7 | Membooking

47 6 1
                                    

Seorang gadis yang sedang berada di kamar sendiri menikmati derasnya hujan malam hari. Gadis itu tidak tahu ia harus berbuat apa di malam yang dingin menyentuh kulit lembutnya. Ketika ia sedang merasakan dingin dan derasnya hujan, seorang pria menarik tangannya dengan paksa. 

Ia tidak tahu akan dibawa pergi kemana. Dia sudah menolak tapi apa yang ia dapat, sebuah tamparan di pipinya, dan hinaan.

Wanita yang berdandan menor dan berpakaian minim tersebut memberikan sejumlah uang kepada Indra. Indra tersenyum melihat uang yang sekarang ada ditangannya. “Setiap hari seperti ini aku akan kaya raya. ” Indra mengatakan itu sembari menghitung uang tersebut. 

“Jangan kau pukul dia lagi, bawa dia kembali besok sore. Sekarang dia boleh pulang.”

***

Perhatian Indra terhadap Delisha membuat Delisha berpikir bahwa Indra sudah berubah. Perhatian yang dimana ia tidak pernah dapat semasa kecil sampai sekarang.

Namun, siapa yang menyangka kalau orang tuanya itu hanya berpura-pura perhatian kepadanya, karena ingin menjualnya. 

Setelah kepulangan Indra dan Delisha ke tempat toko baju, Indra tidak langsung pulang melainkan mengajak Delisha di club untuk bertemu Mami. Lalu, Indra meninggalkannya. 

Tatapan matanya terlihat kosong. Mata merah berair seperti mau menangis. Bibir bergetar dan senyumnya seperti terhalang. Nada suara, tersendat-sendat. Hatinya kecewa dengan Indra. “Ma-mi Aku mau di bawa kemana.” 

“Sudah ikuti aku.”  Gadis itu mengikuti Mami dari belakang. Tangan nya sudah berkeringat dingin jantungnya berdebar sangat kencang. Ia menghela napasnya berat. 

Mami berhenti di sebuah pintu yang berwarna hitam dan menekan bell tersebut. 
Mami membisikkan sesuatu ke telinga Delisha sebelum ia meninggalkannya sendiri. “Nurut sama dia. Ngerti! ” Delisha hanya mengangguk saja, ia sudah pasrah dengan hidupnya, apakah ini takdirnya untuk menjadi wanita panggilan.

Delisha hanya menundukkan kepalanya, ketika pria itu menyuruh Delisha untuk masuk ke dalam apartemennya, dan menyuruh untuk duduk. Gadis itu duduk di tepi ranjang berwarna putih. 

Setelah mengatakan, pria itu meninggalkan Delisha sendiri. Pria itu menuju ke kamar mandi. 

***

  
“Aku harus kabur dari sini. Sebelum orang itu kembali. ” Delisha beranjak berdiri dari ranjang itu. Namun, sialnya pintu kamar mandi terbuka membuat ia terdiam seperti patung. Tubuhnya lemas, keringat bercucuran di keningnya, mendengar langkah kaki menghampiri nya. Pria itu hanya tersenyum tipis. menggunakan handuk saja yang dililitkan di pinggangnya, dengan rambut basah. 

“Kamu mau kabur. ” tidak ada jawaban dari mulut Delisha. “Lihat aku! ” pria itu memegang dagu Delisha dengan lembut, ia terpaksa mendongakkan kepalanya. 

“T-tuan.” Betapa kaget gadis itu setelah melihat siapa yang membooking nya. Dialah Ernest si pria dingin.

“Hmm.” Ernest menggandeng tangan Delisha dan mengarah ke sebuah lemari pakaian yang berwarna putih. Ernest memerintahkan Delisha untuk memakaikan kaos berwarna putih polos itu ke tubuh nya. Tapi ia hanya terdiam sembari menatap wajah Ernest. 

Ernest membisikkan sesuatu di telinga Delisha. “Mau kamu pakai kan atau aku telanjang bulat disini?”  Jantungnya berdetak sangat kencang tangan nya gemetar ketika ia memakaikan kaos ke tubuh milik Ernest. Ia susah payah menelan air ludahnya, memandang  tubuh milik Ernest yang sangat sempurna, dengan perut yang kotak -kotak rambut basah dan aroma mint. Wanita mana yang tidak tergoda. 

“Apa tuan yang membooking?” tanya Delisha. Tidak ada jawaban dari mulut pria itu. Yang sekarang menatap Delisha.

“Celananya.”

Delisha mengangkat kepalanya ke arah Ernest. Mereka saling menatap satu sama lain. Ernest menarik pinggul langsing itu sehingga tak ada jarak diantara mereka berdua. Ernest mengelus pipi Delisha dengan lembut.

Kemudian Ernest menangkup pipi Delisha dengan kedua tangannya, menatap kontak mata semakin dalam. Ernest memiringkan kepalanya ke kanan. Ketika bibir mereka semakin mendekat dan bersatu mereka menutup matanya. 

Tangan Ernest yang tidak bisa diam, mencoba menyingkirkan sehelai gaun yang berwarna hitam tipis dan seksi itu. Namun, Delisha menyadari itu semua ia mencoba mendorong Ernest.

“Maaf, aku terlalu terbawa suasana,” celetuk Ernest. Suasana canggung diantara mereka, detak jantung Delisha berdetak sangat kencang. Delisha menghela napasnya panjang. Pria itu menyuruh Delisha untuk berbalik badan karena ingin memakai celana. Ernest tidak ingin menimbulkan suasana panas lagi. Delisha pun mengiakan dan berbalik badan.

“Pakailah.” Ernest memberikan sweaternya yang berwarna putih itu ke Delisha yang sekarang duduk di ranjang. Delisha menuruti Apa yang dikatakan Ernest. Ia memakai sweater berwarna putih yang kebesaran. Dia terlihat mungil memakai sweater milik Ernest.

***

Mereka berdua menuju ke dapur milik Ernest. Gadis itu tercengang ketika mengamati dapur milik Ernest yang terlihat sangat elegan. Meja terbuat dari marmer berwarna hitam putih dengan dinding warna abu-abu, peralatan masak yang sangat terlihat mahal dan bermerek.
Ia berdoa semoga dirinya bisa  memiliki dapur seperti ini. Ia mencoba memegang peralatan dengan hati-hati. 

Delisha mulai memasak dengan bahan adanya. Ia memutuskan untuk masak nasi goreng sosis karena hanya itu yang ada dii dapur. Tidak memakan waktu lama ia sudah menyajikan masakan itu di piring dan diletakan di meja makan.

 “Kenapa hanya ambil satu piring saja?” tanya Ernest. Menoleh ke arah Delisha yang sedang menatap nya.

“Aku makan di rumah saja, Tuan.” 

“Makan disini sekarang!”

“Tapi.”

Pria itu berdiri dari kursinya, lalu pergi ke arah dapur untuk mengambil garpu, piring dan sendok untuk Delisha. Kemudian ia memberikan piring, garpu dan sendok itu ke Delisha. Ernest menghabiskan makanannya, Tak ada yang tersisa. Menurut nya masakan Delisha sangat enak.

Tiba-tiba suara ponsel Ernest berbunyi, ia pun mengambil dari sakunya. “Kamu disini saja. Jangan pernah membuka pintu, kalau bukan aku mengerti!” 

“Iya Tuan. Tuan mau kemana?” 

“Ada urusan.” Ernest berdiri dari tempat duduk dan meninggalkan Delisha. “Jangan kemana -mana, tutup pintu dan kunci pintu nya,” ucap Ernest sekali lagi. 

Gadis itu menuruti apa kata Ernest. Dia mengunci pintu tersebut.

Pukul dua dini hari ada suara ketukan dari balik pintu itu. Dia terbangun. Ia memastikan itu hanya tikus atau orang iseng saja. Ia berjalan pelan-pelan mendatangi pintu tersebut.

“Siapa?” Delisha ingin sekali membuka pintu tersebut. Tapi ia sudah berjanji kepada  Ernest untuk tidak membuka pintu tersebut. Dengan terpaksa dia mengintip di celah lubang pintu itu. Dia tersentak. Dan 

Ia berlari ke sofa. Lalu mengambil selimut. Tubuhnya bergetar hebat, detak jantungnya tidak teratur, napasnya tersengal-sengal.

Tbc 

Cerita ini aku revisi ulang.. 

Apa yang dilihat Delisha sampai ketakutan??? 

Jangan lupa untuk vote dan komentar nya Terima kasih. 😌🙏🙏💕

17 Juli 2022

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang