"Tuan." Ace suara bergetar dan gelisah.
Ernest yang menyadari suara Ace yang gelisah itu. Ia pun mengakhiri permainan golf tersebut, lalu ia menghampiri dan bertanya,"Ada apa, Ace?"
Ace menghela napas panjang. "Nona, Tuan."
Suara Ernest bergetar karena khawatir saat dia bertanya, "Apa yang terjadi dengan istriku, Ace?"
Ace menghela napas panjang sebelum menjawab, "Dia di rumah sakit, Tuan. Nona jatuh dari tangga."
"Apa!" seru Ernest, suaranya dipenuhi keterkejutan dan kekhawatiran.
"Iya,Tuan. Bi Mina menghubungi saya, dia juga menelepon anda. Tapi anda tidak menjawab teleponnya," jelas Ace.
Ernest memeriksa teleponnya yang ada di dalam tas hitamnya, memastikan bahwa dia telah melewatkan 30 panggilan tak terjawab dari rumah.
"Kunci mobil, sekarang!"
Ace ragu sejenak sebelum menyerahkan kunci kepada Ernest. Dia tidak yakin bagaimana memberikan kunci kepada tuannya, takut Ernest akan mengemudi terlalu cepat dalam kondisinya saat ini. "Biarkan saya membawa tuan ke rumah sakit."
"Apa! Kau tuli Ace! Berikan kuncinya sekarang! Atau aku akan membunuhmu di sini!" ancam Ernest dengan nada marah. Ace, merasa terancam, dengan ragu-ragu memberikan kunci mobil tersebut kepada Ernest.
Ernest mengambil kunci mobil dengan tegas, tanpa mempedulikan Ace yang berdiri sendirian dan terlihat terkejut, memandangi nya dari kejauhan. Ernest mengabaikan Ace, fokusnya sekarang hanya pada istrinya, Delisha Annira.
Ernest tidak peduli dengan lampu merah yang menyala, ia dengan nekat menerobos lampu tersebut. Pikirannya sepenuhnya menentang istrinya yang sedang dalam keadaan darurat.
"Bertahanlah, sayang," gumam Ernest dengan suara lirih. Ia tidak memedulikan suara sirine polisi yang semakin mendekat dari belakangnya.
Ernest yang sudah tiba di rumah sakit Linford, tidak memedulikan pandangan orang-orang yang memperhatikannya. Yang terpenting baginya adalah mencari keberadaan Delisha dan mengetahui kondisinya.
Dari kejauhan, Ernest melihat seorang pria yang sedang duduk menunggu di ruang tunggu. Ia berlari dan menghampiri pria itu.
"Bagaimana keadaan istriku?" tanya Ernest dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.
Pria itu memalingkan wajahnya ke arah sumber suara. "Ernest," sapa Alfie sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Bagaimana keadaan istriku?" ulang Ernest dengan nada yang semakin khawatir.
Alfie menggelengkan kepala dengan ekspresi prihatin.
"Aku tidak tahu. Belum ada yang memeriksa," jawab Alfie dengan penuh penyesalan.
Ernest sangat marah mendengar bahwa belum ada dokter yang menangani istrinya yang sedang dalam kondisi darurat di ruang UGD. Rasa kesalnya semakin membuncah ketika segerombolan dokter datang, berpakaian serba putih, dan terkesan baru datang dengan tergesa-gesa. Ernest menghadang mereka dengan penuh amarah.
"Kalian dokter! Kenapa kalian baru datang dan dari mana saja? Apa kalian ingin aku pecat? Kalian tidak tahu bahwa aku adalah pemilik rumah sakit ini dan kalian semua akan menjadi gembel! Apa kalian buta kalau yang berada di dalam sana adalah istriku!" Ernest berteriak sambil menunjuk ke arah ruang UGD, mengekspresikan kekesalannya dan kekhawatirannya yang mendalam terhadap Delisha. Suasana semakin tegang dengan emosi yang memuncak dalam diri Ernest.
"Sampai istri dan anakku tidak terselamatkan. Kalian semua akan ku bunuh!" Bentak Ernest dengan penuh emosi. Rasa khawatir dan ketakutan membuatnya kehilangan kesabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA
RomanceTempat itu menciptakan atmosfer yang suram dan asing bagi Delisha. Ruangan yang temaram membuatnya sulit untuk melihat dengan jelas, dan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip menambah ketidaknyamanan di matanya. Bau alkohol menyelubungi udara, memberika...