Eleanis baru saja meninggalkannya beberapa saat yang lalu. Dan kini ia kembali seorang diri di dalam apartemen yang cukup luas tersebut. Terasa lengang dan hening. Noura tidak tahu harus melakukan apa saat ini, selain merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memainkan remot televisi.
Berkali-kali perempuan itu memindahkan salurannya secara acak. Mengeraskan volume, lalu kembali mengecilkannya. Benar-benar membosankan.
Namun, seakan dirinya teringat akan satu hal. Kemudian mengamit ponsel yang ia letakkan di atas meja bundar tepat di depannya. Mencari kontak seseorang dan menghubunginya.
"Bagaimana kalau orang-orang itu sebenarnya bukan mencari Rami, tapi justru mencari kamu, Nou?"
Kerutan muncul seketika pada kening Noura. Benarkah? Tapi, untuk apa? Jelas-jelas kedua pria asing itu bertanya di mana keberadaan Rami. Dan bukan mencarinya.
Lalu, hubungan semua ini dengan orang tuanya apa? Hanya karena mereka tahu di mana ia tinggal saat ini, lalu Elenis mencuriaginya begitu saja.
"Semoga ini hanya firasatku saja. Entahlah... Aku mencurigai sesuatu yang aneh."
"A-aku nggak paham dengan yang kamu maksud, Le. Sesuatu yang bagaimana yang menurut kamu aneh? Lalu, apa hubungan pria-pria asing itu dengan orang tuaku?"
Eleanis yang sejak tadi bersedekap kemudian kembali duduk di atas sofa—masih dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Wajahnya kali ini berubah amat serius. Ketika bibirnya mengerucut, ia pun mulai menuturkan asumsinya.
"Ke mana Thomas setelah kejadian itu? Apa dia tidak sama sekali mencari tahu di mana keberadaan kamu?"
"Dia—" jawab Noura ragu.
"Kota ini terlalu sempit untuk Thomas kesulitan menemukan kamu. Nou, apa dia akan melepaskan kamu begitu saja? Kalian bahkan belum benar-benar putus, kan?"
Noura tercekat mendengar ucapan Eleanis. Mendadak pandangannya menjadi berkunang-kunang. Begitu juga dengan kepalanya yang terasa pusing, berputar-putar.
Noura mengepal bogemnya kencang dan merasakan sesuatu yang dingin di tangannya. Ketika ibu jarinya meraba, ia dapat merasakan jika benda itu masih tersemat di jari manisnya. Cincin lamarannya.
"Maksudku, mungkin saja Thomas memastikan keberadaan kamu saat ini pada orang tuamu. Apa mungkin itu terjadi, Nou?"
Diam. Noura tak dapat berkata apa-apa. Napasnya setengah-setengah. Mengapa ia begitu naif jika Thomas akan pasrah dan tinggal diam begitu saja saat ia meninggalkan pria itu? Tidak akan.
Ia mengenal Thomas lebih dari apa pun. Pria itu sakit! Pria itu takkan pernah berhenti mengincarnya. Terlebih, gagal menikah adalah sesuatu yang sangat memalukan untuk keluarga besar Thomas. Dan gagalnya rencana pernikahan anak tunggal mereka ditengarai karena adanya orang ketiga. Tidak bisa dibiarkan.
Jadi, siapa yang sebenarnya menjadi target Thomas? Dirinya atau Rami?
Perempuan itu mengerjapkan kedua matanya. Benar-benar kalut. Apa mungkin kedua pria asing itu adalah orang suruhan Thomas?
Hingga ia memutuskan untuk menghubungi orang tuanya saat itu, dirinya masih tidak percaya. Jika kesialan yang menimpanya akan terus berlanjut. Ya, hidupnya masih akan terus terancam. Bahkan setelah ia mencoba bersembunyi dari pria itu.
Tapi, bagaimana mungkin jika orang tuanya memberitahu Thomas soal keberadaannya? Bahkan mereka berdua tahu jika Thomas lah yang menyebabkan ia babak belur dan sempat terkapar di rumah sakit.
"Papa? Halo?"
Noura menggigit bibir, menunggu jawaban dari balik sambungan teleponnya. Panggilan tersebut tersambung, dan terangkat pada dering ketiga. Tapi, tidak ada yang menyahut sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERTASTE ☑️
Literatura Feminina‼️🚩🚩🚩‼️ Muda dan bertalenta. Secara fisik tidak mungkin ada yang bisa menolak pesona seorang Ramien Stanley. Pria berdarah campuran Melayu-Ausie yang memilih untuk mengejar karirnya sebagai seorang sineas di Indonesia. Seperti halnya yang dirasak...