3 | Trauma 1

76 11 0
                                    

Tempat itu menciptakan atmosfer yang suram dan asing bagi Delisha. Ruangan yang temaram membuatnya sulit untuk melihat dengan jelas, dan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip menambah ketidaknyamanan di matanya. Bau alkohol menyelubungi udara, memberikan kesan tak menyenangkan yang menusuk hidungnya.

Di tengah kerumunan, orang-orang berjoget dengan riang. Suara musik yang kencang memenuhi ruangan, hampir memekakkan telinga Delisha. Ia merasa seperti terjebak dalam lingkaran kegilaan ini, tak bisa menghindar dari kegaduhan dan hingar bingar yang mengelilinginya.

Delisha, dengan hati-hati, mengajukan pertanyaan kepada Indra, "Pak, kata bapak mau bertemu teman bapak kenapa disini, ini tempat apa pak?" Suaranya lembut, namun terdengar terbawa oleh kebisingan di sekitarnya.

"Teman bapak ada di dalam," jawab Indra tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Perasaan cemas melanda Delisha saat ia melihat sekeliling. Semua mata terasa terarah padanya, memperhatikan dari atas sampai bawah. Seorang pria dengan berani mencolek tubuhnya, meningkatkan perasaan tak nyaman yang sudah ada sejak awal. Delisha merasa seperti sedang dievaluasi dan diserang secara fisik.

Sensasi yang kuat dari kejutan dan ketidaknyamanan memenuhi pikiran dan tubuhnya. Rasa tidak aman melanda, dan ia merasakan serangan dalam bentuk fisik dan mental. Detak jantungnya berpacu kencang, pernapasannya menjadi terengah-engah, menandakan kegelisahan dan ketegangan yang dialaminya.

Ia meminta segera kepada Indra untuk pulang sambil menarik baju Indra. Namun, siapa sangka bahwa dirinya justru dibentak dan ditarik tangannya oleh Indra dengan paksa. Membuat pergelangan tangan sakit.

Indra menghampiri seorang wanita setengah baya yang sedang duduk sembari menghisap sebatang rokok. Kemudian, pria itu sengaja mencampakkan Delisha pada wanita itu.

"Aku menepati janjiku, sekarang mana uangnya!" desak Indra pada wanita itu.

wanita itu memberikan beberapa uang kepada Indra. Indra yang mendapatkan sejumlah uang, ia tersenyum senang dan meninggalkan Delisha sendiri di tempat yang dimana Delisha baru pertama kali datang.

Mami sebutan dari wanita itu. Mami mengajak dan menggandeng tangan Delisha untuk masuk ke dalam ruang ganti yang berada di pojok. Mami menyuruh salah satu wanita yang berada tempat itu, untuk mendandani Delisha. Mami meninggalkan Delisha dan wanita itu di ruang ganti.

"Kamu masih muda. kenapa mau bekerja kotor seperti ini?" tanya wanita itu sembari merias wajah Delisha.

Kerutan di dahi, bibir yang tertekan terlihat jelas perubahan ekspresi wajahnya.

"Aku tidak tahu, aku dibawa oleh bapak kesini karena bapak ingin bertemu dengan temannya," ucap Delisha menahan rasa sedihnya. Detak jantungnya yang semakin cepat, dadanya yang terasa sesak, tangan yang gemetar.

Delisha tidak percaya bahwa bapak yang dianggap pelindung baginya, menjual dan menjadikan wanita malam. Apa aku beban untukmu pak, sampai bapak rela menjual ku dengan berapa lembar uang?

Perasaan kecewa terhadap orang tuanya pun ada. Dada yang terasa berat, mood yang tidak baik.

"Cantik sekali kamu." Puji mami pada Delisha. Ia tidak bangga dengan pujian itu. Justru ia miris melihat wajahnya sekarang di pantulan kaca. Ia berhias seperti ini bukan untuk seorang yang ia suka melainkan untuk menggoda seseorang malam ini.

Mami mengajak Delisha di area khusus yang dimana tempat tersebut untuk berinteraksi bersama pelanggan. Delisha yang melihat mami sedang mengobrol dengan seorang pria dengan perut buncit dan tanpa helai rambut di kepalanya. Membuatnya ingin mual. Bagaimana bisa mami, terlihat seperti merayu lelaki tua itu dengan mendekatkan tubuhnya.

Tiba-tiba, mereka berdua mendatangi tempat yang dimana Delisha duduk. Mami menyuruh Delisha untuk mengikuti pria tua itu. Namun, ia hanya diam dengan tatapan matanya ke arah depan, tanpa melirik mereka berdua.

Mami memberi sebuah kode kepada pria tua dengan menganggukan kepala.
Pria tua itu menyeret tangan Delisha dengan paksa dan mengajak ke sebuah kamar yang berada di samping ruang itu. Pria tua itu mengunci pintu tersebut, dan menghempaskan Delisha di atas ranjang dengan sangat kasar.

Perasaan takut, panik, dan cemas yang kuat karena situasi yang tidak diinginkan dan merasa dirinya terancam.

"Layani saya sekarang!" perintah tua itu sembari melepaskan ikat pinggang dan membuka celana panjang dan bajunya berwarna hitam. Lalu, melemparkan begitu saja.

Laki tua itu menindih tubuh Delisha, dan melucuti pakaian Delisha dengan sangat kasar. Ia berusaha melawan dan mencoba menghindari situasi tersebut. Namun, tetap saja dirinya kalah dengan tubuh pria tua itu yang lumayan besar daripada tubuhnya yang mungil.

Ia pun berteriak sekencang mungkin. Tetapi, sia-sia untuknya. Karena kamar tersebut sudah dilengkapi dengan pengedap suara untuk memberikan privasi kepada tamu.

"Tak ada yang bisa mendengar mu sayang, hari ini kita senang-senang," ucap laki itu. Perubahan ekspresi wajahnya, mata yang terlihat lebih fokus, mengeluarkan suara-suara seperti desahan dan erangan yang menunjukkan gairah seksual.

Delisha selalu menutupi bagian tubuhnya. Perasaan ketidaknyamanan pada dirinya. Merasakan rasa takut, panik, teror karena merasa terancam.

Ia merasakan rasa malu, rendah diri, dan merasa terhina.

Pria itu selalu berusaha untuk mengendus paksa daerah lehernya. Delisha selalu memberontak dan berteriak sekencang mungkin.

Ia terpaksa melancarkan aksinya dengan menendang kemaluan pria tua itu.

Mengakibatkan pria itu mengumpat dengan kasar dan menghentikan aksinya.

Ini kesempatan baginya untuk keluar dari kamar tersebut. Ia tidak peduli dengan pria itu yang kesakitan sembari memegang kemaluannya.

Ia memutar kunci pintu, kemudian, langsung keluar dari kamar itu. Ia tidak peduli dengan semua orang menatapnya dengan tatapan bingung.

Dengan napas tersengal-sengal, menoleh ke kiri kanan. Gadis itu berhasil untuk keluar dari club. Akan tetapi, ada perasaan kecewa pada dirinya

Ia menoleh ke belakang yang dimana anak buah mami dan pria tua itu mengejarnya.

"T-tolong tuan, tolong tuan bawa aku pergi dari sini," mendesak kepada pria itu. Tetapi pria itu hanya menatap Delisha dengan datar

"Delisha."

Ia menoleh ke sumber suara."A-alfie! Tolong bawa aku pergi dari sini. Tolong Alfie," pinta Delisha.

Alfie menghela napasnya kasar. Dia terlihat bingung. Apakah ia akan membantu Delisha atau membiarkan dengan kondisi seperti itu? Dia ingin bertanya pada pria yang sekarang menatapnya dengan datar.

"Tuan, berikan kepada saya wanita itu." pria itu datang dengan anak buah mami.

Gadis itu reflek bersembunyi di balik pria datar tersebut. Ada rasa takut kepada pria tua itu napasnya lebih cepat, keringat lebih banyak, ia harus waspada dengan pria tua itu.

"Dia milikku. "

"Saya sudah membayarnya. Tuan."

Lelaki itu memberikan kode kepada Alfie untuk mengurusi pria tua itu.
Lelaki itu melepaskan jas warna hitam dan memakai kan pada pundak Delisha.

Delisha tampak terkejut dengan perilaku lelaki itu. Ia berpikir dirinya akan diberikan kepada pria tua itu dan dijadikan wanita malam selamanya ternyata pikiran yang salah.

"Masuk." Delisha mengikuti perintah lelaki itu, memasuki mobil warna hitam.

Cerita Delisha sudah aku revisi semoga kalian suka dengan cerita ini.

Siapa Pria yang menolong Delisha?

Penasaran kan! !

Ditunggu ya!!

Sambil menunggu cerita selanjutnya, alakah baiknya kalian vote cerita ini

Makasih untuk kalian

16-4-2022

DELISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang