30 | Kejujuran 1

6 2 0
                                    

Sore ini Delisha ingin sekali memakan rujak buah. Ia tidak tahu mengapa perutnya yang sudah usia lima bulan, masih menginginkan makanan yang segar-segar dan asam.

Delisha melangkah keluar dari tempat tidurnya dengan penuh semangat. Dia memilih pakaian yang sangat casual, namun tetap modis. Delisha mengenakan dress modern berwarna biru muda yang simpel namun mempesona, tanpa terlalu banyak detail yang mencolok. Pilihan polos pada dress nya memberikan kesan yang elegan dan tidak berlebihan.

Untuk melengkapi penampilannya, Delisha membawa tas kecil berwarna hitam yang diselempangkan dengan gaya yang santai. Tas tersebut cukup untuk menampung barang-barang penting yang dibutuhkan. Delisha juga memilih sepatu sandal bertali berwarna merah muda yang memberikan sentuhan warna yang ceria pada penampilannya.

Dengan penampilan yang sederhana namun terlihat modis, Delisha siap menghadapi hari dengan percaya diri. Dia merasa nyaman dan siap untuk menjalani segala hal yang akan datang.

Delisha menaiki lift untuk turun kebawah. Sebenarnya, ia bisa menghubungi suami nya Ernest, namun ia takut mengganggu pekerjaan suaminya tersebut, jadi Delisha memutuskan untuk pergi membeli rujak buah sendiri.

Ia tersenyum pada Bi Mina, ketika ia berpapasan pada Bi Mina yang sedang membersihkan area itu. 

“Mau pergi kemana, Non?” tanya Bi Mina. Yang sedang memperhatikan pakaian Delisha yang rapi. 

“Aku ingin membeli rujak buah, Bi.”

“Saya antar ya, Non.” Bi Mina mencoba menawarkan dirinya untuk mengantar Delisha.

“Tidak perlu Bi, aku bisa sendiri,” jawab Delisha sambil tersenyum ke arah Bi Mina dan meninggalkan Bi Mina.

Bi Mina, yang merasa khawatir pada majikannya, dengan terpaksa menghentikan kegiatannya dan berlari mengejar Delisha yang sedang menuju teras rumah. Napasnya terengah-engah saat ia mencoba menawarkan sekali lagi.

Delisha, yang melihat Bi Mina dalam keadaan terengah-engah, merasa iba dan tidak tega. Dengan perasaan terpaksa, ia akhirnya menerima tawaran dari Bi Mina.

Delisha meminta tolong kepada supir pribadinya untuk mengantarnya membeli rujak buah. Dengan ramah, ia menjelaskan kepada supir tentang keinginannya untuk mendapatkan rujak buah di tempat yang dekat dengan bekas tempat kerjanya.

Supir tersebut dengan sopan mengiyakan permintaan Delisha dan mengarahkan mobil menuju tempat tersebut. Delisha duduk di belakang, memandangi pemandangan yang familiar di sepanjang perjalanan. Hatinya berbunga-bunga mengingat kenangan-kenangan indah yang pernah ia alami di tempat tersebut.

Setelah beberapa saat, mobil berhenti di depan warung rujak buah yang sudah dikenal oleh Delisha. Ia turun dengan perasaan bahagia dan berterima kasih kepada supir yang telah membantunya. Delisha melangkah menuju warung dengan langkah ringan, merasa senang bisa kembali ke tempat yang memiliki kenangan manis baginya.

Delisha memesan rujak buah kesukaannya dengan senyum di wajahnya. Ia menikmati setiap gigitan buah segar dan bumbu kacang yang lezat, sambil mengenang masa lalunya di tempat itu. Perasaan bahagia dan kepuasan tergambar jelas di wajahnya, seolah-olah semua beban dan kekhawatiran telah sirna.

Setelah selesai menikmati rujak buahnya, Delisha kembali ke mobil dengan perasaan puas. Mereka berdua melanjutkan perjalanan pulang.

Delisha menghampiri Indra dengan rasa campur aduk dalam hatinya. Dalam genggaman tangannya, ia masih memegang rujak buah yang baru saja dibelinya. Dengan langkah ragu, ia mendekati Bapak Indra yang berdiri di depan pagar rumah.

Satpam yang berjaga di depan pagar sempat ragu untuk membuka pagar, terlihat dari ekspresi wajahnya yang penuh keraguan. Namun, setelah Delisha memastikan bahwa pria itu adalah Bapaknya sendiri, satpam akhirnya mengalah dan membuka pintu pagar dengan hati-hati.

Delisha memasuki halaman rumah dengan hati yang berdebar kencang. Ia menghela napas dalam-dalam, tidak menyangka bahwa saat ini ia akan bertemu dengan Bapaknya setelah sekian lama mencarinya. Emosi yang bercampur baur mulai memenuhi pikirannya.

Dengan langkah gemetar, Delisha mendekati Indra. Ia merasa getir melihat sosok ayahnya yang tampak lelah dan lusuh dalam pakaian yang compang camping. Tanpa ragu, Delisha memeluk Indra dengan erat, membiarkan air matanya turun dengan deras. Namun, tanggapan Indra membuat hati Delisha hancur.

Indra menegur Delisha dengan suara dingin, meminta agar ia melepaskan pelukan tersebut. Delisha terkejut dan merasa sedih atas reaksi dingin Bapaknya. Hatinya teriris melihat keadaan  Indra yang tampak jauh dari sosok ayah yang ia bayangkan.

Perasaan campur aduk memenuhi hati Delisha, tetapi ia berusaha menguatkan diri. Meskipun disambut dengan sikap yang dingin, Delisha masih berharap untuk dapat memulihkan hubungan dengan Bapaknya, yang telah lama hilang dari kehidupannya.

Delisha merasa tegang dan sedih mendengar ucapan Bapaknya yang menyalahkannya. Dia berusaha menjelaskan bahwa tidak lupa dengan Bapaknya dan telah mencarinya.

“Pak, kenapa rumah kita Bapak jual?” ucap Delisha dengan rasa penasaran.

Indra menjawab dengan nada sinis,“Aku butuh uang untuk bersenang-senang. Kalau aku tidak menjual rumah itu, bagaimana aku bisa mendapatkan banyak uang?” ucap Indra tanpa ada rasa penyesalan.

“Aku minta uang 10 juta sekarang!” meminta dengan keras.

“Delisha enggak punya uang sebesar itu pak,” ucap Delisha dengan nada gemetar dan rendah. 

Indra senyum sinis.  “Jangan bohong kamu! Aku tidak percaya,” tuduh Indra sambil  tangan nya menunjuk ke wajah Delisha. “Kamu bisa kan minta ke suamimu sekarang! Aku butuh uang sekarang juga!” bentak Indra sambil mendorong tubuh Delisha.

Kehadiran Indra semakin membuat suasana tegang, Bi Mina dan satpam yang melihat kejadian itu segera berusaha membantu Delisha dan mengusir Indra, namun Indra tetap berteriak-teriak dan meminta uang.

***

  

Bab ini sudah direvisi,semoga kalian suka

Terimakasih yang sudah komentar atau vote. 

Jumat, 25-11-2022

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang