29| Bertemu Kembali 3

15 1 0
                                    

Delisha langsung terkejut dan khawatir saat memasuki kamar milik mereka berdua. Bau alkohol yang kuat langsung menusuk hidungnya, menyebabkan dia mengkerut. Ia juga mencium bau rokok yang menyengat di udara. Saat melihat sekeliling, dia terkejut melihat serpihan kaca botol alkohol berserakan di lantai dan di atas meja.

Kamar yang seharusnya rapi dan nyaman kini berubah menjadi berantakan. Pakaian tergeletak di lantai, buku-buku berserakan di meja belajar, dan barang-barang yang biasanya tersusun rapi kini tercecer di setiap sudut ruangan. Delisha merasa cemas dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi di sini.

Delisha merasa perlu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin ada penjelasan atau alasan dibalik keadaan kamar yang pecah ini.

"Tuan seringkali marah dan mudah tersinggung. Saya juga melihat bahwa Tuan tampak gelisah dan tertekan secara emosional. Saya khawatir karena Tuan kurang tidur dan tidak mau makan. Bahkan, Tuan melempar piring saat ia sedang marah," ucap Bi Mina. Wajahnya yang terlihat cemas tanpa senyum menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

Delisha menghela napasnya, saat Bi Mina mengatakan itu semua kepadanya.

Dengan hati-hati, Delisha mulai membersihkan serpihan kaca dan merapikan kamar. Dan ia menyuruh Bi Mina untuk meninggalkan kamar tersebut.

Delisha tersenyum hangat saat melihat suaminya, Ernest, memeluknya dari belakang. Meskipun awalnya terkejut, rasa bahagia segera menggantikan keterkejutannya. Ia merasakan kehangatan dan kelembutan dalam pelukan Ernest.
"Aku sangat rindu kamu."

"Aku juga merindukanmu, sayang," gumam Delisha dengan lembut. Ia mengusap pipi Ernest dengan lembut, memberikan sentuhan sayang. Namun, Delisha tetap prihatin dengan keadaan kamar yang berantakan.

Delisha mengusulkan agar Ernest mandi terlebih dahulu, mungkin sebagai upaya untuk memberikan waktu kepada Ernest untuk merapikan diri dan memulihkan kondisinya setelah mungkin mengonsumsi alkohol. Tetapi, Ernest menggelengkan kepala dengan tegas dan melepaskan pelukannya sedikit. "Aku masih rindu padamu, sayang. Aku ingin berada di dekatmu sekarang."

Delisha menatap ke dalam mata Ernest dan merasakan keinginan tulusnya. Ia merasa terharu dengan perasaan Ernest, tetapi juga merasa perlu untuk mengatasi situasi yang ada.

"Sayang, aku sangat menghargai rasa rindumu. Tapi mungkin akan lebih baik jika kita mengatasi keadaan kamar terlebih dahulu. Aku khawatir dengan kekacauan ini. Kita bisa melanjutkan momen kita setelah semuanya tertata rapi dan aman," ujar Delisha dengan lembut, mencoba menjelaskan perasaannya kepada Ernest.

Dengan hati yang merajuk, pria itu memasuki kamar mandi dengan terpaksa. Bibirnya terlipat dalam ekspresi yang mengguratkan kekesalan. Tampak jelas bahwa ia menunjukkan ekspresi kesal pada istrinya. Melihat sikapnya yang memprihatinkan itu, Delisha hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan lembut.

***

Ernest mengusulkan untuk makan malam bersama di kamarnya, dan Delisha dengan sabar menyuapi makanan ke dalam mulut Ernest. Ernest terlihat sangat bahagia melihat Delisha kembali berada di rumah.

Setelah Ernest selesai makan, ia memeluk Delisha dengan penuh kasih sayang. "Aku begitu senang kamu kembali di rumah ini. Aku takut kamu akan meninggalkanku sendirian," ucap Ernest dengan nada lembut.

Delisha dengan tulus menjawab, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sayang."

Ernest merespon dengan mencium kening Delisha, menunjukkan rasa cinta dan rasa aman yang ia rasakan saat Delisha berada di sampingnya.

Pagi hari yang cerah, Delisha merasa ingin bangun dari tempat tidurnya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di perutnya, seolah ada perasaan tidak nyaman yang menghampirinya. Namun, tangan Ernest yang besar memeluknya dengan erat, mencoba menahan Delisha untuk tetap berada di dekatnya.

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang