9. Nice To Meet You!

246 45 4
                                    

Sahara menarik dan menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia menumpukan pipinya di tangan yang bertumpu pada meja. Sembari memperhatikan orang yang berlalu- lalang di luar kafe, Sahara rasanya ingin menangis di siang bolong ini. Entah kenapa, semua yang tertangkap oleh matanya malah mengingatkannya pada Jiwa.

Saat seekor kucing kampung melintas, Sahara jadi kepikiran kabar kucing kampung yang sialannya menjadi kesayangan Jiwa. Dada Sahara mendadak terasa panas saat membayangkan kucing kampung Jiwa yang sekarang pasti menempel pada Jiwa.

Tak hanya itu, saat sepasang kekasih memasuki kafe, Sahara lagi-lagi dibuat flashback ke masa lalu. Dulu, ia juga pernah berada di posisi itu. Bercanda dengan Jiwa sambil berjalan tanpa memikirkan orang lain di sekitar mereka.

Sekarang Sahara menghempas pipinya ke atas meja dengan sedikit keras. Kenapa semua hal yang dilihatnya sekarang malah mengingatkannya pada Jiwa. Sahara sekarang ingin Jiwa berada disini, bersamanya, dan bersenda gurau bersamanya seperti biasanya.

"Cowok di dunia ini nggak cuma Jiwa, Sa," ucap ibu sesaat setelah Sahara menghempaskan pipinya ke atas meja.

"Tapi cowok yang aku mau di dunia ini cuma Jiwa, Bu," balas Sahara tak mau kalah.

Ibu lagi-lagi menggeleng maklum dengan Sahara yang keras kepala. Tak habis pikir sebegitu cintanya Sahara pada Jiwa.

Beberapa saat duduk dalam keheningan, akhirnya orang yang sedari tadi ditunggu Ibu Sahara datang juga. Ia datang bersama seorang cowok yang wajahnya tidak jauh berbeda kusutnya dengan Sahara.

"Ini Sahara, ya?" ucap teman ibu yang langsung menarik Sahara untuk berpelukan. "Udah besar ya."

Sahara tersenyum dengan paksa kemudian membalas pelukan teman ibu yang tidak dikenalnya sama sekali.

"Nah, ini anak Tante, namanya Adit, kenalan dulu dong," ucapnya sambil menarik cowok yang sedari tadi berdiri di belakang.

"Adit."

"Sahara."

Sahara dan Adit sama-sama menjulurkan tangan untuk berkenalan. Entah apa yang akan direncanakan orang tua mereka, yang penting mereka patuh dulu saja. Adit dan Sahara sama-sama sudah dewasa untuk menghadapi situasi seperti ini.

Seperti cerita pasaran pada umumnya, Sahara dan Adit ditinggalkan orang tua mereka berdua. Awalnya, hanya ada keheningan di antara mereka. Sampai akhirnya Adit memilih untuk buka suara terlebih dahulu

"Gue minta maaf," ucap laki-laki itu sambil menatap lurus ke depan.

Sahara menoleh, bingung dengan permintaan maaf mendadak laki-laki itu. "Buat?" tanya Sahara dengan suara yang sedikit serak.

"Maaf karena gue nggak bisa nolak perjodohan ini," ucapnya kemudian menatap Sahara.

"Wait? Apa?! Perjodohan? Ibu nggak bilang mau jodohin gue, dia bilang cuma mau ngenalin anak temennya," ucap Sahara setengah terkejut.

Adit membulatkan matanya dan menampilkan ekspresi bingungnya saat Sahara mengomel hanya karena satu kalimat yang ia lontarkan.

Sahara membuang muka dan menutupi wajahnya dengan rambut serapat mungkin. "Nggak pa-pa, lo dipaksa juga, kan?"

Katanya, Move On? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang