33 | Kecewa

8 1 0
                                    

Semua orang yang berada di sana merasa tersentuh dan sangat marah mendengar cerita Indra yang penuh penderitaan.
Hati Delisha terasa hancur seperti terbelah dengan pisau tajam.

Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia adalah seorang anak yang tidak diinginkan oleh orangtuanya sendiri, serta oleh ayah angkat yang seharusnya mencintainya.

Air mata Delisha pecah dan tidak bisa terbendung lagi. Rasa marah dan kekecewaan meluap dalam dirinya.

“Aku bukan anak kalian, aku dibuang di tempat pembuangan sampah. Aku disiksa oleh bapak, mengapa kalian baru mengungkapkan semua ini sekarang? Mengapa, Pak?” suaranya bergetar karena marah dan sedih saat air mata mengalir di pipi nya. Delisha memukul dada, membuat dadanya terasa sesak dan sulit bernapas.

Ernest yang tidak tega melihat istrinya dalam keadaan sedih, ia memerintahkan Bi Mina untuk membawa Delisha ke kamarnya.

Suara Indra bergetar karena putus asa saat berhadapan dengan Ernest.“Mengapa? Anda menyuruhnya masuk sebelum dia memberi saya uang yang saya minta.”

Suara Ernest semakin dingin saat dia mengacungkan pistolnya, meningkatkan ketegangan di udara.“Jadi, kamu menginginkan uangnya,” kata Ernest, cengkeramannya semakin erat pada senjatanya.

“Ikuti dia!” perintah Ernest pada Indra. Ernest memberikan kode kepada Ace untuk membawanya ke penjara bawa tanah.

“Mau dibawa kemana? Aku butuh uang, bukan di sini!” jantung Indra berdebar kencang saat dia mengikuti petunjuk Ace, tidak menyadari keadaan mengerikan yang menunggunya di penjara bawah tanah. Kepanikan mengisi suaranya saat dia memohon jawaban.

Ace dengan paksa menarik lengan Indra dan mendorongnya ke sel bawah tanah, meninggalkannya sendirian.

Tak lama kemudian, Ernest datang bersama Ace. Ace membuka pintu dan memberi isyarat agar Ernest masuk.

“Kenapa kau membawaku kesini, bajingan!” Indra mengutuk.

“Aku memberimu uang,” jawab Ernest.

“Memberiku uang seperti ini!” seru Indra, suaranya penuh rasa tidak percaya.

Ernest tidak menanggapi kata-kata Indra. Sebagai gantinya, dia mengambil cambuk dengan paku kecil di sepanjang tepinya. Memang sengaja didesain seperti itu.

Tatapan Ernest berubah menjadi sangat menakutkan, Ernest mencambuk punggung Indra. Membuat Indra berteriak karena kesakitan.

Wajah Ernest berubah menjadi seringai sadis saat dia tanpa ampun mencambuk tubuh Indra dengan cambuk, setiap serangan dilakukan dengan kekuatan brutal. Ruangan bergema dengan jeritan kesakitan Indra.

“Sekarang waktunya.”

Tangan Ernest merogoh sakunya, mengambil pistol, dan dia mengarahkannya terlebih dahulu ke kaki kanan Indra, kemudian ke kaki kirinya, sebelum akhirnya mengarahkan senjatanya ke kepala Indra.

Ketegangan di ruangan itu semakin terasa saat logam dingin dari pistol itu berkilauan di bawah cahaya redup.

Ernest meninggalkan tempat itu tanpa sedikitpun penyesalan. Noda merah dan aroma logam darah menempel di setelan hitamnya.
Dia memberi perintah tegas kepada bawahannya untuk membuang tubuh Indra secara diam-diam.

Memastikan Delisha tetap tidak menyadari kebenaran yang mengerikan itu.
Awan gelap perbuatan jahat membuntuti Ernest saat dia menghilang di malam hari, meninggalkan jejak kehancuran dan sakit hati.

***

Ernest, melihat Delisha tenggelam dalam pikirannya di balkon, ia mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang.

“Sayang.”

Namun, tidak ada tanggapan dari istrinya. Delisha tetap diam, menatap ke depan dengan campuran kemarahan dan kesedihan di matanya. Ernest merasa frustasi dengan sikap dingin Delisha yang ditunjukkannya selama dua hari terakhir.

Dan hari ini juga, Ernest harus menyelesaikan masalah di antara mereka.

Ernest membalikkan badan Delisha, kini berhadapan langsung dengannya. Tapi, Delisha justru mengalihkan pandangannya.

Ernest menghela napas dalam-dalam. “Sayang, tolong lihat aku sebentar,” pinta Ernest.

“Kenapa, kamu membunuh orang tua angkat ku, ” ucap Delisha. Tatapan Delisha yang tajam dan penuh mengecewakan, membuatnya merasa terjepit dalam ketenangan yang tak terduga.

“Delisha, aku ... Aku tidak tahu apa yang kamu maksud. Bagaimana kamu bisa berpikir aku membunuh orang tua angkat mu?”

“Jangan berpura-pura tidak tahu, Ernest! Aku tahu semuanya! Aku tahu bahwa itu adalah kamu yang membunuh orang tua angkat ku!” tuduh Delisha.

Ernest tercengang dengan ucapan Delisha.
Hatinya berdegup kencang, panik melanda dirinya. Bagaimana mungkin Delisha tahu bahwa dia yang telah membunuh orang tua angkatnya?

Ernest mencoba meyakinkan Delisha dengan menggenggam tangannya. “Sayang, aku benar-benar minta maaf atas apa yang telah aku lakukan kepada orang tua angkat mu. Aku tahu bahwa itu adalah kesalahan besar yang tidak bisa diampuni. Tapi percayalah, aku melakukannya karena cinta yang amat besar terhadapmu. Aku tidak ingin ada siapapun yang menyakiti hatimu.”

Delisha melepaskan genggamannya dan menoleh ke arah Ernest dengan kerutan di dahi. “Kamu bilang sayang? Apakah kamu berpikir bahwa dengan membunuh seseorang, itu adalah cara untuk menunjukkan rasa sayangmu? Aku tahu bahwa dia hanyalah orang tua angkat ku dan dia juga telah melukai aku, tapi itu tidak berarti kamu bisa membunuhnya! Kamu adalah pria yang kejam!”

“Sayang, aku mengerti bahwa apa yang telah aku lakukan adalah tindakan yang sangat kejam. Aku tidak bisa membenarkannya dengan alasan apapun. Aku sangat menyesal. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa cintaku padamu tetap ada, meskipun dengan segala kesalahanku.”

Delisha meninggalkan Ernest dengan perasaan kesal dan kecewa tanpa menjawab ucapan pada Ernest.

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Bab ini sudah di revisi ulang semoga kalian suka dengan ceritanya.







DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang