1 | Tidak Bekerja

217 13 16
                                    

Delisha Annira tidak tahu lagi harus menghadapi Di usia dia yang sudah menginjak ke 22 tahun, namun dia mendapati dirinya kehilangan masa muda.

"Buka pintu nya cepat!" ucap pria baya itu, menggedor-gedor pintu rumah 

sambil membawa botol kaca berisi alkohol. Delisha sangat paham betul suara itu. Indra Sanjaya. Orang tua Delisha satu-satunya yang ia miliki sekarang.

"Bapak, mabuk lagi?" tanya Delisha. sembari memegang pundak pria baya itu.

"Tidak usah banyak bicara anak sialan," bentak Indra mendorong Delisha. Berjalan dengan sempoyongan menuju ke kamar.

"Bapak, kapan mau berhenti tidak mabuk-mabukan lagi." Langka Indra berhenti sejenak dan langsung menoleh ke kanan dan menatap Delisha dengan Pupil sudah melebar, wajah yang sudah merah. 

Sebuah tangan melayang di pipi Delisha. Tubuhnya bergetar, sembari memegang pipi yang terasa sakit.
"Anak sialan! itu urusanku! Dasar anak tidak guna!! " teriak Indra. Sambil menunjuk ke arah wajahnya.

Ia berlari menuju kamarnya, air mata yang ia tahan dari tadi akhirnya jatuh.

Rasa sakit di pipi itu memang membekas, namun bagaimana dengan rasa sakit di hatinya. Bertahun-tahun dia merasakan seperti ini. Ia berpikir apakah ini sudah takdirnya.

"Ibu, Delisha kangen. Kapan jemput Delisha. Delisha sudah tidak kuat Bu," ucap Delisha sembari menatap dan memeluk sebuah figura yang sudah usang.

"Ibu tadi lihat kan, Delisha tadi di tampar lagi oleh bapak, kalau Ibu disini pasti bapak tidak akan berani menampar Delisha."

***

"Bapak, Delisha sudah menyiapkan makanan untuk Bapak, di makan ya, Pak," ucap Delisha dengan lembut di balik pintu. Walaupun Dirinya sering di pukul oleh Indra ia masih peduli dengan orang tuanya.

"Delisha berangkat kerja dulu, Pak," pamit Delisha. tak ada jawaban dari balik pintu, hanya suara sunyi yang berada di pintu berwarna coklat itu. 

Tak ada kendaraan yang mewah yang ia tumpangi, mobil atau motor. Motor yang dulu selalu mengantarkan ke sekolah itu sudah entah kemana. Ia hanya berangkat dengan angkutan umum setiap hari.

Perjalanan dari rumah menuju pekerjaannya hanya memakan waktu satu jam saja. Ia bergegas ke gudang untuk mengambil peralatan pembersih.

Setelah selesai dengan pekerjaannya. 
Tidak sela berapa detik ada seorang pria memanggilnya, ia pun menghampiri pria itu sembari membawa sebuah buku menu.

"Permisi pak, mau pesan apa Pak?" tanya Delisha dengan sopan. 

Lima menit kemudian Delisha sudah membawa nampan yang berisi makanan dan minuman yang di pesan oleh pria tersebut, lalu meletakan makanan dan minuman itu di meja pria itu. Kemudian, ia meninggalkan pria tersebut.

"Delisha," panggil Ibu Indah.

Delisha menoleh dan menghentikan pekerjaannya. "ya bu," sahut Delisha. 

"Sudah waktunya pulang. Delisha," ujar Bu Indah sambil tersenyum pada wanita yang ada disampingnya.

"Sebentar lagi. Bu."

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang