Tatap matanya mengawasi. Sosok bayangan hitam tertangkap oleh matanya tepat di bawah pintu apartemen Rami. Sudah beberapa hari sejak pertama kali ia membukakan pintunya untuk dua orang yang tidak dikenalnya. Bayangan tersebut kerap kali muncul dan bahkan tak jarang menimbulkan suara-suara gaduh.
Awalnya, Noura masih berpikir jika bayangan tersebut adalah sosok tetangga yang menempati apartemen sebelah. Namun, ia salah. Ketika Rami dalam pesan singkatnya mengatakan bahwa apartemen sebelah tidak berpenghuni, praktis rasa takutnya menguar.
Kali ini suara pintu dipukul terdengar nyaring. Bersamaan dengan itu debar jantung Noura ikut terpacu. Mau apa mereka?
Cengkraman kedua tangan Noura semakin mengetat pada ujung kaos yang ia kenakan. Sementara itu, tatap matanya tak pernah lepas menatap nyalang ke arah pintu apartemen Rami.
Well, bukan ia tak melakukan apapun. Ia sudah mencoba untuk menghubungi Rami, meminta bantuan namun pria itu urung menggubrisnya. Pesan singkat yang ia kirim barusan pun tidak dibalas.
Padahal ia telah melampirkan sebuah foto untuk menguatkan apa yang sedang terjadi padanya. Namun, sepertinya Rami sudah tak lagi peduli padanya.
"Buka pintunya, Nou!" suara itu memanggil namanya.
Kedua alis Noura saling tertaut. Ia mengenal suara itu.
Kemudian setelah mengumpulkan keberaniannya, perempuan itu beranjak mendekati pintu. Berdiri sejenak di belakang pintu dan membuka kenopnya perlahan.
"Kamu oke, Nou?"
***
Kedua perempuan itu duduk dengan posisi saling berjauhan. Menjaga jarak antara satu sama lain, pada sisi sofa leter L yang ada di ruang utama apartemen Rami. Noura memilih duduk di dekat jendela sementara perempuan itu duduk di sisi yang berlawanan dengannya.
Layar televisi pun dibiarkan menyala dengan suara cukup keras. Noura memang sengaja membuat suara bising demi menyamarkan keheningan yang menggantung di antara ia dan perempuan itu.
Ia memandang kosong ke luar jendela sambil mengigit ujung ibu jarinya. Memilih untuk berkontemplasi dengan apa yang baru saja terjadi. Adu pendapat antara ia dan sahabatnya—yang kini tidak lagi berada dipihaknya.
"Kamu oke, Nou?" tanya perempuan itu ketika baru saja memasuki apartemen Rami.
"Lean? Mau apa ke sini?" tanya Noura dengan sebelah alis terangkat. Namun sayang, pertanyaan tersebut kemudian dengan segera menyulut emosi Eleanis dalam sekejap.
"Mau apa? Hey, kamu yang bilang butuh bantuan, kan?!"
"Ya, tapi—"
Perempuan itu maju selangkah, menghapus jarak di antara keduanya. Ia terlihat sangat kesal. "Asal kamu tahu saja, aku terlalu sibuk hanya untuk datang tanpa tujuan ke tempat ini. Kalau bukan Rami yang memintaku datang untuk memastikan kamu tetap aman, aku nggak akan ke sini!"
Seketika tubuh Noura menegang. Tidak pernah sebelumnya ia melihat Eleanis seperti sekarang. Perempuan itu terlihat lebih offensive daripada biasanya. Kenapa dengannya?
"Rami yang meminta kamu?" Noura bertanya polos.
"Lagian kamu ini kenapa? Siapa orang-orang yang kamu maksud? Aku nggak melihat siapa-siapa waktu aku sampai."
Noura menunduk, ia sama sekali tidak tertarik membahas siapa orang-orang itu. Ia kecewa begitu tahu Eleanis yang datang, bukan Rami seperti yang ia harapkan.
"Kenapa bukan dia?" gumam Noura.
"Apa?" Eleanis nyaris tidak bisa mendengar gumaman Noura yang serupa bisikan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERTASTE ☑️
ChickLit‼️🚩🚩🚩‼️ Muda dan bertalenta. Secara fisik tidak mungkin ada yang bisa menolak pesona seorang Ramien Stanley. Pria berdarah campuran Melayu-Ausie yang memilih untuk mengejar karirnya sebagai seorang sineas di Indonesia. Seperti halnya yang dirasak...