurut gue lagunya tentang pengharapan seseorang yang pengen ngabisin seluruh hidupnya bersama satu-satunya orang yang dia cintai," Lany menjelaskan teorinya tentang arti lagu Lee Hi berjudul Only yang tadi dia mainkan. Lagu yang beberapa bulan belakangan menjadi favoritnya.
Ray terdiam cukup lama setelah mendengar kata-kata Lany. Dia sedang bergelut dengan pikirannya, menyusun kata demi kata yang ingin dia ungkapkan sedari tadi. Lany juga masih memandangi keyboard di depannya, memencet asal-asalan tutsnya.
"Alanis," suara bariton Ray terdengar serius, menggema memecah keheningan.
Lany terkesiap mendengar Ray memanggil nama depannya. "Ya..."
"I'm sorry."
"Hah? Why? Sorry for what?" Lany kebingungan. "Kayaknya hari ini lo nolongin gue deh, bukan yang ngelakuin something bad."
"I did. I kissed you without asking your permission," Ray memainkan kaleng sodanya yang sudah kosong.
"It's okay, Ray. Gue tau lo nggak ada maksud apa-apa kan di balik ciuman itu. Lo pasti ngelakuin itu biar Andro pergi. Nggak papa kok, gue paham," Lany tersenyum memandang Ray masih memainkan kaleng sodanya. Lany terperanjat karena tiba-tiba Ray menoleh ke arahnya dan menatap kedua matanya dalam-dalam.
"But what if I kissed you not to make him leave? What if I kissed you because that's what I wanted?" Ray kemudian menarik napas, memberikan jeda sejenak untuk menata hatinya. "Gue tau ini konyol banget sih, confession during this situation. Well, it's not because I got carried away."
"Bentar deh, Ray. Gue nggak ngerti maksud lo apa," Lany kebingungan. Dia masih mencerna setiap perkataan Ray.
"I like you, Lan. I have feelings for you," Ray akhirnya mengucapkan apa yang dia pendam selama ini.
"But, why? How? No way. Since when?" Lany makin kebingungan dengan apa yang dia dengar barusan.
"Since day one, I guess."
"No way..."
"Yeah, that's the truth. Your bright smile, your laugh, your piano recital, everything about you has lightened up my day," Ray mengaitkan kedua tangannya yang dia tumpukan di lututnya sambil masih memandang Lany yang masih kebingungan dengan pernyataan yang dia buat. " Gue nggak minta jawaban dari lo, Lan. I tell you about my feeling just so you know. So I don't have to hide it. Jadi habis ini please jangan jadi awkward sama gue, apalagi di kantor."
"How can I? Out of nowhere lo confess ke gue. I'm not prepared."
"That's why you don't have to answer it. I know it's too sudden. Don't be burdened by the confession I made. I don't want to rush you. Let's just enjoy and cherish every moment we spend together."
"Thank you ya Ray. Gue nggak tau lagi harus berterima kasih sama lo kayak apa lagi. Thank you," akhirnya Lany memberanikan diri menatap Ray.
"Anytime, Lan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)
FanfictionThe story of Lany the social butterfly and Ray the ice cold guy. A story about love, life, friendship, breakup, and finding souls. A story that will definitely stir your heart. An alternate universe of Jaehyun, Yuta and Doyoung of NCT 127. Feel free...