Ernest berjalan perlahan menuju kamar Delisha yang bernuansa coklat putih. Di sekelilingnya terdapat lantai berkarpet lembut, menciptakan suasana tenang di dalam ruangan tersebut. Suara langkahnya terdengar hening, hanya terhenti oleh gemericik air dari taffware humidifier yang menambahkan kelembaban dan aroma terapi yang menenangkan.
Begitu masuk ke dalam kamar, aroma harum bunga mawar putih menyergap indera penciumannya, dan ia tersenyum. Delisha yang sedang berbaring di tempat tidur terlihat rapuh, namun wajahnya masih memancarkan ketenangan. Ernest menghampirinya dengan penuh kasih sayang, menempatkan bunga mawar putih yang ia beli di meja dekat tempat tidur.
"Untukmu, Delisha," bisik Ernest sambil menatap istrinya dengan penuh cinta.
"Semoga bunga ini membawa kesetiaan, kemurnian, di dalam pernikahan kita." Sambil menatap wajah Delisha, Ernest merasa beruntung telah memiliki wanita yang begitu kuat dan setia di sisinya selama ini. Mereka telah melewati banyak hal bersama, baik suka maupun duka. Namun, saat ini adalah saat yang paling sulit dalam perjalanan hidup mereka.
Ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengatasi perasaan sedih yang memenuhi dadanya. Ernest tahu bahwa ia harus tetap kuat untuk Delisha. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan istrinya yang sedang berjuang.
Ernest menundukkan kepalanya, menggenggam tangan Delisha dengan erat, dan memejamkan matanya sejenak. Ia merasakan kekuatiran dan kemarahan mendalam meluap di dalam hatinya, namun ia berusaha menahan emosinya agar tidak menambah beban pada Delisha.
Setelah menghela nafas panjang, Ernest menoleh ke arah Delisha lagi, matanya penuh dengan tekad. "Aku akan menghancurkan semua orang yang membuatmu seperti ini, walaupun itu orang tua ku sendiri," gumam Ernest dengan suara lirih, tetapi penuh dengan ketegasan. Ia berjanji untuk melindungi Delisha tanpa mengenal kompromi, siap untuk berjuang menghadapi siapapun yang berani menyakiti istrinya.
Namun, tanggung jawabnya untuk menghancurkan musuh-musuhnya harus menunggu. Kini, yang terpenting adalah memastikan Delisha mendapatkan perawatan yang baik. "Aku harus pulang hari ini," ucap Ernest sambil mengecup kening Delisha lembut. Ia tahu ada hal-hal yang harus diurus di luar sana, tetapi hatinya berat meninggalkan istrinya yang sedang berjuang.
Ernest kemudian mengambil selimut tebal berwarna putih dan menutupi tubuh Delisha dengan lembut. Ia ingin memastikan bahwa Delisha merasa nyaman dan hangat saat ia pergi. Suasana di kamar tetap harum berkat aroma bunga mawar putih yang masih menguap di udara.
Dengan perasaan campur aduk, Ernest meninggalkan Delisha yang terbaring sendiri di kamar rumah sakit. Langkahnya meninggalkan kamar terdengar hening, tanpa suara lain selain langkahnya sendiri yang perlahan menjauh.
Saat keluar dari ruangan, Ernest merasakan angin sejuk menyentuh wajahnya, mengingatkan nya pada saat-saat bahagia bersama Delisha di luar sana. Suara langkahnya berjalan di lorong rumah sakit bergema, menciptakan kesan kesendirian dan ketenangan.
Meskipun ada rasa cemas dan kesedihan dalam hatinya, Ernest tahu bahwa ia harus kuat dan tegar. Ia harus menghadapi tantangan yang ada di depannya, demi Delisha dan pernikahan mereka.
Setelah pulang dari rumah sakit, Ernest merasa penat dan kotor setelah berada di lingkungan rumah sakit. Ia pun bergegas menuju kamar untuk mandi dan menyegarkan diri. Suara air yang mengalir dan aroma sabun menyegarkan memenuhi kamar mandi, memberikan pengalaman panca indra yang menyenangkan.
Setelah mandi, Ernest bergegas menuju ruang kerjanya dengan tekad yang kuat. Ia ingin mencari bukti tentang pelaku yang berani mendorong Delisha dari atas tangga. Ketika ia sampai di ruang kerja, ia duduk di depan laptopnya dan bersiap untuk memeriksa rekaman CCTV.
Namun, sebelum ia sempat membuka laptopnya, pintu kerjanya tiba-tiba terbuka dengan cepat. Ernest merasa sedikit terkejut dan menoleh ke arah pintu. Ia melihat seorang pria berdiri di ambang pintu, tampaknya ia telah membuka pintu tanpa izin.
Suasana di ruangan berubah menjadi tegang, dan Ernest merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia mencoba mengontrol emosinya dan tetap tenang menghadapi situasi ini. Ernest perlahan-lahan berdiri dari kursinya, menyadari bahwa peluang untuk mencari bukti di CCTV mungkin terhambat oleh kedatangan tak terduga ini.
"Apa yang anda lakukan di sini?" tanya Ernest dengan suara tegas, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak akan mundur meski ada orang yang mengganggu.
Suasana di ruangan semakin tegang dengan perbincangan antara Ernest dan King, orang tua Ernest sendiri. Ernest berdiri dengan sikap yang tegas dan tatapan yang tajam, menunjukkan bahwa ia tidak akan mundur dalam menghadapi situasi ini.
"Ernest, apa maksudmu dengan memenjarakan orang tuamu sendiri! Tega sekali kamu melakukan itu," ucap King dengan nada
"Apa anda bilang aku tega?" tanya Ernest dengan nada tajam, menyindir King.
"Apa anda tidak ingat? Tuan King Andromeda Linford. Dulu 17 tahun lalu, aku juga pernah mengalami kejadian serupa dengan apa yang dialami oleh anda sekarang. Yang dimana anda telah mempercayai tuduhan palsu tentang ku, tanpa memberikan kesempatan untuk menyelidiki, aku dibuang dan di tuduh mencuri, serta kalah dalam pertarungan yang berujung aku kehilangan kepercayaan diri." Ernest mencoba mengingatkan kembali masa lalu yang pahit kepada King.
King terlihat terkejut, tidak menyangka bahwa Ernest akan mengingat kejadian masa lalu. Tatapan King menjadi ragu, mencerminkan kekhawatiran dan penyesalan atas perbuatannya di masa lalu.
King mengepalkan tangannya, tampaknya merasa terpojok dengan fakta bahwa Ernest masih ingat dan masa lalu mereka berdua. Ia mungkin merasa bersalah atas apa yang telah terjadi, namun tidak dapat mengubahnya.
"Apa anda ingat? Tuan King yang terhormat," tambah Ernest dengan cibiran nya yang menusuk hati. Ernest menunjukkan bahwa ia tidak akan begitu saja mengampuni King atas perbuatannya di masa lalu.
Namun, dibalik semua rasa marah dan ketidakpuasan, ada rasa kekhawatiran dan sayang yang Ernest masih simpan untuk orang tuanya. Rasa bingung dan emosi campur aduk bisa terlihat dari ekspresinya.
King mengepalkan tangan nya. Ia tidak menyangka kalau Ernest mengingat kejadian dulu.
"Aku akan melepaskan istri anda, asal anda bersedia mencari dan menangkap pelaku yang telah membuat Delisha seperti itu." Perintah Ernest. King menyetujui permintaan Ernest, lalu meninggalkan Ernest sendiri.
»»----> <----««
Bab ini sudah direvisi, semoga kalian suka ceritanya.
1-01-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA
RomanceTempat itu menciptakan atmosfer yang suram dan asing bagi Delisha. Ruangan yang temaram membuatnya sulit untuk melihat dengan jelas, dan lampu-lampu yang berkerlap-kerlip menambah ketidaknyamanan di matanya. Bau alkohol menyelubungi udara, memberika...