Ketegangan kembali menyelimuti Ernest dan King setelah mendapat informasi bahwa mobil yang menculik Delisha berada di tempat rongsokan. Ernest merasa hatinya berdegup kencang, khawatir dengan nasib istrinya yang mungkin berada di tempat yang tidak aman. Sementara itu, King bingung dan tak bisa menyembunyikan ekspresi herannya, mengapa mobil mewah seperti itu bisa berakhir di rongsokan.
Tubuh mereka tegang saat mobil mereka semakin mendekati tempat rongsokan. Setiap detik terasa seperti berjam-jam, pikiran mereka terus dipenuhi dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Ernest menggenggam erat kemudi mobil, sedangkan King fokus mengemudikan dengan pandangan serius.
Ketika akhirnya mereka tiba di tempat rongsokan, suasana di sekitar berbeda dengan tempat-tempat biasa yang pernah mereka kunjungi. Semua barang yang sudah tak terpakai dibiarkan begitu saja, menimbulkan kesan suram dan angker. Mereka berjalan menuju mobil yang disebutkan oleh Alfie, dan ketegangan semakin terasa ketika mendekati mobil mewah yang menculik Delisha.
Ernest dan King menghentikan mobil di dekat mobil tersebut. Mereka keluar dengan langkah hati-hati, siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Pikiran mereka terfokus pada Delisha, ingin segera menemukan dan menyelamatkannya. Mereka berjalan mendekati mobil yang kini terlihat usang dan kotor di tempat rongsokan, dan ketegangan semakin terasa memenuhi udara.
Ernest berpikir bahwa ia datang di tempat rongsokan itu tidak akan berguna.
Ernest yakin, sesungguhnya penculik tersebut sengaja menaruh mobil tersebut di rongsokan.
Apalagi rongsokan ini khusus untuk mobil-mobil bekas yang tidak layak dipakai.
Dan benar, apa yang dipikiran Ernest, selama perjalanan Ke rongsokan bahwa mobil tersebut sengaja di taruh di tempat rongsokan oleh seseorang.
“Apa kau tahu orang yang menaruh mobil hitam ini?” tanya Ernest pada pria setengah baya itu.
“Tidak tuan. Pagi-pagi saya sudah menemukan mobil hitam ini disini, dan saya bekerja pagi sampai sore, Kemungkinan orang yang menaruh mobil itu, waktu di malam hari.” pria itu menjelaskan kepada Ernest.
Ernest menoleh ke kiri kanan mencari sesuatu yang bisa menemukan informasi tentang istrinya. “Apa cctv itu masih berfungsi?” Ernest menunjuk cctv yang terlihat mengarah pada mobil tersebut.
“Seharusnya cctv itu masih berfungsi tuan. Namun saya tidak yakin apakah rekaman dari malam sebelumnya masih ada atau tidak.”
Ernest dengan cemas meminta petugas tersebut untuk memeriksa rekaman CCTV yang mengarah pada mobil hitam. Mereka berharap dapat menemukan petunjuk tentang siapa yang menaruh mobil tersebut di tempat rongsokan dan kemana Delisha dibawa.
Sambil menunggu hasil pemeriksaan CCTV, suasana tetap tegang di tempat rongsokan. Ernest dan King saling berpandangan, masing-masing dengan perasaan campur aduk. Mereka berharap dengan segenap hati bahwa rekaman CCTV tersebut dapat memberikan petunjuk yang mereka butuhkan untuk menyelamatkan Delisha.
Tak lama kemudian, petugas tersebut memberitahu bahwa rekaman CCTV masih ada dan sedang diperiksa. Ernest dan King merasa semakin tegang menunggu hasilnya. Semoga rekaman tersebut bisa memberikan jawaban yang mereka cari dan membawa mereka lebih dekat untuk menemukan Delisha yang mereka cintai.
Ernest merasa detak jantungnya semakin cepat berdegup, kecemasan dan ketegangan merayapi setiap serat tubuhnya. Ia memandang mobil hitam itu dengan mata yang tajam, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya di dalam mobil itu. Saat mencoba membuka pintu mobil, Ernest merasakan perlawanan yang kuat dari mobil tersebut. Pria yang jahat itu telah membuang kunci mobil dengan sengaja untuk menyulitkan mereka.
Dengan hati-hati, Ernest menerima linggis dari pekerja rongsokan dan memulai usaha kerasnya untuk membuka pintu mobil hitam itu. Setiap kali linggis mengenai kaca mobil, suara pecahan kaca membuat suasana semakin mencekam. Tetapi Ernest tidak mundur, ia tetap fokus dan bertekad untuk membuka pintu tersebut.
Akhirnya, setelah usaha yang keras, pintu mobil terbuka dan Ernest masuk ke dalam. Ia menemukan dashcam yang dipasang di atas dashboard, dan hatinya berdebar ketika menyadari bahwa dashcam ini mungkin merekam apa yang telah terjadi pada Delisha.
Ketika mereka meninggalkan pria rongsokan itu, perasaan ketegangan masih menyelimuti Ernest. Ia merasa waktu berjalan begitu lambat, dan ia ingin segera tiba di tempat yang aman untuk melihat rekaman dari dashcam tersebut. Ketidakpastian tentang apa yang akan ditemukan membuatnya gelisah.
Saat akhirnya tiba di tempat yang aman, Ernest segera menghubungkan dashcam ke komputer. Hati-hati, ia memainkan rekaman dari kamera tersebut. Dan benar saja, terlihat adegan yang menegangkan di dalam mobil hitam itu.
Ernest menggenggam erat tangan dan berdoa dalam hati, berharap untuk menemukan petunjuk yang dapat membantu mengungkap kebenaran dan membawa Delisha kembali dengan selamat.
Ernest merasa marah, sedih, dan penuh kebencian saat melihat isi rekaman pada kamera kecil yang ia ambil di mobil hitam. Yang dimana, Delisha tertidur di samping pria yang menculiknya. Ia merasa kesal karena tak bisa berada di sana untuk melindungi istrinya saat itu terjadi.
Rasa rindu dan cinta yang ia simpan selama ini menjadi lebih besar, sekaligus bertambah kompleks dengan kebencian dan amarahnya pada pria yang menculik Delisha.
Dengan kurang ajarnya, pria tersebut mendekat dan membelai pipinya dengan kurang sopan.
“Apa kita memanfaatkan wanita ini terlebih dahulu, sebelum wanita ini diberikan kepada pria kaya itu. Kapan lagi kita bisa menyentuh wanita cantik ini, ” ucap pria itu dengan tertawa licik.
“Jangan menyentuh wanita itu! Kalau kalian semua ingin selamat! Tugas kita hanya menculik dan membawa ke pria itu,” ucap salah satu pria yang sedang menyetir.
Pria kurang ajar itu akhirnya memutuskan untuk tidak berani menyentuh Delisha lagi, mungkin karena merasa ada ancaman dari temannya yang tampak lebih berhati-hati.
Ernest menatap pisau kecil yang berkilauan di meja, ekspresinya penuh dengan kemarahan dan tekad. Hatinya berkobar-kobar, dipenuhi oleh rasa sakit dan amarah karena Delisha telah disentuh dengan tidak senonoh oleh pria yang tidak berperasaan itu. Dendam yang membara di dalam dirinya membuatnya merasa tak bisa diam begitu saja.
Dengan penuh tekad, Ernest berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan membalaskan perlakuan buruk itu. Ia takkan membiarkan siapapun menyakiti Delisha dan lolos dari hukuman. Tangan Ernest menggenggam erat pegangan pisau, simbol dari keputusan untuk bertindak.
Namun, di balik rasa kemarahannya, ada kecemasan dalam diri Ernest. Delisha adalah segalanya baginya, dan ia takkan membiarkan siapapun mengganggu atau menyakiti wanita yang dicintainya.
Dalam hati, Ernest bertekad untuk mencari cara agar bisa menyelamatkan Delisha dari situasi itu. Ia merasa tak bisa tinggal diam dan harus berjuang untuk mendapatkan istrinya kembali. Pikirannya menerka-nerka tentang langkah apa yang harus diambil untuk membebaskan Delisha dan menghukum orang yang menculiknya.
Namun, wajah Ernest juga terlihat kelemahan dan kerapuhan. Air mata yang tak bisa ditahan menetes kembali, menyadarkan Ernest bahwa situasi ini bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan emosi semata. Ia merasa bingung dan terpaku melihat Delisha dalam keadaan seperti itu.
Ernest menyeka air mata lagi, mencoba untuk menenangkan diri dan fokus pada langkah selanjutnya. Ia sadar bahwa ia harus bekerja dengan cerdas dan hati-hati, agar tak mengorbankan keselamatan Delisha lebih lanjut. Meskipun begitu, tekadnya untuk menyelamatkan istrinya semakin kuat dan ia siap melakukan apa pun untuk mengembalikan Delisha ke dalam pelukan hangatnya.
━━━━━━♡♥♡━━━━━━
Bab ini sudah direvisi semoga kalian semua suka dengan cerita ku.
Jangan lupa untuk vote ya
Terima kasih banyak
Salam Azura.
Revisi, Rabu 2 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA
RomanceTempat itu menciptakan atmosfer yang suram dan asing bagi Delisha. Ruangan yang temaram membuatnya sulit untuk melihat dengan jelas, dan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip menambah ketidaknyamanan di matanya. Bau alkohol menyelubungi udara, memberika...