Extra Part - Reunited

448 18 2
                                    

Ray mengetuk pintu unit apartemen di sebelahnya, menunggu siapapun yang ada di dalamnya untuk membukakan pintu. Sejenak kemudian Ray tersenyum melihat Lany di depannya masih dengan mata setengah terpejam, memakai piyama tie dye dengan celana pendeknya membukakan pintu untuknya. Dia bahkan masih tetap cantik saat baru bangun tidur. Ray memuji dalam hatinya.

"Ada apa Ray?" Lany menggumam sambil mengucek matanya.

"Boleh numpang mandi nggak? Air gue nggak nyala," Ray masih menatap Lany, perempuan yang akhirnya dia temui lagi setelah 2 tahun.

"Boleh. Yuk," Lany menjawab singkat, masih menahan pintu menunggu Ray masuk terlebih dulu. Ray kemudian menghampiri Lany, merangkul bahunya mengajak perempuan yang masih setengah sadar itu untuk masuk bersamanya. Lany juga melingkarkan kedua tangannya memeluk pinggang Ray.

"Masih ngantuk? Begadang semalem?" Ray bertanya sambil merapikan anak-anak rambut milik Lany yang berantakan menutupi muka mungilnya. Lany menjawabnya dengan anggukan.

Ray tersenyum ketika melihat sebuah kalung melingkar di leher Lany. Kalung yang dia berikan dulu. Dengan tangannya yang panjang melingkar di pundak Lany, Ray meraih liontin kalung itu. "Looks good on you."

"Nanti gue tagih janji lo buat makein ulang," Lany menoleh memandang wajah Ray yang masih tersenyum.

----------

Lany duduk di sofa di depan tv masih dengan mata terpejam, menunggu Ray yang beberapa menit lalu masuk ke kamar mandi.

"Lany, handuk dong."

Lany menengok ke kirinya karena mendengar suara Ray tepat di sebelahnya. Tiba-tiba kantuknya sirna disuguhi pemandangan perut six pack dan dada bidang dengan collarbone yang menonjol indah milik Ray yang kini tepat berada di depan matanya.

"Waaah..." hanya itu yang dapat keluar dari mulut Lany. Matanya mengerjap-ngerjap mencerna kembali apa yang sedang dilihatnya.

Ray tertawa melihat tingkah Lany yang menurutnya menggemaskan. Ray berjongkok agar tingginya sejajar dengan Lany di depannya dan mencubit mesra pipi Lany mencoba menyadarkan perempuan itu dari khayalannya.

"Gue minjem handuk. Lupa nggak bawa."

Lany yang tersadar dari lamunannya bergegas beranjak dari duduknya menghindari mata Ray yang mungkin sudah melihat wajahnya memerah. "Lo tuh sengaja ya kayak gitu Rayner," Lany menggerutu sambil berjalan ke kamarnya mengambilkan handuk untuk Ray.

"Sengaja apa?"

"Ya kayak gitu, telanjang dada kayak gitu. Ga bagus tau buat kesehatan jantung gue," Lany melempar pelan handuk yang dia bawa tepat mengenai muka Ray.

Ray terkekeh mendengar jawaban Lany. "Ya ini lah gunanya gue ngegym. Masa udah ngegym ga dipamerin."

"Kok ngeselin ya Anda? Udah sana buruan mandi ah!" Lany mendorong Ray yang masih tersenyum melihat tingkah Lany.

----------

Lany sedang menggoreng risol mayo yang memang dia stok di kulkasnya setelah selesai membersihkan diri tadi. Tiap Sakha kembali dari rumah bundanya, Lany selalu memesan makanan favoritnya itu untuk dibawa.

Ray tidak lepas memandangi Lany dari meja makan tak jauh dari tempat Lany berdiri. Pemandangan ini yang akan dilihatnya setiap pagi di dapurnya nanti saat mereka berdua sudah menikah. Ray tersenyum bahagia hanya dengan membayangkannya saja.

Tiba-tiba Lany berteriak saat ada percikan air yang masuk ke dalam wajan berisi minyak panas tempat dia menggoreng risol. Ray yang daritadi memandangi Lany, dengan sigap menghampiri Lany, menarik perempuan itu menjauh dan mematikan kompornya.

"Gapapa? Kena minyak ga mukanya?" Ray menempelkan kedua tangannya ke pipi Lany, dengan teliti memeriksa seluruh wajah Lany memastikan tidak ada minyak yang mengenainya.

Lany menggeleng pelan, memandangi Ray yang wajahnya tepat berhadapan dengannya. Kedua mata mereka saling bertemu. Keduanya terdiam sejenak. Ray memajukan wajahnya mendekati Lany, memiringkan kepalanya, menatap bibir mungil Lany. Seketika Lany memejamkan kedua matanya melihat Ray makin medekatkan wajahnya. Lany menunggu dalam pejamnya.

"Why don't you kiss me?" Lany membuka matanya karena Ray tidak kunjung menciumnya saat jarak bibir mereka sudah sangat dekat. Bibirnya merengut karena kecewa.

Ray tersenyum masih dengan tangan kanannya di wajah Lany. "I was going to give it as dessert, but I guess I'll give it as an appetizer too. You are so demanding, Alanis."

Ray mengecup bibir mungil Lany. Sedetik kemudian dia kembali melumat bibir Lany yang masih tetap berwarna merah muda walaupun tanpa polesan lipstik, merasakan lembut bibir Lany inchi demi inchi, menyelipkan lidahnya di antara bibir Lany, merasakan hangatnya rongga bibir Lany. Lany membalas pagutannya, menarik pinggang Ray lebih dekat kepadanya, menyelipkan senyuman di sela-sela ciumannya, menikmati manisnya lumatan demi lumatan bibir tipis milik Ray.

-Fin-

Meet Me at The Emergency Stairs | Jung Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang