Bab 7

225 20 0
                                    

Langkah besar Rami keluar dari balik pintu pantry, perlahan ia coba mendekati Eleanis yang tengah berada di balik mesin kasir. Perempuan itu terlibat pembicaraan dengan salah satu barista. Tapi, ketika ia merasakan kehadiran Rami, lantas segera menoleh. "Lho, masih di sini?"

"Kamu punya berapa teman yang bernama Diola?" pria itu bertanya tanpa basa-basi.

"Maksud kamu?"

Mulanya Eleanis tidak paham dengan apa yang Rami katakan. Namun, seakan tersadar satu hal. Praktis kedua matanya membulat, dan mulutnya membentuk huruf O.

"Really?!" wajah perempuan itu merah padam. Ia kesal pada perbuatan Rami, dan tentu saja sikap cerobohnya dengan membiarkan macbook-nya dalam keadaan menyala saat ia meninggalkan ruangan.

"Aku mau bertemu dengannya. Mungkin selesai tour POJ, kamu bisa bantu aku kan, Le?"

"Untuk apa?" tanya perempuan itu ketus.

"Well, aku baca attachment yang dia kirim. Ternyata isinya naskah. Dan aku tertarik."

Eleanis memicingkan matanya. Setengah bingung dengan isi di dalam otak Rami. Apa lagi yang akan dilakukan pria itu?

"Dia nggak tinggal di sini," jelasnya sambil kembali fokus pada mesin kasirnya dan mengabaikan Rami yang kini berdiri di sampingnya.

"Terus?"

"Iya, dia tinggal di Semarang sudah dua tahun ini."

Secara bergantian mata Eleanis beralih dari mesin kasir ke nota penjualan yang ada di tangannya.

"So, kapan aku bisa ketemu dengan dia?"

Eleanis mengangkat bahu.

"Apa dia akan selamanya di sana?" lanjut pria itu coba mengorek keterangan dari Eleanis.

"Sepertinya setelah selesai sidang tesisnya dia akan pulang. Dia tinggal dengan neneknya di sini. So, pasti dia nggak akan membiarkan neneknya selamanya sendirian."

Rami mengangguk. Jika begitu penjelasannya, berarti kapan pun itu waktunya keduanya pasti akan bertemu juga, kan?

"Aku tertarik dengan naskahnya. Kita berdua—well, aku dan Diola perlu bicara. Please, kalau dia pulang kamu kabari aku ya?"

"Hmm," tanggap Eleanis acuh.

"Aku serius, Lean."

"Memangnya aku telihat sedang bercanda? Lagian, apa yang akan kamu lakukan dengan naskah itu?"

"Diterbitkan? Difilmkan?" katanya sambil berlalu.

Pria itu beranjak meninggalkan Eleanis yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Naskah milik Diola akan diterbitkan, bahkan dibuatkan film? Apa pria itu tidak asal bicara?

Rami keluar dari café dan menuju mobilnya yang diparkir di seberang tempat itu.

***

Tiba di Bandung beberapa saat yang lalu. Ia baru saja kembali setelah menemani POJ tour di kota Solo. Mengamit ponsel yang ada di dalam saku celananya dan membuka pesan masuk sambil merebahkan tubuhnya senyaman mungkin di atas sofa leter L yang menghadap langsung ke layar televisi. Rami menyilangkan sebelah tangannya di bawah kepala, sementara ibu jari yang lainnya menari di atas layar ponselnya.

Wacana mengenai pertemuannya hari ini telah menyita sebagian besar perhatiannya. Pertemuan yang sudah lama ia rencanakan. Semula ia meminta Eleanis agar mengatur jadwalnya tidak terlalu malam. Karena ia ingin memiliki waktu bicara yang lama dengan penulis naksah itu. Namun, rencana tersebut urung terjadi karena satu hal.

AFTERTASTE ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang