44 | Melarikan Diri 1

12 3 0
                                    

Jumat, 20 Januari 2023

Delisha terbangun dari tidurnya karena matahari yang menyilaukan dari jendela. Ia melihat bayangan seorang wanita mengenakan pakaian seperti pelayan membuka gorden berwarna coklat susu dilapisi warna putih. Dengan hati gelisah, Delisha bertanya lembut kepada wanita itu sebelum meninggalkan kamar, "Permisi, apa aku boleh bertanya?" wanita itu di depannya, terhalang oleh ranjang putih yang dikelilingi kelambu putih transparan.

Delisha merasa cemas saat wanita itu hanya diam, menunggu pertanyaannya. Dengan lembut, ia bertanya apakah masih berada di kota Jakarta. Napas Delisha tersengal, khawatir dengan jawaban yang akan ia terima.

Waktu terasa berjalan sangat lambat saat ia menunggu jawaban dari wanita itu. Akhirnya, dalam keheningan yang tegang, wanita itu mengatakan, "Iya." Delisha merasa lega mengetahui masih berada di kota Jakarta, namun kegelisahannya belum sepenuhnya mereda.

Delisha merasa bingung dan sedih ketika wanita itu tiba-tiba meninggalkannya, menutup pintu, dan menguncinya dari luar. Ia menghela napas berat, bertanya-tanya mengapa ini terjadi dan apakah ia akan terjebak di rumah itu selamanya.

Pikiran tentang suaminya dan kehidupannya membuatnya semakin gelisah. Delisha mencoba meredakan perasaannya dengan mendesah pelan sambil memeluk guling putih yang ada di sampingnya. Namun, ketidakpastian dan kekhawatiran masih menghantuinya.

Selama dua hari, Delisha terkurung di dalam kamar mewah tanpa pernah keluar. Seperti burung dalam sarangnya, ia hanya diberi makan dan kembali dikunci. Rasa ingin kabur begitu kuat, namun jendela kamar sangat tinggi dan penjagaan sangat ketat di seluruh tempat.

Rasa ketidakpastian semakin menghantui, Delisha tak tahu siapa pelaku penculikan dan motif di baliknya. Dalam keadaan terjebak seperti ini, Delisha merasa putus asa mencari cara untuk melarikan diri dari situasi yang mencekam ini.

Di malam yang sunyi dan dingin, Delisha merenung sendirian dengan wajah yang penuh kesedihan. Bulan dan bintang menjadi satu-satunya teman setianya melalui jendela yang tinggi. Bayangan Ernest, yang selalu tersenyum bahagia saat bersamanya, membuat hatinya terasa sakit karena rindu yang harus ia tahan. Delisha merasa hampa dan terisolasi, berharap ada jalan untuk bertemu Ernest lagi dan merasakan kebahagiaan bersamanya.

Di tempat yang berbeda, seorang pria memantau setiap gerak-gerik Delisha dari berbagai CCTV yang diam-diam dipasang di kamar, termasuk di kamar mandi. Obsesi pria ini membuatnya membayangkan tubuh Delisha dan memiliki keinginan untuk menciumi setiap lekuk tubuhnya.

Pria tersebut kesal melihat Delisha yang terus menatap keluar jendela dengan wajah melamun. Ia menyadari bahwa Delisha merindukan suaminya, Ernest. Tanpa menginginkan Delisha terus mengingat suaminya, pria itu memutuskan untuk membawa Delisha ke rumahnya dengan harapan agar Delisha bisa bersamanya dan melupakan Ernest selamanya.

***

Saat itu, pelayan wanita kembali membuka gorden dan meletakkan nampan makanan dan minuman di kamar. Tidak disadari oleh pelayan, Delisha diam-diam mengamati setiap aktivitasnya dari balik kelambu putih. Delisha telah sengaja bangun lebih awal karena ia memiliki rencana untuk melarikan diri dari rumah ini.

Melihat pintu yang terbuka lebar, hati Delisha berdebar kencang. Ini adalah kesempatan emas bagi Delisha untuk kabur dari kamar mewah ini. Dengan hati-hati, ia mengumpulkan keberanian dan merencanakan langkahnya untuk melangkah keluar dari situasi yang menyekapnya. Dalam keheningan malam yang sunyi, Delisha memulai perjalanan.

Saat pelayan wanita awalnya tidak menyadari, tiba-tiba suara kaki Delisha melangkah membuatnya terkejut. Ia sebelumnya berpikir bahwa Delisha tidak akan berani melarikan diri dari rumah ini. Namun, kenyataannya justru sebaliknya, Delisha berani untuk melarikan diri.

Dengan langkah terburu-buru, pelayan itu mencoba mengejar Delisha, namun sayangnya ia sudah terlambat. Delisha dengan cerdik mengunci pintu dari luar, membuat pelarian ini semakin berhasil. Tegangan mencengkeram saat Delisha berhasil lolos dari cengkeraman pelayan dan sekarang berada di luar, berhadapan dengan dunia yang belum diketahui.

Pelayan itu merasa ketakutan dan bingung karena Delisha berhasil mengalahkan rencananya. Delisha harus menghadapi tantangan baru di luar, namun langkahnya yang penuh tekad membawa harapan akan kebebasan yang ia cari. Ketegangan masih menghantui mereka berdua dalam momen yang tak terduga ini.

Delisha merasa sepi dan terisolasi saat ia menoleh ke kiri dan kanan, tidak menemukan satupun penjaga di kamar tersebut. Dengan hati yang berdegup kencang, ia berlari melalui lorong-lorong yang gelap, tanpa alas kaki di kakinya. Kaki yang menyentuh lantai berwarna coklat dengan motif corak hitam terasa dingin dan seolah menambahkan ketegangan di setiap langkahnya.

Tidak menghiraukan kegelapan yang menyelimuti lorong tanpa pencahayaan, Delisha terus berjalan cepat, terobsesi untuk melarikan diri. Detak jantungnya tak beraturan, dan napasnya tersengal-sengal. Delisha merasakan campuran panas dan dingin di sekujur tubuhnya, akibat kecemasan dan ketegangan yang meliputi dirinya.

Ketakutan untuk ketahuan, ketegangan dalam setiap langkah, dan perasaan tak pasti menghantui Delisha dalam pelariannya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi, namun tekadnya untuk mendapatkan kebebasan lebih kuat dari sebelumnya.

Setelah melewati lorong yang gelap, Delisha merasa lega ketika tiba di sebuah taman. Namun, harapannya mendapat kesempatan untuk beristirahat pupus ketika dia menyadari bahwa taman itu dikelilingi oleh dinding tinggi.

Dengan napas terengah-engah, dia melanjutkan larinya menuju pintu gerbang yang terletak di pojok kanan. Ketegangan dalam dirinya semakin meningkat saat dia berusaha mencari jalan keluar.

━━━━━━♡♥♡━━━━━━

Bab ini sudah direvisi semoga kalian suka Jangan lupa untuk vote dan jangan lupa

Salam,

Azura

Revisi, Kamis 3 agustus 2023


DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang