Malam ini Ernest termangu di dalam kamarnya, ia dilanda perasaan tidak tenang karena harus berpisah dengan Delisha besok. Ia harus pergi ke Surabaya. Ada perasaan khawatir pada dirinya karena harus meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda.
“Kamu kenapa Sayang?” tanya Delisha menghampiri dan duduk disampingnya, sambil merapikan rambut Ernest.
Ernest langsung memeluk istrinya sangat erat, lalu menyandarkan kepalanya di dada Delisha. Wanita itu hanya diam seraya mengelus rambut pria itu dengan lembut.
Ernest menghela napasnya kasar. “Aku besok akan pergi ke Surabaya empat hari.”
Delisha terdiam sejenak. “Lalu, kenapa kamu seperti ini sayang!” jawab Delisha melepaskan tangannya dari kepala pria itu dan berhenti mengelus rambut milik pria itu.
Ernest mendongak kepalanya ke atas kemudian mengganti posisinya duduk tetapi masih mendekap tubuh istrinya itu. “Aku, tidak mau meninggalkan kamu disini sendiri.”
“Kan ada Bi Mina disini,” ucap Delisha sambil tersenyum.
“Tetap saja. Apa kamu ikut saja ke Surabaya.” pinta Ernest.
Delisha menghela napasnya. “Sayang, aku tidak apa-apa, kalau kamu mau pergi ke Surabaya untuk bekerja silahkan. Di Rumah ini masih ada Bi Mina dan para pelayan lainnya, yang membantuku.”
Ernest menghela napasnya berat.
Ernest mengeratkan pelukannya semakin dalam, membuat Delisha yang melihat tingkah Ernest yang manja itu membuat wanita itu tersenyum. Delisha yang hendak berdiri dan ingin melepaskan pelukannya. Ernest menyadari, dia langsung menoleh ke arah Delisha.“Mau kemana?”
“Aku mau menyiapkan barang- barang kamu.” Pria itu menggelengkan kepala seakan ia tidak rela kalau wanitanya pergi sebentar.
“Kenapa?”
“Biar aku saja, aku ingin malam ini memelukmu.” Pinta Ernest. Delisha hanya memberikan anggukan sambil tersenyum.
Ernest menoleh ke kanan untuk memastikan istrinya sudah tertidur di pelukannya, pria itu mengelus rambut hitam panjang tebal secara lembut. “Aku tidak takut dengan musuhku. Aku hanya takut kehilangan kamu,” ucap Ernest mencium kening Delisha dan memberikan selimut ke tubuhnya.
***
Ernest menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati sambil menggandeng tangan Delisha dan tangan satunya membawa koper tersebut. Kemudian, koper tersebut diberikan kepada Ace untuk di taruh ke dalam mobilnya.
Mereka berdua mengarah pada meja makan untuk sarapan pagi. Ernest membantu menarik kursi untuk Delisha, dan duduk di samping istrinya itu. Clara dan Dewi menatapnya dengan tatapan sinis.
Setelah selesai dengan sarapan mereka.
Semua mengantarkan Ernest dan King di depan pintu. Sedangkan Alfie dan Ace sudah menunggu di depan mobil.Ernest menggenggam tangan Delisha.“Aku berangkat dulu, jangan lupa untuk makan dan minum vitaminnya.” Pamitnya sembari mencium kening Delisha.
Ernest sedikit membungkukkan badannya dihadapan perut Delisha yang masih rata.“Sayang, papa berangkat kerja dulu ya, jangan nakal,” ucap Ernest sambil mengusap-usap perut Delisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA
RomanceTempat itu menciptakan atmosfer yang suram dan asing bagi Delisha. Ruangan yang temaram membuatnya sulit untuk melihat dengan jelas, dan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip menambah ketidaknyamanan di matanya. Bau alkohol menyelubungi udara, memberika...