Pancaran fajar di pagi hari menyinari wajah cantiknya, yang sedang tertidur pulas. Membuat ia mengerjapkan matanya dan terbangun dari tidurnya. Gadis itu langsung duduk bersila sambil melakukan gerakan peregangan pada tubuh dan tangannya.
Suasana sejuk di pagi hari dari balik jendela membuatnya merasa tenang. Ia menghirup udara segar dari balik jendela, merasakan hangatnya matahari pada kulitnya. Ia pun berandai-andai mempunyai rumah seperti ini.
Suara ketukan dari balik pintu membuat ia berhenti mengkhayal. "Iya. sebentar." Delisha berlari kecil lalu membuka pintu tersebut.
"Non, disuruh Tuan untuk sarapan, sudah ditunggu di meja makan."
"Iya." jawab Delisha sambil menutup pintu.
Kemudian ia menggandeng tangan Bi Mina dan menuruni tangga bersama.
Membuat Bi Mina tersentak kaget."Non. kenapa Bi Mina di gandeng?" tanya Bi Mina."Tidak apa-apa, Bi." Mereka berdua menuju ke tempat meja makan, gadis itu tercengang dengan banyaknya makanan di meja makan.
"Duduklah." Perintah Ernest.
"Iya," jawab Delisha. Sembari menarik kursi meja makan.
"Tuan bolehkah aku nanti pulang?" tak ada jawaban dari mulut Ernest membuat Delisha sedikit bingung, apa dia tidak diizinkan pulang ke rumahnya. Namun dugaan Delisha salah, Ernest menyuruh Alfie untuk mengantarnya pulang. Senyum kecil di bibir Delisha.
***
Gadis itu tersentak kaget melihat Indra sudah berada di ruang tv. Keringat dingin membasahi keningnya. Dirinya mencoba untuk menyapa Indra walaupun ada rasa takut yang melanda di hatinya. Indra menoleh dengan tatapan bingung, karena kedatangan Delisha bersama seorang pria.
"Dia siapa?"
"Alfie, Pak." Delisha memperkenalkan Alfie kepada Indra. Mereka saling berjabat tangan.
Indra memperhatikan Alfie dari atas sampai bawah, melirik arah luar yang dimana Alfie membawa mobil BMW berwarna hitam. Ada pikiran licik di dalam benak Indra terhadap Alfie dan Delisha. Ia akan menjual anaknya pada Alfie.
Alfie pamit untuk pulang.
Tangan Delisha sudah ditarik paksa oleh Indra membuat Delisha merasakan sakit pada pangkal tangannya.
Indra menampar pipi Delisha sekencang mungkin."Anak sialan!! kenapa kamu kabur
gara -gara kamu. Aku di suruh untuk mengembalikan uang nya!" teriak Indra."Delisha tidak mau di jual, Pak," tolak Delisha Sembari menangis.
Tidak berhenti begitu saja rambut Delisha dijambak oleh Indra, dia memohon kepada Indra untuk dilepaskan. Tetapi, Indra tetap menarik rambut Delisha sampai mengarah ke belakang "Rasakan! Ini kalau kamu tidak menurut."
Pria itu menampar pipi Delisha untuk sekali lagi membuat bibirnya berdarah. "Kenapa kamu bisa kenal dengan Alfie itu." Menarik dagu Delisha. Indra menatap Delisha seperti mengintimidasi seolah-olah Delisha sedang berbuat jahat.
"Delisha kemarin di tolong, pak." Delisha mengatakan itu dengan suara bergetar, tubuhnya sudah berkeringat dingin.
Indra, menghempaskan dagunya dengan sangat kasar dan meninggalkan Delisha sendiri di ruang tamu dan memasuki kamar nya.***
Delisha mencoba mengetuk pintu kamar milik Indra. Ada perasaan masih takut saat berada di depan kamar Indra. "Pak." Pintu kamar itu terbuka.
"apa?" tanya Indra dengan sinis.
"Makan pak." Delisha menawarkan Indra untuk makan malam. Indra menuju ke meja makan.
Namun saat Indra hendak duduk, pria tersebut membanting piring yang berisi makanan tersebut.Delisha yang mendengar suara piring pecah ia langsung mendatangi sumber suara itu. Dia tersentak melihat keberadaan meja makan yang dimana makanan semua sudah jatuh semua ke lantai dan piring pecah.
"Kenapa, Pak. Apa ada yang salah dengan makanannya?"
"Kamu bilang kenapa? Apa kamu tidak bisa melihat. " teriak Indra di depan wajah Delisha."Kamu tanya ada yang salah! Kamu lihat, kamu kasih bapakmu makanan tempe saja!"
"Adanya itu, pak."
"Anak tidak berguna! coba kamu tidak kabur pasti kita sudah makan enak sekarang!" teriak Indra sambil menjambak rambut Delisha. Membuat ia merasakan sakit di kepalanya.
Tidak berhenti begitu saja Indra juga mengambil sisa - sisa makanan yang telah berserakan di lantai tersebut, dan memberikan ke mulut Delisha.
Gadis itu hanya duduk di lantai sembari menahan rasa sakit di dadanya, air matanya jatuh ke pipi. Kenapa ia harus menerima semua ini. Apa tuhan sudah menakdirkan hidupnya seperti ini. Apa tuhan membencinya? Apa tuhan tidak pernah sayang padanya? Itu yang dipikiran gadis itu yang sekarang merasakan sakit pada hati dan tubuhnya.
Hai semua 👋
Aku revisi ulang cerita ini ...
Apakah cerita ini sudah membuat kalian emosi , nangis atau biasa saja.
Jujur aku pusing mikirin revisi ini karena harus pas dengan feelnya dari sebelumnya.
Apa kabar kalian pembaca setia, apakah kalian sehat?
Alhamdulillah kalau kalian baik? Jaga kesehatan buat kalian ya semua.
I love you guys
Tunggu cerita selanjutnya...
Sampai disini dulu ceritanya jangan lupa vote ya 🥰🤗makasih.
23-4-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA
Roman d'amourTempat itu menciptakan atmosfer yang suram dan asing bagi Delisha. Ruangan yang temaram membuatnya sulit untuk melihat dengan jelas, dan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip menambah ketidaknyamanan di matanya. Bau alkohol menyelubungi udara, memberika...