23| Tidak Di Restui

11 2 0
                                    


Delisha yang sedang asyik duduk di balkon kamar, dan sedang memandangi taman milik Ernest yang sangat indah dari atas balkon, matanya tidak sengaja melihat BiMina dari bawah yang sedang menyiram tanaman. Ia memutuskan untuk membantu BiMina.

Namun, ia terdiam sebentar sebelum keluar, ia ingat harus izin Ernest terlebih dahulu. Ia tidak ingin ada keributan hanya gara-gara dirinya membantu para pelayan disini.

"Aku harus cari tuan sekarang," gumamnya, sembari melangkah keluar kamar.

Delisha mencari Ernest di ruang kerjanya, ia yakin kalau setiap pagi Ernest berada di ruang kerja. Delisha menuju ke tempat kerjanya, dan mengetuk pintu tersebut. Namun, tidak ada jawaban dari dalam sana.

"Kemana tuan?" Delisha mencoba mencari di tempat olahraga. tempat olahraga tersebut tidak jauh dari ruang kerjanya, hanya membutuhkan sepuluh langka saja. Mungkin saja Ernest berada di sana. Saat ia memasuki tempat olah raga tanpa izin dan ia langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dan betapa terkejutnya Delisha menyaksikan Ernest tanpa baju hanya mengenakan celana olahraga pendek berwarna hitam.

"Ish, aku akan keluar dari ruangan ini, bisa bahaya aku ada di ruangan ini," gerutu Delisha. Selagi Ernest masih olahraga ia membalikkan badannya dan melangkah keluar.

"Mau kemana?" tanya Ernest menatap dari kaca yang ada di depannya, sejak tadi Ernest sudah memperhatikan keberadaan Delisha, tetapi ia pura- pura tidak tahu.

Delisha menghela napasnya panjang, dengan kebodohannya, masuk kedalam ruangan Ernest tanpa izin. Delisha tidak berani menjawab ucapan Ernest tadi. Ia hanya diam seperti patung dan apalagi terdengar langka Ernest menghampirinya, tubuh Delisha berkeringat dingin, detak jantung berdetak lebih kencang dan mulutnya mengalami kering, dengan susah payahnya ia menelan air liurnya.

Ernest menarik tangan Delisha, lalu mendorong ke dinding dan menghimpit nya dengan tubuhnya yang masih berkeringat. "Kamu belum menjawab pertanyaan ku."

"Mau keluar, Tuan. " jawab Delisha dengan terbata-bata.

"Kenapa kamu berada disini?" ujar Ernest sembari merapikan rambut Delisha dengan mengarahkan ke belakang telinga.

"Aku ingin-"

"Ingin apa?"

"Ingin-" Delisha menggerutu dalam hatinya, yang tiba-tiba sangat gugup ketika di goda Ernest.

"Kamu ingin bayi? Kamu yakin ingin membuat disini. " menggoda seraya menaikan alis dari atas ke bawah. " Ayo kita bikin disini. "

Mata Delisha melotot mendengar ucapan Ernest barusan. Apa ia tidak salah dengar membuat bayi disini di ruang olahraga tanpa adanya pintu. Bagaimana kalau ada yang melihat? Bagaimana kalau seandainya tiba-tiba ketahuan dibawa ke RT kemudian ia dinikahkan oleh Ernest? Delisha membuyarkan lamunan dan menggeleng kepalanya. Tak habis pikir kemana jalan pikiran Ernest.

"Ish, sana tuan bau, " celetuknya sambil mendorong tubuh Ernest.

"Aku tadi hanya ingin mengatakan mau ke taman membantu BiMina. "

"Tidak boleh!"

"Kenapa?"

"Kamu itu aku bawa kesini untuk menjadi istri ku, Delisha sayang. "

"Aku mohon, Tuan." harap Delisha dengan tangan memohon dan mata seakan-akan ingin menangis.

Dengan terpaksa Ernest harus mengiyakan permintaan Delisha. Ia menghela napasnya.

"Boleh? Tapi ada syaratnya, " tawar Ernest.

"Apa?"

Ernest tersenyum senang Delisha mau menerima syarat nya. "Kiss, darling. " menunjuk ke bibir. "Bagaimana?"

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang