Sahara berjalan setengah melompat untuk menghampiri Jiwa yang sudah menunggu di depan rumahnya. Sahara tidak dapat menahan senyumnya, ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya di hadapan Jiwa saat ini. Sesuai dengan perkataan Jiwa kemarin, ia benar-benar menghampiri Sahara ke rumah.
"Lo harus sering-sering gini, Ji!" ucap Sahara bersemangat.
Tak berbeda dengan Sahara, Jiwa juga sama bahagianya. Hanya saja, ia tidak terlalu menunjukkan lewat tindakan.
Mata Jiwa ikut tersenyum saat melihat Sahara menghampirinya sambil tersenyum. Rambut panjang Sahara yang digerai juga ijut bergerak berirama mengikuti langkah kakinya.
"Ayo!" Sahara langsung melingkarkan tangannya ke lengan Jiwa dan menempel pada Jiwa seolah tidak mau dipisahkan.
Jiwa mengangguk, tak lupa dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya. Pasrah ditarik oleh Sahara, Jiwa hanya menepuk pelan puncak kepala Sahara sambil menatap gadis yang berstatus sebagai pacarnya itu.
"Jarang-jarang lo mau jemput gue ke rumah," ucap Sahara asal tanpa melepas tangan Jiwa.
"Kan lo yang sering ke rumah gue."
"Itu karena lo nggak mau sering-sering ke rumah," jawab Sahara.
Jiwa melepas tangan Sahara yang melingkar di tangannya dan menurunkan tangan Sahara agar mereka bisa bergenggaman. Perlahan tapi pasti, Jiwa menempelkan telapak tangannya dengan tangan Sahara dan menautkan jari-jari mereka.
"Ji, jantung gue deg-degan," ucap Sahara asal saat Jiwa saling menautkan jari jemari mereka.
"Gue juga," ucap Jiwa. Sekarang ia memang berusaha untuk memenuhi keinginan Sahara tadi malam.
Sahara dan Jiwa saling bertatapan, mencoba memberitahu perasaan masing-masing melalui tatapan mata. Seolah mendukung Sahara dan Jiwa, matahari juga bersinar cerah diiringi angin yang bertiup seolah mencoba menciptakan suasana aesthetic untuk Jiwa dan Sahara. Fix, semesta memang merestui mereka.
"Ji, kita jalan-jalan kayak biasa kan?"
"Bagusnya gimana? Gue ngikut, hari ini gue bakal nurutin kemauan lo," jawab Jiwa.
Sahara kegirangan, ia melepas genggaman tangan Jiwa dan mencengkram bahu Jiwa sambil menggoyang-goyangkan bahu kekar itu. Sungguh, perasaan bahagia ini tidak bisa Sahara tahan.
"Sumpah, lo harus kayak gini tiap hari, Ji!" Sahara maju, berjalan mundur agar bisa berhadapan dengan Jiwa sambil kembali menautkan jari-jari mereka.
"Kan udah gue bilang cuma hari ini," jawab Jiwa tanpa dosa.
"Dah lah, lo emang nggak bisa diharapkan. Putus aja lah kita," Sahara berpura-pura kesal dan menghempaskan tangan Jiwa.
Jiwa menghembuskan napas kasar dan meraih tangan Sahara secepat mungkin hingga jari jemari mereka kembali bertaut. Selalu saja kata putus yang dilontarkan oleh Sahara. Seolah tidak ada kalimat lain yang bisa ia ucapkan untuk Jiwa. Ya, walaupun hanya sebatas omong kosong, seharusnya Sahara tidak perlu mengucapkan itu.
"Lo mau yang mana?" ucap Jiwa sambil menahan Sahara untuk berhenti di depan pedagang yang menjual berbagai macam jajanan.
"Tau ah, gue lagi kesel," jawab Sahara tanpa menatap Jiwa.
"Aaa." Jiwa menyuruh Sahara untuk membuka mulutnya sambil menyodorkan kue bewarna hijau ke mulut Sahara.
Sahara mencoba sekuat tenaga menahan senyum. Demi apapun, Jiwa kalau lagi di kode romantis gini emang nggak mandang tempat. Tidak terpengaruh dengan suara bising dan orang yang berlalu lalang di tengah pasar ini, Jiwa berhasil membuat Sahara salah tingkah dengan tindakannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/302643107-288-k26178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya, Move On? (SELESAI)
Novela JuvenilAwalnya cuma pura-pura mau move on. Eh, ternyata malah dipaksa move on beneran. Start : 22 Oktober 2022 Finish : 12 Desember 2022