Bab 26

153 18 0
                                    

Pandangannya mengerling ke sekitar. Melihat akibat dari perbuatannya. Ya, karena dirinya yang diluar kendali. Kini ia pun harus menyelesaikan masalahnya dengan pengelola kedai kopi tersebut.

Selesai dengan urusannya, dan mengganti beberapa kerugian. Pria itu pun segera hengkang dari tempat itu. Mengendarai kendaraannya tanpa tujuan.

Entahlah. Hatinya berantakan. Harinya seakan kelabu. Tidak pernah dalam hidupnya sama sekali mengalami hal yang demikian. Bertindak seolah-olah remaja kehilangan kendali. Dan semua itu karena satu alasan.

Bagaimana Diola bisa melakukan itu padanya? Membuat Rami kesetanan karena takut kehilangannya. Apakah jatuh cinta rasanya seberat ini? Menguras hatinya.

Di tengah perjalanan, dari jauh ia melihat mobil milik Irvin menepi di bahu jalan.

Dari belakang, ia melihat bayangan keduanya saling berdekatan. Hal tersebut dalam sekejap kembali memicu rasa cemburu yang kemudian berubah menjadi kemarahan buta.

Namun, sepertinya kali ini ia tidak main-main. Karena Irvin telah lancang. Berani-beraninya menyentuh miliknya. Ia sudah tidak bisa memberinya toleransi lagi.

Kemudian pria itu membanting steer dan menepikan sedan hatchback-nya tak jauh dari lokasi Irvin memarkir mobilnya.

"Sialan, Irvin!"

Ia kemudian keluar dan berjalan menghampiri city car tersebut dan segera mengetuk jendelanya. Yang mana praktis membuat dua orang yang ada di dalamnya menoleh.

"Buka jendelanya!"

Kalau tadi ia membuat keributan di lingkungan kampus. Kini tanpa rasa malu ia membuat keributan di jalanan umum. Well, terang saja kejadian tersebut mendapat perhatian dari pengendara lain yang melewati mereka dan warga sekitar.

Semakin tidak sabar dirinya, karena Irvin tak juga membuka jendela mobilnya. Kemudian ia memutuskan untuk memukul secara kasar kaca jendela tersebut menggunakan bogemnya.

"Hey, can you hear me?! Open this f*ckin window!" teriak Rami.

Namun, tanpa ia duga sebelumnya. Justru sosok Diola lah yang keluar dari dalam, bukan malah sosok incarannya. Pria itu nyatanya tetap berada di dalam, hingga Diola kini ada di sampingnya.

"Sudah, Ram. Cukup."

Pria beserta amarahnya tersebut pelan-pelan melunak. Dadanya naik turun, terengah-engah. Ia menatap Diola dengan kedua alis saling tertaut. Namun demikian, ia mencoba mengulurkan tangannya pada perempuan itu dan tanpa menunggu lama Diola membalas uluran tangan tersebut.

"Ayo, kita pulang," ujar Rami.

"Okay," jawab perempuan itu.

***

Melalui kaca spion mobilnya, Irvin menyaksikan perempuan yang dicintainya meyambut uluran tangan pria asing itu. Hatinya seketika perih bagaikan diiris sembilu. Ia nyaris saja mendapatkan apa yang menjadi inginnya. Namun, lagi-lagi terhalang oleh pria sialan itu.

Entah, akan sampai kapan drama pertarungan ini selesai. Yang jelas, apa yang terjadi hari ini bukanlah akhir dari segalanya. Ucapan Diola lah yang menjadikan Irvin akan terus melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hatinya.

Jika ada jalan yang lebih baik. Aku tidak akan memilih di antara kalian.

Dan jika yang terbaik adalah demikian, Irvin merasa tak keberatan. Namun, jika sebaliknya. Irvin tidak akan pernah tinggal diam. Karena ia akan terus berusaha untuk tidak terkalahkan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AFTERTASTE ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang