Selasa, 3 Januari 2023
Revisi 29 Juli 2023Maaf buat semuanya karena dari kemarin part Aa Ernest, karena Adek Delisha masih koma jadi aku bikin Part Ernest dulu ya…
Nanti part Delisha kalau sudah sadar.
Hehehe .
Selamat membaca 🤗
***
“Apa anda senang berada disini?” tanya Ernest membuat Dewi tersentak kaget melihat kedatangan Ernest yang tiba-tiba.
Dewi langsung menoleh, menimbulkan rasa kebingungan terhadapnya. “Ernest.”
Suasana di ruangan itu semakin tegang, Dewi terus menangis dan memohon untuk dilepaskan. Ernest memandangnya dengan tatapan datar, tetapi hatinya terkoyak antara rasa marah dan simpati.
“Mama, janji akan …” Dewi belum selesai dengan ucapannya.
Ernest tiba-tiba menyelang. “Aku akan membebaskan anda, asalkan suami anda dan anak buahku mendapatkan Clara dengan utuh!” ujar Ernest sambil meninggalkan Dewi. Namun langkah Ernest terhenti, ia sempat melirik raut wajah Dewi yang penuh dengan kekecewaan dan kebingungan.
Ernest bergegas meninggalkan penjara bawah tanah, hatinya masih diliputi kebimbangan. Dia tahu bahwa dia harus menemukan Clara secepat mungkin, tapi dia juga tidak ingin melukai Dewi lebih dalam dengan menuduhnya tanpa bukti yang cukup. Ernest berusaha mencari cara untuk menghadapi situasi ini dengan kepala dingin dan mencari kebenaran yang sebenarnya.
Sementara itu, Dewi tetap terduduk di balik jeruji besi, rasa bingung semakin membesar. Dia tahu bahwa dia harus berbicara dengan Ernest dan membuktikan bahwa dia tidak terlibat dalam apa pun yang telah terjadi terhadap Clara. Namun, saat ini dia merasa benar-benar terjebak dan tidak tahu harus berbuat apa.
Dengan berat hati, Dewi mengambil keputusan untuk mencari tahu sendiri tentang Clara. Dia akan membuktikan bahwa dia tidak bersalah dan menemukan keberadaan Clara untuk mengembalikannya kepada Ernest. Sembari mengusap air matanya, Dewi berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan menyerah dan akan berjuang untuk membuktikan kebenarannya.
***
Ernest membuka pintu kamar rumah sakit dengan hati-hati, masuk dengan langkah lembut, lalu menutup pintu kembali dengan perasaan haru. Ia mengambil bunga yang telah ia beli sebelumnya dan meletakkannya di dalam vas berisi air seperti yang biasa ia lakukan.
Setelah itu, Ernest menghela napas berat, menghadapi perasaan cemas dan sedih yang terus menyelimuti hatinya. Ia mengambil tempat di samping tempat tidur Delisha dan dengan lembut merapikan rambut istrinya yang terbaring lemah. Ernest merasa hati-hati, takut melukai Delisha yang sedang kritis.
“Kenapa? Kamu sangat cantik disaat tidur seperti ini,” ucap Ernest dengan suara lembut, seolah-olah berbicara pada Delisha yang sedang tidur. “Aku rindu padamu, istri kecilku.” Ernest menggenggam tangan Delisha dengan erat, merasa getaran kehangatan dari genggamannya meski Delisha tidak memberikan balasan.
Sudah hampir seminggu Delisha terbaring di rumah sakit. Ernest hadir setiap hari, berbicara dengannya, dan berusaha memberikan dukungan meskipun Delisha tidak dapat menjawab. Ia merasa putus asa karena tidak dapat membantu Delisha kembali pulih, tetapi ia tetap tegar dan berusaha memberikan kehangatan dan cinta pada istrinya.
Dua minggu telah berlalu sejak Ernest berada di rumah sakit, menemani Delisha yang terbaring dalam keadaan koma. Namun, pada hari ini, Ernest merasa perlu pulang karena ada sesuatu yang harus diselesaikan menghancurkan Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA
RomanceTempat itu menciptakan atmosfer yang suram dan asing bagi Delisha. Ruangan yang temaram membuatnya sulit untuk melihat dengan jelas, dan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip menambah ketidaknyamanan di matanya. Bau alkohol menyelubungi udara, memberika...