Rahangnya praktis mengeras ketika ia menyaksikan sesuatu yang sangat memuakkan baginya. Tekanan darah bahkan sudah sampai di atas ubun kepalanya. Seperti akan meledak.
Ingin marah rasanya. Tapi, Rami tak bisa melakukannya. Tidak untuk saat ini. Ia harus bisa mengontrol emosinya saat ini. Sedikit lebih bersabar.
Tapi, bagaimana caranya? Sekujur tubuhnya dipenuhi rasa panas yang membakar ketika Diola menolaknya dan justru kini menerima tawaran pria lain untuk menjemputnya.
Sial! Irvin benar-benar memanfaatkan momen. Pria itu harus buat perhitungan dengannya.
Mencoba mengambil hati Diola saat dirinya tak ada. Ketika perempuan itu rapuh tanpanya. Licik.
Di balik kemudinya, Rami duduk menegang. Ia telah menyaksikan dengan matanya sendiri, jika Diola sudah baik-baik saja. Berbeda dengan sebelumnya—saat melampiaskan kemarahannya pada Rami.
Perempuan itu dengan senang hati memberikan senyum terbaiknya, saat pria licik itu membukakan pintu mobil untuknya.
Perih sekali melihatnya.
Rami mencengkram gagang kemudinya sekuat tenaga. Matanya tak lepas dari sosok Diola yang saat ini telah berada di dalam city car yang dikendarai oleh Irvin. Berdua saja.
Sialan! Apa yang harus ia lakukan untuk mengeluarkan Diola dari sana? Well, tidak ada.
Rami tidak punya kuasa untuk bersikap dominan terhadap perempuan itu. Setidaknya untuk saat ini. Tapi, harus bagaimana ia meredam panas dalam dadanya kini? Ia tidak bisa apa-apa. Tidak bisa berbuat apapun untuk dirinya sendiri.
Pria itu akhirnya melampiaskan kekesalannya dengan cara memukul-mukul gagang kemudinya. Sesuatu yang terasa seperti déjà vu.
"Sialan, Dio!" pria itu mengerang mengeluarkan kemarahannya.
Kemudian city car yang dikendarai oleh Irvin pun melaju mendekati tempat Rami memarkir mobilnya. Sepersekian detik mereka saling berpapasan. Namun, tak sedikit pun Diola menyadari kehadiran pria itu. Keberadaan Rami yang sejak tadi memilih untuk menunggu di depan rumah kos barunya.
Hingga pada akhirnya mobil Irvin melewati sedan hatchback miliknya dan berjalan ke arah yang berlawanan. Pria itu cepat-cepat memutar kemudianya dan mengikuti dari belakang, ke mana mereka berdua pergi.
Tidak akan sedikit pun dirinya memberi celah untuk Irvin. Pria itu harus tahu kalau Diola adalah miliknya. Dan sebaiknya berhenti berusaha untuk mendekati atau bahkan berniat untuk merebutnya dari Rami. Karena dirinya tidak akan pernah tinggal diam.
Sampai di sebuah pintu masuk bertuliskan nama universitas tempat Diola melanjutkan kuliah magisternya. Rami pun memperlambat kecepatan mobilnya, sampai pada akhirnya menemukan mobil Irvin terparkir di depan sebuah kedai kopi tanpa adanya Diola.
Lalu, dirinya teringat ucapan nenek Diola, jika perempuan itu akan melaksanakan sidang tesisnya kurang dari satu minggu. Yah, sudah dapat dipastikan jika perempuan itu menemui dosennya. Sementara ia meninggalkan Irvin sendiri di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERTASTE ☑️
ChickLit‼️🚩🚩🚩‼️ Muda dan bertalenta. Secara fisik tidak mungkin ada yang bisa menolak pesona seorang Ramien Stanley. Pria berdarah campuran Melayu-Ausie yang memilih untuk mengejar karirnya sebagai seorang sineas di Indonesia. Seperti halnya yang dirasak...